Pemikiran Out of The Box Profesor Keolahragaan

Selasa, 01 November 2022 - 08:16 WIB
loading...
Pemikiran Out of The Box Profesor Keolahragaan
Agus Kristiyanto. FOTO/DOK KORAN SINDO
A A A
Agus Kristiyanto
Profesor Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga FKOR Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Bidang Publikasi pada Kepengurusan Apkori 2022 – 2026


Momentum penting era kebangkitan olahraga menuju harapan baru tatkala Menpora Zainudin Amali pada Jumat (21/10) melantik kepengurusan baru Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori) periode 2022-2026 di Gedung Rektorat UNY Yogyakarta.

Asosiasi yang telah berdiri resmi sejak 2017 itu kini memasuki kepengurusan generasi II. Postur kepengurusan pun semakin lengkap seiring dinamika internal asosiasi dan adaptasi dengan tuntutan perkembangan pesat keolahragaan.

Kehadiran Apkori menjadi tumpuan harapan utama seiring dengan semakin “membanjirnya” persoalan keolahragaan nasional, yang secara absolut membutuhkan sumbangsih pemikiran-pemikiran baru, terutama dari para profesor keolahragaan. Pemikiran baru yang tidak sekadar normatif dan biasa-biasa saja, tetapi pemikiran yangout of the box.

Pemikiranout of the boxsecara embrionik mungkin sudah muncul dalam aneka “karya-karya”existingperseorangan, namun dalam tataran kolektif sepertinya belum begitu terlihat. Hal ini menjadi tantangan ke depan. Maka itu, diperlukan formula untuk menghimpun pemikiran-pemikiran baruout of the boxdari para profesor keolahragaan atas persoalan aktual secara kolektif, sistemik, komprehensif, dan berkelanjutan untuk menggerakkan perubahan.

Tanpa bermaksud terlalu membesar-besarkan perannya, profesor adalah “sosok yang ditakdirkan” untuk terus menghasilkan produk-produk pemikiran yang baru dan terbarukan (new and renewable). Jika ada pameo: “Barang siapa menguasai energi, maka akan menguasai dunia”,maka dapat dianalogikan: “Barang siapa menguasai produk pemikiran, maka akan menguasai dunia”. Betapa sangat strategisnya efek dari produk pemikiran baru dan terbarukan dari para profesor.

Jumlah profesor akademik keolahragaan di Indonesia masih relatif sedikit, yakni baru 89 orang. Sekadar komparasi, diBeijing Sport Universityterdapat lebih dari 300 profesor keolahragaan. Artinya, satu universitas olahraga memiliki profesor olahraga yang lebih banyak dari yang dimiliki satu negara.

Di Indonesia, bidang keprofesoran pun sangat beragam, sesuai dengan karakteristik ilmu keolahragaan yang berkembang secara multidisipliner, bahkan interdisipliner dan krosdisipliner.

Walaupun relatif sedikit, “warna pelangi” bidang keprofesoran keolahragaan memiliki arti penting bahwa ke depan pemikiranout of the boxprofesor juga akan semakin mengarah pada bidang-bidang yang belum tersentuh. Setidaknya ada dua “stimulus aktual” yang membutuhkan respons cepat pemikiran baru profesor keolahragaan.

Pertama, pencapaian tujuan utama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) tak bisa dilalui dengan cara-cara yang biasa dan linear, tetapi membutuhkan formula yang mampu memberikan lompatan eksponensial. Dengan demikian, diperlukan hasil pemikiran yang “berbeda” dan bersifatout of the box.Kedua, tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada awal Oktober 2022 di samping menimbulkan kepedihan bersama tentu ada banyak tantangan pemikiran baru bagi para profesor keolahrgaan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1863 seconds (0.1#10.140)