Deretan Jenderal TNI yang Menjadi Pahlawan Nasional
loading...
A
A
A
Jenderal Abdul Haris Nasution berasal dari keluarga petani. Dia lahir di Tapanuli Selatan, 3 Desember 1918.
Karier militernya dimulai pada 1940 saat Belanda membuka sekolah perwira cadangan untuk pemuda Indonesia. Nasution pun mendaftar lalu menjadi pembantu letnan di Surabaya.
Pada 1946, ia dilantik Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi III Siliwangi. Dua tahun kemudian, ia menjabat sebagai Wakil Panglima Besar TNI dan Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang Republik Indonesia.
Pada 1949, Nasution dipercaya menjadi KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat). Nasution menuangkan gagasan perang gerilya dalam buku berjudul “Statregy of Guerrilla Warfare.”
Nasution pernah menjadi target penculikan pada peristiwa G30S/PKI 1965. Beruntung dia lolos namun Kapten Anumerta Pierre Tendean, ajudannya, dan sang putri Ade Irma Nasution justru yang menjadi korban kekejaman G30S/PKI.
Pada 5 Oktober 1997, Nasution dianugerahi Presiden Soeharto gelar Jenderal Besar yang ditandai dengan bintang lima di pundak. Pada 6 September 2000, Jenderal Abdul Haris Nasution meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
3. TB Simatupang
Foto/ist
Jenderal Tahi Bonar Simatupang atau yang dikenal TB Simatupang mengawali karier militer saat masuk KMA (Koninklijke Militaire Academie) Bandung pada 1940. Setelah kemerdekaan Indonesia, Simatupang bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan ikut bergerilya bersama Jenderal Soedirman.
Semasa Perang Kemerdekaan, Simatupang diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang pada 1948-1949. Setelah Jenderal Soedirman meninggal dunia pada 1950, Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang Indonesia (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal.
Pada 1954, Simatupang diangkat menjadi Penasihat Militer di Departemen Pertahanan. Ia pernah berseteru dengan Presiden Soekarno. Pada 1959, Simatupang pensiun secara dini.
Setelah pensiun, ia aktif dalam kegiatan gereja serta menulis buku, Simatupang meninggal dunia Pada 1990 dan dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberinya gelar pahlawan nasional pada 2013.
4. Basuki Rahmat
Foto/ist
Karier militernya dimulai pada 1940 saat Belanda membuka sekolah perwira cadangan untuk pemuda Indonesia. Nasution pun mendaftar lalu menjadi pembantu letnan di Surabaya.
Pada 1946, ia dilantik Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi III Siliwangi. Dua tahun kemudian, ia menjabat sebagai Wakil Panglima Besar TNI dan Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang Republik Indonesia.
Pada 1949, Nasution dipercaya menjadi KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat). Nasution menuangkan gagasan perang gerilya dalam buku berjudul “Statregy of Guerrilla Warfare.”
Nasution pernah menjadi target penculikan pada peristiwa G30S/PKI 1965. Beruntung dia lolos namun Kapten Anumerta Pierre Tendean, ajudannya, dan sang putri Ade Irma Nasution justru yang menjadi korban kekejaman G30S/PKI.
Pada 5 Oktober 1997, Nasution dianugerahi Presiden Soeharto gelar Jenderal Besar yang ditandai dengan bintang lima di pundak. Pada 6 September 2000, Jenderal Abdul Haris Nasution meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
3. TB Simatupang
Foto/ist
Jenderal Tahi Bonar Simatupang atau yang dikenal TB Simatupang mengawali karier militer saat masuk KMA (Koninklijke Militaire Academie) Bandung pada 1940. Setelah kemerdekaan Indonesia, Simatupang bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan ikut bergerilya bersama Jenderal Soedirman.
Semasa Perang Kemerdekaan, Simatupang diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang pada 1948-1949. Setelah Jenderal Soedirman meninggal dunia pada 1950, Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang Indonesia (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal.
Pada 1954, Simatupang diangkat menjadi Penasihat Militer di Departemen Pertahanan. Ia pernah berseteru dengan Presiden Soekarno. Pada 1959, Simatupang pensiun secara dini.
Setelah pensiun, ia aktif dalam kegiatan gereja serta menulis buku, Simatupang meninggal dunia Pada 1990 dan dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberinya gelar pahlawan nasional pada 2013.
4. Basuki Rahmat
Foto/ist