Jokowi Soroti Menteri Lagi: Tiga Bulan WFH Kok Malah Kayak Cuti

Kamis, 09 Juli 2020 - 10:56 WIB
loading...
Jokowi Soroti Menteri Lagi: Tiga Bulan WFH Kok Malah Kayak Cuti
Presiden Joko Widodo. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusik jajarannya di Kabinet Indonesia Maju soal sense of crisis. Menurut dia, setelah tiga bulan berjalan, keputusan pemerintah untuk membolehkan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) malah dijadikan seperti cuti. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas tanggal 7 Juli 2020.

“Tiga bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work from home. Yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis kita harusnya kerja lebih keras lagi,” katanya mengutip video pembukaan rapat terbatas yang diunggah Biro Pers Setpres, Kamis (9/7/2020).

Dia pun lagi-lagi menyoroti kinerja jajarannya yang biasa-biasa saja di era krisis. Dimana tidak ada percepatan belanja anggaran.

(Baca: Semprot Menteri Soal Kinerja, Jokowi Ancam Bubarkan Lembaga Sampai Reshuffle)

“Belanja juga biasa-biasa saja. Spending kita biasa-biasa saja. Nggak ada percepatan. Hati-hati, perlu saya sampaikan di kuartal pertama, pertumbuhan kita 2,97% persen. Dari yang biasanya 5,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Jokowi mengundang kementerian/lembaga yang memiliki anggaran besar. Dia kembali meminta agar ada percepatan belanja anggaran.

“Kita ingin ada percepatan penyerapan anggaran. Kita tahu semuanya, bahwa dunia sedang krisis. Krisis kesehatan, krisis ekonomi, 215 negara mengalami hal yang sama. Termasuk kita,” tuturnya.

Dia merasakan bahwa kondisi saat ini mengerikan. Bahkan menurutnya semua kepala negara yang dihubunginya merasakan hal yang sama.

(Baca: Soroti Kinerja Menteri, Jokowi: Tak Ada Progres Signifikan)

“Hampir semua saya telpon mengatakan hal yang sama. Dari waktu ke waktu prediksi ekonomi dunia juga tidak semakin baik, semakin buruk,” ungkapnya.

Hal ini terlihat dari bagaimana prediksi pertumbuhan ekonomi yang berubah-ubah ke angka minus yang cukup besar.

“Dulu ngomong dunia, global economic growth-nya akan -2,5%. Ganti lagi ke -5%. terakhir, OECD bahkan -6 sampai -7,6%.Coba, brubah terus. Lha kalau kita tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh bahaya buanget,” ujarnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1467 seconds (0.1#10.140)