Semprot Menteri Soal Kinerja, Jokowi Ancam Bubarkan Lembaga Sampai Reshuffle
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampak jengkel dengan kinerja para menteri dalam penanganan krisis pandemi COVID-19. Bahkan dia menyebut bisa saja membubarkan lembaga ataupun melakukan reshuffle jika memang diperlukan untuk penanganan COVID-19.
“Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya,” ujarnya dalam video pembukaan Sidang Kabinet Paripurna tanggal 18 Juni yang diunggah Biro Pers Setpres, Minggu (28/6/2020). (Baca juga: Update Kasus COVID-19: Positif 54.010 Orang, 22.936 Sembuh dan 2.754 Meninggal)
Dia mengatakan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi bisa mencapai -7,5%. Hal ini merupakan kondisi serius yang tidak bisa hanya ditangani secara biasa-biasa saja. Dimana setiap pejabat seharusnya memiliki rasa untuk segera mengatasi krisis.
“Perasaan ini harus sama. Kita harus ngerti ini. Jangan biasa-biasa saja, jangan linier, jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali kita,” tandasnya.
Jokowi melihat masih banyak jajarannya yang menganggap kondisi sekarang normal. Hal ini terlihat dari kinerja yang biasa-biasa saja.
“Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini Apa engga punya perasaan suasana ini krisis,” tuturnya.
Dia meminta agar setiap tindakan, keputusan maupun kebijakan didasarkan pada situasi krisis. Jangan hanya hal ini dianggap sebagai sebuah kenormalan biasa.
“Jangan kebijakan yang biasa-biasa aja. Menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?,” tegasnya. (Baca juga: Kasus COVID-19 Bertambah 1.198, Yuri: Protokol Kesehatan Belum Dilaksanakan dengan Baik)
Jokowi pun siap untuk melakukan hal-hal extraordinary jika itu dapat mempercepat penanganan krisis. “Sekali lagi, langkah-langkah extra ordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah kepemrintahan. Akan saya buka. Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita untuk negara,” pungkasnya.
“Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya,” ujarnya dalam video pembukaan Sidang Kabinet Paripurna tanggal 18 Juni yang diunggah Biro Pers Setpres, Minggu (28/6/2020). (Baca juga: Update Kasus COVID-19: Positif 54.010 Orang, 22.936 Sembuh dan 2.754 Meninggal)
Dia mengatakan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi bisa mencapai -7,5%. Hal ini merupakan kondisi serius yang tidak bisa hanya ditangani secara biasa-biasa saja. Dimana setiap pejabat seharusnya memiliki rasa untuk segera mengatasi krisis.
“Perasaan ini harus sama. Kita harus ngerti ini. Jangan biasa-biasa saja, jangan linier, jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali kita,” tandasnya.
Jokowi melihat masih banyak jajarannya yang menganggap kondisi sekarang normal. Hal ini terlihat dari kinerja yang biasa-biasa saja.
“Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini Apa engga punya perasaan suasana ini krisis,” tuturnya.
Dia meminta agar setiap tindakan, keputusan maupun kebijakan didasarkan pada situasi krisis. Jangan hanya hal ini dianggap sebagai sebuah kenormalan biasa.
“Jangan kebijakan yang biasa-biasa aja. Menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?,” tegasnya. (Baca juga: Kasus COVID-19 Bertambah 1.198, Yuri: Protokol Kesehatan Belum Dilaksanakan dengan Baik)
Jokowi pun siap untuk melakukan hal-hal extraordinary jika itu dapat mempercepat penanganan krisis. “Sekali lagi, langkah-langkah extra ordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah kepemrintahan. Akan saya buka. Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita untuk negara,” pungkasnya.
(kri)