Sekolah Penggerak, Pembelajaran Kian Menyenangkan dengan Kreativitas Guru dan Siswa

Senin, 07 November 2022 - 07:28 WIB
loading...
A A A
“Di asesmen ini sudah ada juri, jadi pembimbing dan juri ini bersama-sama melihat projek yang dilakukan oleh para siswa. Kemudian juga nanti pada asesmen dinilai terkait produk dari projek Profil Pelajar Pancasila dalam bentuk berupa foto, stiker, video tampilan anak-anak, atau produk,” jelas Metrin.

Dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis projek yang mengadopsi Profil Pelajar pancasila, Metrin mengungkapkan bahwa karakter anak menjadi lebih nyata sesuai harapan.

“Kami sudah melihat hasilnya karena dari awal pelaksanaan projek anak-anak sudah melakukan perencanaan, menikmati prosesnya. Anak-anak juga antusias sehingga menumbuhkan jiwa kreatif dan kompetitif. Jadi intinya dengan kegiatan projek Profil Pancasila ini kami melihat anak-anak bisa menjadi kuat karakternya,” kata Kepala SMPN 41 tersebut.

Sebagai sosok yang terpilih menjadi kepala sekolah penggerak, Metrin juga harus menyiapkan guru-guru yang unggul, memiliki kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang baik.

“Nah jadi kalau saya memilih guru dengan kompetensi profesional artinya guru yang tidak gagap teknologi (gaptek) alias dia harus melek IT agar nanti bisa menyajikan pembelajaran, merancang pembelajaran dengan menggunakan sistem yang sesuai kekinian, karena kan anak-anak sekarang adalah anak-anak generasi digital,” imbuh Metrin.

Sebagai pemimpin Metrin juga tidak lupa selalu mengapresiasi guru-guru yang memiliki kompetensi baik. Bagi Metrin, guru yang mempunyai kompetensi sosial adalah sumber daya manusia yang baik.

“Karena guru itu digugu dan ditiru ya. Sehingga dari bicaranya, perkataannya, hingga perbuatannya harus diperhatikan karena akan ditiru dan menjadi contoh bagi anak-anak,” pungkas Metrin.

Perubahan Lebih Maju

Heryaningsih, Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri 28 Pontianak Utara, Kalimantan Barat menceritakan perjuangannya saat awal menjadi Kepala Sekolah Penggerak. Berbekal dengan pelatihan yang diikutinya selama sepuluh hari secara daring, ia berjuang keras mulai menerapkan ilmu yang diperoleh mulai dari menyusun perencanaan hingga implementasi dalam pembelajaran.

“Awalnya sangat berat karena pembelajaran yang semula tematik kemudian dalam Kurikulum Merdeka ini lebih diberikan kebebasan dengan fokus pembelajaran pada projek. Terasa berat di awal namun setelah masuk semester kedua kami mulai terbiasa dan lebih senang menjalaninya,” ujar wanita yang biasa disapa Ning ini dengan semangat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2074 seconds (0.1#10.140)