Unik! 3 Jenderal Lulusan Terbaik 1981 Kompak Jabat KSAD, KSAL, dan KSAU
loading...
A
A
A
Kendati demikian ada sedikit perbedaan. Selain karena tiga orang ini bukan peraih gelar Adhi Makayasa, Dudung dan Fadjar merupakan abituren (lulusan) 1988 B, sementara Yudo 1988 A. Apa bedanya?
Untuk diketahui, akademi militer (baik Akmil, AAL, maupun AAU) mengubah pola pendidikan pada 1988. Perubahan tersebut menyangkut lamanya pendidikan militer. Jika sebelumnya empat tahun, diubah menjadi tiga tahun.
Karena itu pada 1988 terdapat dua gelombang lulusan. Pertama, Taruna yang masuk pendidikan (werving) pada 1984 dan menjalani pendidikan empat tahun. Dikenal dengan istilah 1988/W 84. Adapun Taruna yang werving 1985 dan mengikuti pendidikan 3 tahun dikenal dengan 1988/W 85.
Generasi Adhi Makayasa
Adhi Makayasa--ari Bahasa Sansekerta--merupakan penghargaan yang diberikan kepada lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan kepolisian. Menurut laman situs resmi Akademi Militer, penerima penghargaan ini yaitu mereka yang secara seimbang mampu menunjukkan prestasi terbaik di tiga aspek yaitu akademis, jasmani, dan kepribadian (mental) selama menempuh pendidikan dari tingkat awal hingga akhir.
Selain Adhi Makayasa, terdapat juga penghargaan Tri Sakti Wiratama. Sebenarnya hampir sama, namun Tri Sakti Wiratama diberikan mengacu prestasi di tingkat akhir pendidikan Akmil. Umumnya, peraih Bintang Adhi Makayasa juga mendapatkan Tri Sakti Wiratama. Tetapi ada kalanya diraih sosok berbeda.
Sebagai contoh lulusan Akmil 1991. Peraih Adhi Makayasa yakni Letjen TNI Teguh Pudjo Rumekso (Sesmenko Polhukam), sementara Tri Sakti Wiratama yakni Brigjen TNI Eko Susetyo (Kapok Sahli Pusterad). Adapun lulusan yang meraih Adhi Makayasa sekaligus Tri Sakti Wiratama antara lain, Moeldoko.
Berdasarkan catatan akademis selama menempuh pendidikan militer, baik Moeldoko, Marsetio, dan Ida Bagus Putu Dunia merupakan generasi Adhi Makayasa. Jika mengacu rekam jejak militer, Moeldoko tentu paling cemerlang. Sebab, dia mencapai puncak karier sebagai Panglima TNI.
Untuk diketahui, Moeldoko hanya tiga bulan memegang jabatan KSAD. SBY memercayainya sebagai Panglima TNI menggantikan Laksamana TNI Agus Suhartono. Moeldoko menjabat sebagai orang nomor satu di militer dalam kurun 2013-2015. Setelah pensiun, jenderal asal Kediri ini dipercaya Presiden Jokowi menjadi Kepala Staf Presiden hingga kini.
Sementara itu Marsetio dikenal sebagai jenderal intelektual. Sebagian besar kariernya semasa perwira pertama dan menengah berada di kapal-kapal perang RI. Sinarnya terus mencorong.
“Setelah tak bertugas di kapal, berbagai jabatan strategis diembannya, mulai Asisten Operasi Panglima Koarmatim hingga Panglima Koarmabar,” kata Kresno Buntoro dalam buku “Lintas Navigasi di Nusantara Indonesia,” (halaman 455). Dia lantas dipromosikan sebagai Wakil KSAL (2010-2012) dan akhirnya dipercaya Presiden SBY sebagai KSAL (2012-2014).
Untuk diketahui, akademi militer (baik Akmil, AAL, maupun AAU) mengubah pola pendidikan pada 1988. Perubahan tersebut menyangkut lamanya pendidikan militer. Jika sebelumnya empat tahun, diubah menjadi tiga tahun.
Karena itu pada 1988 terdapat dua gelombang lulusan. Pertama, Taruna yang masuk pendidikan (werving) pada 1984 dan menjalani pendidikan empat tahun. Dikenal dengan istilah 1988/W 84. Adapun Taruna yang werving 1985 dan mengikuti pendidikan 3 tahun dikenal dengan 1988/W 85.
Generasi Adhi Makayasa
Adhi Makayasa--ari Bahasa Sansekerta--merupakan penghargaan yang diberikan kepada lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan kepolisian. Menurut laman situs resmi Akademi Militer, penerima penghargaan ini yaitu mereka yang secara seimbang mampu menunjukkan prestasi terbaik di tiga aspek yaitu akademis, jasmani, dan kepribadian (mental) selama menempuh pendidikan dari tingkat awal hingga akhir.
Selain Adhi Makayasa, terdapat juga penghargaan Tri Sakti Wiratama. Sebenarnya hampir sama, namun Tri Sakti Wiratama diberikan mengacu prestasi di tingkat akhir pendidikan Akmil. Umumnya, peraih Bintang Adhi Makayasa juga mendapatkan Tri Sakti Wiratama. Tetapi ada kalanya diraih sosok berbeda.
Sebagai contoh lulusan Akmil 1991. Peraih Adhi Makayasa yakni Letjen TNI Teguh Pudjo Rumekso (Sesmenko Polhukam), sementara Tri Sakti Wiratama yakni Brigjen TNI Eko Susetyo (Kapok Sahli Pusterad). Adapun lulusan yang meraih Adhi Makayasa sekaligus Tri Sakti Wiratama antara lain, Moeldoko.
Berdasarkan catatan akademis selama menempuh pendidikan militer, baik Moeldoko, Marsetio, dan Ida Bagus Putu Dunia merupakan generasi Adhi Makayasa. Jika mengacu rekam jejak militer, Moeldoko tentu paling cemerlang. Sebab, dia mencapai puncak karier sebagai Panglima TNI.
Untuk diketahui, Moeldoko hanya tiga bulan memegang jabatan KSAD. SBY memercayainya sebagai Panglima TNI menggantikan Laksamana TNI Agus Suhartono. Moeldoko menjabat sebagai orang nomor satu di militer dalam kurun 2013-2015. Setelah pensiun, jenderal asal Kediri ini dipercaya Presiden Jokowi menjadi Kepala Staf Presiden hingga kini.
Sementara itu Marsetio dikenal sebagai jenderal intelektual. Sebagian besar kariernya semasa perwira pertama dan menengah berada di kapal-kapal perang RI. Sinarnya terus mencorong.
“Setelah tak bertugas di kapal, berbagai jabatan strategis diembannya, mulai Asisten Operasi Panglima Koarmatim hingga Panglima Koarmabar,” kata Kresno Buntoro dalam buku “Lintas Navigasi di Nusantara Indonesia,” (halaman 455). Dia lantas dipromosikan sebagai Wakil KSAL (2010-2012) dan akhirnya dipercaya Presiden SBY sebagai KSAL (2012-2014).