Perjuangan Pangeran Diponegoro di Tanah Jawa hingga Wafat di Bumi Celebes
loading...
A
A
A
Baca Juga
Penyerangan Belanda di Tegalrejo menjadi tanda peperangan Diponegoro dimulai, hingga pada 1827 Belanda melakukan penyerangan kepada Pangeran Diponegoro dan membuat pasukannya terjepit. Kondisi tersebut membuat Kiai Mojo dan Pangeran Mangkubumi serta Panglimanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda pada 1829.
Melihat kondisi tersebut, Pangeran Diponegoro memutuskan untuk menyerahkan diri ke pihak Belanda, dengan syarat sisa anggotanya dilepas oleh Belanda. Hingga akhirnya Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda dan mendapatkan pengasingan ke Manado.
Namun setelah itu, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Benteng Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan. "Waktu beliau diasingkan di sini, itu tempatnya di Benteng Forr Rotterdam, beliau diasingkan bersama istri dan anak-anaknya," kata juru kunci makam Raden Hamzah Diponegoro, Minggu (13/11/2022).
Pangeran Diponegoro diasingkan di Kota Anging Mamiri bersama istri dan anak-anaknya, hingga akhirnya wafat pada 8 Januari 1855 dan dimakamkan di Kota Makassar. "Setelah beliau mengembuskan napas barulah Belanda memberikan kawasan ini sebagai makam sekaligus juga tempat tinggal untuk istri dan anak-anak beliau," lanjutnya.
Pangeran Diponegoro dimakamkan di Kompleks Jawa, tepatnya di Jalan Diponegoro Nomor 55, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo Kota Makassar. "Belanda memberikan area pemakaman untuk beliau sekaligus juga tempat tinggal istri dan anak-anak beliau. dan akhirnya anak-anak beliau beranak pinak di sini," sambungnya.
Di kompleks pemakaman seluas 500 M persegi tersebut juga turut dimakamkan istri, anak-anak, laskar pengikut pangeran hingga anak cucu Pangeran Diponegoro. Raden Hamzah menyebutkan, kebanyakan para peziarah yang ada ke makam Pangeran Diponegoro dari Pulau Jawa, hal itu juga terlihat dari buku tamu yang disediakan untuk para tamu berkunjung ke kawasan pemakaman Pangeran Diponegoro.