Peran Perempuan dalam Meningkatkan Literasi Keuangan

Sabtu, 03 Desember 2022 - 11:48 WIB
loading...
Peran Perempuan dalam...
Ribka Anintha Miyagi. FOTO/DOK KORAN SINDO
A A A
Ribka Anintha Miyagi
Pegawai di Otoritas Jasa Keuangan

Tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang menunjukkan peningkatan signifikan atas indeks literasi Indonesia dari 38,03% pada 2019 menjadi 49,68% pada 2022. Indikator Literasi Keuangan terdiri atas pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), keyakinan (confident), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Masing-masing indikator tersebut berdampak signifikan terhadap peningkatan indeks literasi keuangan.

Berdasarkan riset Nielsen (2020), diproyeksikan bahwa pada 2028, kaum perempuan akan mendominasi hingga 75% pengeluaran dunia (di luar pengeluaran atas sandang, pangan, dan papan). Atas proyeksi tersebut, dapat diimplikasikan bahwa wanita akan menunjukkan perilaku yang lebih konsumtif.

Berkaca dari indeks literasi yang masih berada di 49,68%, masyarakat Indonesia, khususnya perempuan perlu dibekali edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan agar dapat membuat keputusan yang bijak dalam keputusan finansialnya. Namun, berdasarkan SNLIK dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan wanita selalu lebih rendah daripada laki-laki.

Atas hal tersebut, OJK sebagai ujung tombak edukasi keuangan masyarakat Indonesia perlu meningkatkan fokus terhadap pertumbuhan literasi keuangan pada kalangan perempuan. Kegiatan peningkatan literasi keuangan bagi perempuan penting dilakukan karena perempuan memiliki beberapa peran mulai dari sebagai seorang Ibu serta sebagai penggerak ekonomi masyarakat melaluientrepreneurship.

Proyeksi dominansi perempuan dalam pengeluaran juga dapat menunjukkan bagaimana wanita akan menjadi penggerak perekonomian di masa depan. Peran ini dapat terlihat bahkan dari komunitas terkecil di masyarakat, yaitu keluarga. Wanita sebagai Ibu dalam suatu keluarga memiliki peran untuk dapat meningkatkan literasi keuangan seluruh anggota keluarga, terutama untuk anak-anak agar bisa melek literasi sejak dini.

Bergerak dari hal kecil, seorang Ibu juga dapat meningkatkan literasi keuangan anak dengan mengajarkan“need vs want”agar anak-anak lebih bijaksana dalam menggunakan uangnya.OJK telah berkontribusi untuk turut mendukung para Ibu meningkatkan literasi keuangan pada anak melalui Buku Seri Literasi Keuangan. Untuk memastikan agar peran Ibu terhadap literasi keuangan anak dapat berkelanjutan, diperlukan program khusus seperti pendekatan di level komunitas seperti sekolah. Selain itu, juga diperlukan kurikulum di Indonesia yang mengakomodir literasi keuangan bagi anak-anak.

Jordan Rosenfeld, dalam artikelfinancial-literacy-around-world(2022) menyebutkan, penggunaan kurikulum pendidikan sebagai cara meningkatkan literasi keuangan telah berhasil mengantarkan tiga negara di Eropa yaitu Norwegia, Swedia, dan Denmark menduduki peringkat satu dunia sebagai negara dengan tingkat literasi keuangan tertinggi.

Misalnya, di Denmark, pendidikan keuangan adalah mata pelajaran wajib bagi murid kelas 7 hingga kelas 9. Norwegia dan Swedia menggunakan pendekatan kepada remaja dengan memberikan pendidikan keuangan personal (personal finance) dengan tujuan untuk membantu remaja meraih pencapaian finansial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari seperti membeli rumah dan mempersiapkan dana pensiun.

Dalam hal ini, untuk mengoptimalisasi peran wanita sebagai Ibu dalam peningkatan literasi keuangan, OJK dapat bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk dapat menyusun kurikulum yang tidak hanya mengedukasi siswa (dan/atau mahasiswa), namun juga keluarganya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1312 seconds (0.1#10.140)