Reformulasi Agama dalam Geopolitik Global
loading...
A
A
A
Fenomena ini menjadikan potensi dan problem agama yang sering menjadi potret penganut agama di dunia. Keberagamaan ideal perlu dibangun atas pemahaman dan kesadaran komprehensif pemeluknya.
Telah menjadi tantangan para pemeluk agama bahwa cara pandang eksklusif pada agama, dengan mengabaikan dengan mengabaikan komunitas lainnya mengakibatkan pertentangan dari pada titik temu untuk perdamaian. Para pemeluk agama perlu melihat permasalahan yang terjadi di sekelilingnya dari doktrin dan pemahaman keagamaan.
Kemampuan mendalami permasalahan agama (religious obstacles) dibutuhkan kesepahaman dalam nilai-nilai universal yang memadukan kebersamaan dalam beragama. Agama untuk perdamaian dan keadilan adalah upaya pencapaian tujuan suci beragama.
Nilai-nilai agung bagi kemanusiaan yang terumuskan dalam shared values menjadi kesepahaman dan kebutuhan bersama yang bisa melunturkan egoisme keberagamaan. Masing-masing agama memiliki doktrin teologis yang unik, namun nilai-nilai kemanusiaan dari agama ditekankan untuk lebih dikedepankan.
Shared Values
Penguatan agama di masa krisis dan pengalaman wabah pandemi Covid-19 telah menyadarkan para tokoh agama untuk memperkuat nilai-nilai universal sebagai perekat antarpemeluk dan masyarakat dunia.
Musibah wabah memberikan pelajaran bagi dunia. Bahwa penyelesaian masalah dalam menjaga kehidupan dibutuhkan kebersamaan dan saling membantu, tanpa melihat perbedaan keyakinan agama. Secara sosiologis, kebergantungan negara-negara masyarakat dunia satu sama lain menurunkan egosentrime regional karena permasalahan tidak bisa diselasaikan secara mandiri.
Pencarian menghargai nilai-nilai bersama ini dilakuan dengan cara menemukan nilai universal yang mempertemukan agama-agama. Nilai-nilai universal diharapkan mampu memperkuat anthropo-centrisme agama. Artinya, keberagmaan diperkuat dalam menjaga kepentingan kehidupan damai dan kemanusiaan.
Sebab itu aspek ekonomi, kemiskinan, dan lingkungan dalam masyarakat menjadi bagian penting dari ajaran agama yang menjadi tanggung jawab berbagai pemeluk lintas agama. Teo-sentrisme agama, pada sisi lain, jika difahami secara rigid dan eksklusif akan menempatkan agama pada orbit keyakinan yang selalu menonjolkan perbedaan dan persaingan dalam perebutan pengaruh agama.
Aspek ketuhanan perlu dilihat dari nilai-nilai dasar yang mengajak manusia saling menjaga dan mengasihi. Sementara perbedaan simbolik transcendental Tuhan diletakkan sebagai keunikan agama masing-masing.
Pencapaian pemahaman nilai bersama dalam keberagamaan dibutuhkan rumusan persepakan bersama (universal consensus). Langkah ini dilakukan dengan menjaga multikulturalisme dalam kehidupan masyarakat.
Telah menjadi tantangan para pemeluk agama bahwa cara pandang eksklusif pada agama, dengan mengabaikan dengan mengabaikan komunitas lainnya mengakibatkan pertentangan dari pada titik temu untuk perdamaian. Para pemeluk agama perlu melihat permasalahan yang terjadi di sekelilingnya dari doktrin dan pemahaman keagamaan.
Kemampuan mendalami permasalahan agama (religious obstacles) dibutuhkan kesepahaman dalam nilai-nilai universal yang memadukan kebersamaan dalam beragama. Agama untuk perdamaian dan keadilan adalah upaya pencapaian tujuan suci beragama.
Nilai-nilai agung bagi kemanusiaan yang terumuskan dalam shared values menjadi kesepahaman dan kebutuhan bersama yang bisa melunturkan egoisme keberagamaan. Masing-masing agama memiliki doktrin teologis yang unik, namun nilai-nilai kemanusiaan dari agama ditekankan untuk lebih dikedepankan.
Shared Values
Penguatan agama di masa krisis dan pengalaman wabah pandemi Covid-19 telah menyadarkan para tokoh agama untuk memperkuat nilai-nilai universal sebagai perekat antarpemeluk dan masyarakat dunia.
Musibah wabah memberikan pelajaran bagi dunia. Bahwa penyelesaian masalah dalam menjaga kehidupan dibutuhkan kebersamaan dan saling membantu, tanpa melihat perbedaan keyakinan agama. Secara sosiologis, kebergantungan negara-negara masyarakat dunia satu sama lain menurunkan egosentrime regional karena permasalahan tidak bisa diselasaikan secara mandiri.
Pencarian menghargai nilai-nilai bersama ini dilakuan dengan cara menemukan nilai universal yang mempertemukan agama-agama. Nilai-nilai universal diharapkan mampu memperkuat anthropo-centrisme agama. Artinya, keberagmaan diperkuat dalam menjaga kepentingan kehidupan damai dan kemanusiaan.
Sebab itu aspek ekonomi, kemiskinan, dan lingkungan dalam masyarakat menjadi bagian penting dari ajaran agama yang menjadi tanggung jawab berbagai pemeluk lintas agama. Teo-sentrisme agama, pada sisi lain, jika difahami secara rigid dan eksklusif akan menempatkan agama pada orbit keyakinan yang selalu menonjolkan perbedaan dan persaingan dalam perebutan pengaruh agama.
Aspek ketuhanan perlu dilihat dari nilai-nilai dasar yang mengajak manusia saling menjaga dan mengasihi. Sementara perbedaan simbolik transcendental Tuhan diletakkan sebagai keunikan agama masing-masing.
Pencapaian pemahaman nilai bersama dalam keberagamaan dibutuhkan rumusan persepakan bersama (universal consensus). Langkah ini dilakukan dengan menjaga multikulturalisme dalam kehidupan masyarakat.