Mengenal Laksda TNI TSNB Hutabarat, Komandan Satgasla Penjaga Laut G20
loading...
A
A
A
JAKARTA - Laksamana Muda (Laksda) TNI Tolhas Sininta Nauli Basana (TSNB) Hutabarat dipercaya memimpin Satuan Tugas Laut (Satgasla) yang menjamin keamanan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT) G20 dari sektor laut. Sebanyak 14 kapal perang canggih memagari laut seperti perisai yang melindungi pantai Hotel Apurva Nusa Dua Bali, tempat para pemimpin negara dan organisasi dunia bertemu.
Bukan hanya kapal perang kelas Frigate dan Corvet dengan segala senjata dan peralatan canggihnya, tapi Kapal Latih Layar KRI Bima Suci juga melengkapi jajaran kapal yang menjadi perhatian para peserta G20. Nuansa alam Bali dengan kekayaan budayanya, keberadaan kapal perang, dan kapal latih layar yang gagah tapi indah, seakan menyatu menjadi satu harmoni.
Laksda Cokky, sapaan akrab Tolhas Sininta Nauli Basana Hutabarat, merupakan Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II yang bermarkas di Surabaya, Jawa Timur. Kawasan yang menjadi tanggung jawabnya sangat luas, meliputi wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia yang membentang di Kalimantan, kecuali Pontianak; Sulawesi; Pulau Jawa mulai perbatasan Cirebon ke arah timur; dan seluruh wilayah Timur Indonesia, kecuali Maluku dan Papua. Tak heran jika kemudian jabatan Komandan Satgasla dipercayakan kepada perwira TNI AL kelahiran Jakarta, 11 Desember 1967 ini.
14 kapal perang menjaga perairan Bali saat pelaksanaan KTT G20. FOTO/IST
"Dukungan dan perhatian KSAL Laksamana TNI Yudo Margono sangat luar biasa. KSAL mengarahkan agar seluruh Satgasla dilengkapi dengan rudal, torpedo, bom laut, roket antikapal selam, dan amunisi penuh pada setiap meriam kapal," kata Laksda Cokky dalam keterangan tertulis, Jumat (25/11/2022).
Abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) 1989 ini mengungkapkan sedikit strateginya dalam memimpin Satgasla G20. Pertama, menyiapkan sektor patroli di sekeliling Pulau Bali. Jadi, selain 14 kapal perang yang memagari perairan Hotel Apurva, Laksda Cokky tetap mengoperasikan kapal perang lain untuk berpatroli.
Kedua, sarjana Defence Studies, University of New South Wales, Australia ini juga membentuk layer-layer pengamanan, khususnya di lokasi-lokasi strategis. Ketiga, memantau kapal Fery antarpulau yang datang dan pergi menuju Pulau Bali serta memeriksa perahu-perahu dan nelayan yang mencurigakan. Keempat, mengawasi kapal-kapal yang melintas di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pola operasi yang dilakuan telah memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu kemampuan surveilance dan pemantauan dari Puskodal TNI AL serta VTS.
"Satgasla harus menjaga keamanan G20 dan menegakkan kedaulatan, hukum dengan kondisi yang berbeda dibanding Satgas lainnya. Tugas yang dijalankan Satgasla bukan hanya di wilayah teritorial Indonesia, melainkan di wilayah atau rezim laut yang merupakan sovreignty (kedaulatan penuh) dan sovreignt right (hak berdaulat)," kata Magister Strategi dan Kampanye Militer, Universitas Pertahanan (Unhan) ini.
Baca juga: Libatkan 14 KRI, TNI AL Siapkan Prosedur Evakuasi Delegasi G20 lewat Laut
Dengan demikian, kata Laksda Cokky, di satu sisi, keamanan peserta G20 harus terjamin, sehingga harus ada pembatasan dari pihak yang mendekat, tapi di sisi lain kebebasan kapal yang melintas juga harus dijamin kebebasannya untuk melintas di ALKI dengan aman.
Menjadi Komandan Satgasla yang membawahi puluhan kapal bukan hal baru bagi Cokky. Pada 2016, ia dipercaya sebagai Dansatgas Multilateral Naval Exercise Komodo yang dilaksanakan di perairan Padang dan sekitarnya. Saat itu kegiatan yang dilaksanakan adalah Fleet Review, Western Pacific Naval Symposium (WPNS), dan Latihan Maritime Peace Keeping Operation yang melibatkan 50 kapal, dengan keterlibatan Angkatan Laut dari 39 negara. Latihan Mutilateral angkatan laut ini merupakan kegiatan latihan militer pertama yang ditinjau bahkan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam hal operasi laut, Cokky juga menjadi salah satu tokoh di balik pengusiran kapal China yang melintas batas memasuki wilayah Indonesia di Laut Natuna Selatan.
Saat Cokky menjabat Komandan Guspurla Koarmabar, pada 23 Juni 2016, terjadi penembakan terhadap kapal nelayan China oleh Kapal Perang Indonesia. Hal ini membuat Presiden Jokowi menggelar rapat dengan berlayar di Laut Natuna Utara di atas KRI Imam Bonjol-383 yang berada di bawah komandonya.
Demikian pula ketika Cokky menjabat Deputi Operasi dan Latihan Badan Keamanan Laut (Bakamla) pada 2020, terjadi pengusiran kapal China Coast Guard oleh unsur Bakamla. Presiden Jokowi kembali hadir meninjau kekuatan TNI AL dan Bakamla yang beroperasi di sekitar Kepulauan Natuna.
Pada 7 September 2022, ketika salah satu Pesawat Bonanza T-2503 mengalami kecelakaan dan jatuh di Selat Madura, Cokky yang telah menjabat Panglima Koarmada II juga menunjukkan sikap sigap dan profesionalisme. Di bawah kepemimpinannya yang turut terjun ke lapangan, pesawat Bonaza dengan dua korban pilot yang berada di dasar laut, tak lebih dari 24 jam, berhasil ditemukan dan dievakuasi ke atas geladak Kapal KRI Soputan-923.
Bukan hanya kapal perang kelas Frigate dan Corvet dengan segala senjata dan peralatan canggihnya, tapi Kapal Latih Layar KRI Bima Suci juga melengkapi jajaran kapal yang menjadi perhatian para peserta G20. Nuansa alam Bali dengan kekayaan budayanya, keberadaan kapal perang, dan kapal latih layar yang gagah tapi indah, seakan menyatu menjadi satu harmoni.
Laksda Cokky, sapaan akrab Tolhas Sininta Nauli Basana Hutabarat, merupakan Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II yang bermarkas di Surabaya, Jawa Timur. Kawasan yang menjadi tanggung jawabnya sangat luas, meliputi wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia yang membentang di Kalimantan, kecuali Pontianak; Sulawesi; Pulau Jawa mulai perbatasan Cirebon ke arah timur; dan seluruh wilayah Timur Indonesia, kecuali Maluku dan Papua. Tak heran jika kemudian jabatan Komandan Satgasla dipercayakan kepada perwira TNI AL kelahiran Jakarta, 11 Desember 1967 ini.
14 kapal perang menjaga perairan Bali saat pelaksanaan KTT G20. FOTO/IST
"Dukungan dan perhatian KSAL Laksamana TNI Yudo Margono sangat luar biasa. KSAL mengarahkan agar seluruh Satgasla dilengkapi dengan rudal, torpedo, bom laut, roket antikapal selam, dan amunisi penuh pada setiap meriam kapal," kata Laksda Cokky dalam keterangan tertulis, Jumat (25/11/2022).
Abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) 1989 ini mengungkapkan sedikit strateginya dalam memimpin Satgasla G20. Pertama, menyiapkan sektor patroli di sekeliling Pulau Bali. Jadi, selain 14 kapal perang yang memagari perairan Hotel Apurva, Laksda Cokky tetap mengoperasikan kapal perang lain untuk berpatroli.
Kedua, sarjana Defence Studies, University of New South Wales, Australia ini juga membentuk layer-layer pengamanan, khususnya di lokasi-lokasi strategis. Ketiga, memantau kapal Fery antarpulau yang datang dan pergi menuju Pulau Bali serta memeriksa perahu-perahu dan nelayan yang mencurigakan. Keempat, mengawasi kapal-kapal yang melintas di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pola operasi yang dilakuan telah memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu kemampuan surveilance dan pemantauan dari Puskodal TNI AL serta VTS.
"Satgasla harus menjaga keamanan G20 dan menegakkan kedaulatan, hukum dengan kondisi yang berbeda dibanding Satgas lainnya. Tugas yang dijalankan Satgasla bukan hanya di wilayah teritorial Indonesia, melainkan di wilayah atau rezim laut yang merupakan sovreignty (kedaulatan penuh) dan sovreignt right (hak berdaulat)," kata Magister Strategi dan Kampanye Militer, Universitas Pertahanan (Unhan) ini.
Baca juga: Libatkan 14 KRI, TNI AL Siapkan Prosedur Evakuasi Delegasi G20 lewat Laut
Dengan demikian, kata Laksda Cokky, di satu sisi, keamanan peserta G20 harus terjamin, sehingga harus ada pembatasan dari pihak yang mendekat, tapi di sisi lain kebebasan kapal yang melintas juga harus dijamin kebebasannya untuk melintas di ALKI dengan aman.
Menjadi Komandan Satgasla yang membawahi puluhan kapal bukan hal baru bagi Cokky. Pada 2016, ia dipercaya sebagai Dansatgas Multilateral Naval Exercise Komodo yang dilaksanakan di perairan Padang dan sekitarnya. Saat itu kegiatan yang dilaksanakan adalah Fleet Review, Western Pacific Naval Symposium (WPNS), dan Latihan Maritime Peace Keeping Operation yang melibatkan 50 kapal, dengan keterlibatan Angkatan Laut dari 39 negara. Latihan Mutilateral angkatan laut ini merupakan kegiatan latihan militer pertama yang ditinjau bahkan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam hal operasi laut, Cokky juga menjadi salah satu tokoh di balik pengusiran kapal China yang melintas batas memasuki wilayah Indonesia di Laut Natuna Selatan.
Saat Cokky menjabat Komandan Guspurla Koarmabar, pada 23 Juni 2016, terjadi penembakan terhadap kapal nelayan China oleh Kapal Perang Indonesia. Hal ini membuat Presiden Jokowi menggelar rapat dengan berlayar di Laut Natuna Utara di atas KRI Imam Bonjol-383 yang berada di bawah komandonya.
Demikian pula ketika Cokky menjabat Deputi Operasi dan Latihan Badan Keamanan Laut (Bakamla) pada 2020, terjadi pengusiran kapal China Coast Guard oleh unsur Bakamla. Presiden Jokowi kembali hadir meninjau kekuatan TNI AL dan Bakamla yang beroperasi di sekitar Kepulauan Natuna.
Pada 7 September 2022, ketika salah satu Pesawat Bonanza T-2503 mengalami kecelakaan dan jatuh di Selat Madura, Cokky yang telah menjabat Panglima Koarmada II juga menunjukkan sikap sigap dan profesionalisme. Di bawah kepemimpinannya yang turut terjun ke lapangan, pesawat Bonaza dengan dua korban pilot yang berada di dasar laut, tak lebih dari 24 jam, berhasil ditemukan dan dievakuasi ke atas geladak Kapal KRI Soputan-923.
(abd)