CENTRA Initiative Luncurkan Buku Keamanan Manusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - CENTRA Initiative meluncurkan buku berjudul Keamanan Manusia: Konsepsi, Implementasi, dan Perbandingan Negara Lain, Rabu (23/11/2022). Buku membahas mengenai keamanan manusia di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Ketua Badan Pengurus CENTRA Initiative, Al Araf mengatakan, human security atau dikenal dengan keamanan manusia di Indonesia merupakan konsep yang sudah banyak mengemuka. Keamanan manusia lebih mengedepankan pendekatan pentingnya perlindungan rasa aman manusia untuk bebas dari ketakutan (freedom from fear) dan bebas dari kemelaratan (freedom from want).
Menurutnya, secara konsep, keamanan manusia menjadi alternatif pendekatan di banyak negara. Pendekatan keamanan manusia meletakkan aktor keamanan nonmilter untuk berperan besar dalam menghadapi berbagai macam ancaman yang terjadi.
"Lembaga lembaga sipil pemerintah harus proaktif dalam melihat variasi masalah dan ancaman keamanan manusia," kata Al Araf dalam diskusi dan peluncuran buku di Sadjoe Cafe, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (23/11/2022).
Pendekatan keamanan manusia, kata Al Araf, merupakan pelengkap dari diskursus keamanan yang selama ini didominasi oleh keamanana negara/rezim. Selama ini pendekatan keamanan negara/rezim dalam melihat isu keamanan seringkali berdampak pada terjadinya penggunan kekuatan koersif yang berlebihan, sehingga terjadi kekerasan dan pelanggaran HAM seperti di Papua.
"Konsep keamanan manusia mengisi ruang kosong yang dapat diletakkan sebagai pelengkap atas teori keamanan. Keamanan manusia memperbaiki pendekatan keamanan yang seringkali represif. Keamanan manusia melengkapi pendekatan pembangunan yang rentan terhadap kondisi eksternal, seperti bencana, pandemi, atau konflik berskala besar. Keamanan manusia melengkapi pendekatan hak asasi manusia yang secara konsep seringkali ditolak oleh perangkat negara," katanya.
Di Indonesia, keamanan manusia belum begitu banyak diketahui. Hal itu hanya lumrah didiskusikan dalam ruang-ruang akademis yang terbatas pada diskusi internasional. Sebagai sebuah konsep besar yang dapat menjawab tantangan situasi khusus, seperti konflik bahkan pandemi, keamanan manusia sangat jarang dilirik. Ketiadaan rujukan yang komprehensif mengenai hal ini mungkin menjadi salah satu sebabnya.
Karena itu, CENTRA Initiative memandang pendekatan keamanan manusia relevan diberlakukan di Indonesia dengan pertimbangan human security menempatkan aktor nonpertahanan/militer lebih dominan untuk masuk ke wilayah keamanan dengan pendekatan yang lebih manusiawi. Dengan begitu, isu keamanan tidak lagi menjadi wilayah militer, tetapi hajat orang banyak yang harus terus-menerus dikawal dan diawasi.
"Keamanan manusia menempatkan kajian-kajian keamanan menjadi milik publik dan tidak eksklusif hanya menjadi milik aktor militer/keamanan, yang seringkali melupakan prinsip-prinsip kebebasan sipil, demokrasi, dan hak asasi manusia," katanya.
Ketua Badan Pengurus CENTRA Initiative, Al Araf mengatakan, human security atau dikenal dengan keamanan manusia di Indonesia merupakan konsep yang sudah banyak mengemuka. Keamanan manusia lebih mengedepankan pendekatan pentingnya perlindungan rasa aman manusia untuk bebas dari ketakutan (freedom from fear) dan bebas dari kemelaratan (freedom from want).
Menurutnya, secara konsep, keamanan manusia menjadi alternatif pendekatan di banyak negara. Pendekatan keamanan manusia meletakkan aktor keamanan nonmilter untuk berperan besar dalam menghadapi berbagai macam ancaman yang terjadi.
"Lembaga lembaga sipil pemerintah harus proaktif dalam melihat variasi masalah dan ancaman keamanan manusia," kata Al Araf dalam diskusi dan peluncuran buku di Sadjoe Cafe, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (23/11/2022).
Pendekatan keamanan manusia, kata Al Araf, merupakan pelengkap dari diskursus keamanan yang selama ini didominasi oleh keamanana negara/rezim. Selama ini pendekatan keamanan negara/rezim dalam melihat isu keamanan seringkali berdampak pada terjadinya penggunan kekuatan koersif yang berlebihan, sehingga terjadi kekerasan dan pelanggaran HAM seperti di Papua.
"Konsep keamanan manusia mengisi ruang kosong yang dapat diletakkan sebagai pelengkap atas teori keamanan. Keamanan manusia memperbaiki pendekatan keamanan yang seringkali represif. Keamanan manusia melengkapi pendekatan pembangunan yang rentan terhadap kondisi eksternal, seperti bencana, pandemi, atau konflik berskala besar. Keamanan manusia melengkapi pendekatan hak asasi manusia yang secara konsep seringkali ditolak oleh perangkat negara," katanya.
Di Indonesia, keamanan manusia belum begitu banyak diketahui. Hal itu hanya lumrah didiskusikan dalam ruang-ruang akademis yang terbatas pada diskusi internasional. Sebagai sebuah konsep besar yang dapat menjawab tantangan situasi khusus, seperti konflik bahkan pandemi, keamanan manusia sangat jarang dilirik. Ketiadaan rujukan yang komprehensif mengenai hal ini mungkin menjadi salah satu sebabnya.
Karena itu, CENTRA Initiative memandang pendekatan keamanan manusia relevan diberlakukan di Indonesia dengan pertimbangan human security menempatkan aktor nonpertahanan/militer lebih dominan untuk masuk ke wilayah keamanan dengan pendekatan yang lebih manusiawi. Dengan begitu, isu keamanan tidak lagi menjadi wilayah militer, tetapi hajat orang banyak yang harus terus-menerus dikawal dan diawasi.
"Keamanan manusia menempatkan kajian-kajian keamanan menjadi milik publik dan tidak eksklusif hanya menjadi milik aktor militer/keamanan, yang seringkali melupakan prinsip-prinsip kebebasan sipil, demokrasi, dan hak asasi manusia," katanya.
(abd)