Pemikiran Out of The Box Profesor Keolahragaan
loading...
A
A
A
Agus Kristiyanto
Profesor Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga FKOR Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Bidang Publikasi pada Kepengurusan Apkori 2022 – 2026
Momentum penting era kebangkitan olahraga menuju harapan baru tatkala Menpora Zainudin Amali pada Jumat (21/10) melantik kepengurusan baru Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori) periode 2022-2026 di Gedung Rektorat UNY Yogyakarta.
Asosiasi yang telah berdiri resmi sejak 2017 itu kini memasuki kepengurusan generasi II. Postur kepengurusan pun semakin lengkap seiring dinamika internal asosiasi dan adaptasi dengan tuntutan perkembangan pesat keolahragaan.
Kehadiran Apkori menjadi tumpuan harapan utama seiring dengan semakin “membanjirnya” persoalan keolahragaan nasional, yang secara absolut membutuhkan sumbangsih pemikiran-pemikiran baru, terutama dari para profesor keolahragaan. Pemikiran baru yang tidak sekadar normatif dan biasa-biasa saja, tetapi pemikiran yangout of the box.
Pemikiranout of the boxsecara embrionik mungkin sudah muncul dalam aneka “karya-karya”existingperseorangan, namun dalam tataran kolektif sepertinya belum begitu terlihat. Hal ini menjadi tantangan ke depan. Maka itu, diperlukan formula untuk menghimpun pemikiran-pemikiran baruout of the boxdari para profesor keolahragaan atas persoalan aktual secara kolektif, sistemik, komprehensif, dan berkelanjutan untuk menggerakkan perubahan.
Tanpa bermaksud terlalu membesar-besarkan perannya, profesor adalah “sosok yang ditakdirkan” untuk terus menghasilkan produk-produk pemikiran yang baru dan terbarukan (new and renewable). Jika ada pameo: “Barang siapa menguasai energi, maka akan menguasai dunia”,maka dapat dianalogikan: “Barang siapa menguasai produk pemikiran, maka akan menguasai dunia”. Betapa sangat strategisnya efek dari produk pemikiran baru dan terbarukan dari para profesor.
Jumlah profesor akademik keolahragaan di Indonesia masih relatif sedikit, yakni baru 89 orang. Sekadar komparasi, diBeijing Sport Universityterdapat lebih dari 300 profesor keolahragaan. Artinya, satu universitas olahraga memiliki profesor olahraga yang lebih banyak dari yang dimiliki satu negara.
Di Indonesia, bidang keprofesoran pun sangat beragam, sesuai dengan karakteristik ilmu keolahragaan yang berkembang secara multidisipliner, bahkan interdisipliner dan krosdisipliner.
Walaupun relatif sedikit, “warna pelangi” bidang keprofesoran keolahragaan memiliki arti penting bahwa ke depan pemikiranout of the boxprofesor juga akan semakin mengarah pada bidang-bidang yang belum tersentuh. Setidaknya ada dua “stimulus aktual” yang membutuhkan respons cepat pemikiran baru profesor keolahragaan.
Pertama, pencapaian tujuan utama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) tak bisa dilalui dengan cara-cara yang biasa dan linear, tetapi membutuhkan formula yang mampu memberikan lompatan eksponensial. Dengan demikian, diperlukan hasil pemikiran yang “berbeda” dan bersifatout of the box.Kedua, tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada awal Oktober 2022 di samping menimbulkan kepedihan bersama tentu ada banyak tantangan pemikiran baru bagi para profesor keolahrgaan.
Apresiasi yang tinggi patut disampaikan kepada Rektor Unesa Surabaya yang kebetulan juga selaku ketua umum Apkori 2022-2026 yang telah menginisiasi “Sarasehan Sepakbola Damai”. Sebuah kegiatan awal curah pendapat yang menunjukkan nilai keberpihakan untuk bangkit dari sebuah tragedi olahraga.
Masih banyak terdapat tantangan baru yang harus disentuh melalui pemikiran baru profesor keolahragaan. Terutama berhubungan dengan aspek pemaksimalan nilai keamanan dan keselamatan stadion yang memerlukan solusi adaptif dari berbagai perspektif dan dimensi.
Perwujudan standar minimal penyelenggaraan kejuaraan olahraga masih menjadi “pekerjaan rumah” yang belum terselesaikan. Hal tersebut terkait dengan cara pandang, sudut pandang, dan jarak pandang para pemangku kepentingan yang perlu disinergikan dengan formula tertentu.
Meminimalkan distorsi serta membangun kultur elegan dalam sebuah penyelenggaraaneventkolosal keolahragaan juga memerlukan formula tertentu. Pada sisi yang lain kita semua tertantang untuk bagaimana mengupayakan jaminan keamanan dan keselamatan melalui desain sebuahvenueyang ergonomik.
Artinya, ke depan diperlukan peran keahlian arsitektur olahraga untuk mendesain infrastruktur olahraga yang berorientasi pada pertimbangan keamanan, keselamatan, keindahan, dan kenyamanan stadion. Masih banyak lagi tantangan berpikir baru dan terbarukan di samping yang telah diuraikan.
Sumbangsih dengan Berkarya
Menghasilkan produk pemikiranout of the boxprofesor keolahragaan sejatinya merupakan keniscayaan dan tantangan permanen. Sebuah ruang dedikasi ideal yang diciptakan secara individu maupun kolektif dalam bentukresearch group(RG) maupun melalui asosiasi formal yang terbentuk.
Di samping bekerja dan berkarya untuk menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi secara utuh dan proporsional, setiap profesor keolahragaan memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan intelektual sesuai denganpassiondan bidang keilmuan masing-masing. Menjaga marwah keilmuan profesor ditunjukkan terutama oleh wujud karya pemikiran yang didedikasikan untuk berkontribusi memelejitkan hasil pembangunan olahraga.
Pertama,hasil pemikiran dan hasil-hasil riset belum dianggap selesai jika belum dipublikasikan (Berkley, Jason,1988). Karya profesor bukan hanya merupakan karya akademik, tetapi bagian strategis dari urusan daya saing bangsa dan komponen pemeringkatan bangsa melalui indikator karya profesor yang membumi dan mendunia.
Karya yang “membumi” berhubungan dengan aspek pragmatis dalam lingkungan strategis tugas yang relevan dengan keprofesorannya, sedangkan aspek “mendunia” berhubungan dengan karya yang diresonansikan melalui publikasi internasional.
Kedua, profesor melakukan publikasi mengacu pada ketentuan kewajiban khususnya. Profesor memiliki kewajiban khusus untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi, menulis buku dan karya ilmiah, serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat. Dalam bentuk apa pun, publikasi merupakan sebuah jembatan penghubung pemikiran melalui gagasan dan temuan terbaru dalam riset untuk lebih siap dihilirisasikan dan kemudian dikomersialisasikan.
Ketiga, aktif produktif dalam peraihan kompetisi riset dari berbagai sumber dana riset. Bagaimanapun riset perlu diagendakan dengan peraihan dana tahunan yang cukup tersedia. Berbagai kesempatan melakukan riset dapat dilakukan dengan menjalankan berbagai skim penelitian yang bersumber dari dana rutin pemerintah maupun sumber-sumber lain yang tersedia, termasuk dan non-APBN/ PNBP di internal universitas.
Keempat,membidani lahirnya pemikiranout of the boxdengan cara merintis kegiatan kolaborasi dengan peneliti lain, terutama dengan para profesor lain di luar anggota Apkori yang berpotensi didaulat sebagai anggota kehormatan Apkori.Kelima, memaksimalkan sumber daya internal kepengurusan APKORI untuk membangun kerja sama yang lebih luas.
Memproduksi hasil gagasan, pemikiran, dan temuan baru riset-riset keolahragaan tentu saja bukan sekadar kegiatan rutin akademik menggugurkan kewajiban untuk pemenuhan syarat beban kerja dosen (BKD). Produk pemikiranout of the boxprofesor keolahragaan identik dengan penerimaan elegan tantangan untuk konsisten melakukan riset yangout of the box.
Riset yang hasilnya dipublikasikan, dihilirisasikan, dan ada kemungkinan berlanjut pada tahap komersialisasi. Konon,gradetertinggi dari perjalanan riset adalah komersialisasi. Hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh profesor keolahragaan yang konsisten dengan sikap dan pemikiran yangout of the boxsecara individu maupun kolektif.Bravoprofesor keolahragaan Indonesia.
Profesor Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga FKOR Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Bidang Publikasi pada Kepengurusan Apkori 2022 – 2026
Momentum penting era kebangkitan olahraga menuju harapan baru tatkala Menpora Zainudin Amali pada Jumat (21/10) melantik kepengurusan baru Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori) periode 2022-2026 di Gedung Rektorat UNY Yogyakarta.
Asosiasi yang telah berdiri resmi sejak 2017 itu kini memasuki kepengurusan generasi II. Postur kepengurusan pun semakin lengkap seiring dinamika internal asosiasi dan adaptasi dengan tuntutan perkembangan pesat keolahragaan.
Kehadiran Apkori menjadi tumpuan harapan utama seiring dengan semakin “membanjirnya” persoalan keolahragaan nasional, yang secara absolut membutuhkan sumbangsih pemikiran-pemikiran baru, terutama dari para profesor keolahragaan. Pemikiran baru yang tidak sekadar normatif dan biasa-biasa saja, tetapi pemikiran yangout of the box.
Pemikiranout of the boxsecara embrionik mungkin sudah muncul dalam aneka “karya-karya”existingperseorangan, namun dalam tataran kolektif sepertinya belum begitu terlihat. Hal ini menjadi tantangan ke depan. Maka itu, diperlukan formula untuk menghimpun pemikiran-pemikiran baruout of the boxdari para profesor keolahragaan atas persoalan aktual secara kolektif, sistemik, komprehensif, dan berkelanjutan untuk menggerakkan perubahan.
Tanpa bermaksud terlalu membesar-besarkan perannya, profesor adalah “sosok yang ditakdirkan” untuk terus menghasilkan produk-produk pemikiran yang baru dan terbarukan (new and renewable). Jika ada pameo: “Barang siapa menguasai energi, maka akan menguasai dunia”,maka dapat dianalogikan: “Barang siapa menguasai produk pemikiran, maka akan menguasai dunia”. Betapa sangat strategisnya efek dari produk pemikiran baru dan terbarukan dari para profesor.
Jumlah profesor akademik keolahragaan di Indonesia masih relatif sedikit, yakni baru 89 orang. Sekadar komparasi, diBeijing Sport Universityterdapat lebih dari 300 profesor keolahragaan. Artinya, satu universitas olahraga memiliki profesor olahraga yang lebih banyak dari yang dimiliki satu negara.
Di Indonesia, bidang keprofesoran pun sangat beragam, sesuai dengan karakteristik ilmu keolahragaan yang berkembang secara multidisipliner, bahkan interdisipliner dan krosdisipliner.
Walaupun relatif sedikit, “warna pelangi” bidang keprofesoran keolahragaan memiliki arti penting bahwa ke depan pemikiranout of the boxprofesor juga akan semakin mengarah pada bidang-bidang yang belum tersentuh. Setidaknya ada dua “stimulus aktual” yang membutuhkan respons cepat pemikiran baru profesor keolahragaan.
Pertama, pencapaian tujuan utama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) tak bisa dilalui dengan cara-cara yang biasa dan linear, tetapi membutuhkan formula yang mampu memberikan lompatan eksponensial. Dengan demikian, diperlukan hasil pemikiran yang “berbeda” dan bersifatout of the box.Kedua, tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada awal Oktober 2022 di samping menimbulkan kepedihan bersama tentu ada banyak tantangan pemikiran baru bagi para profesor keolahrgaan.
Apresiasi yang tinggi patut disampaikan kepada Rektor Unesa Surabaya yang kebetulan juga selaku ketua umum Apkori 2022-2026 yang telah menginisiasi “Sarasehan Sepakbola Damai”. Sebuah kegiatan awal curah pendapat yang menunjukkan nilai keberpihakan untuk bangkit dari sebuah tragedi olahraga.
Masih banyak terdapat tantangan baru yang harus disentuh melalui pemikiran baru profesor keolahragaan. Terutama berhubungan dengan aspek pemaksimalan nilai keamanan dan keselamatan stadion yang memerlukan solusi adaptif dari berbagai perspektif dan dimensi.
Perwujudan standar minimal penyelenggaraan kejuaraan olahraga masih menjadi “pekerjaan rumah” yang belum terselesaikan. Hal tersebut terkait dengan cara pandang, sudut pandang, dan jarak pandang para pemangku kepentingan yang perlu disinergikan dengan formula tertentu.
Meminimalkan distorsi serta membangun kultur elegan dalam sebuah penyelenggaraaneventkolosal keolahragaan juga memerlukan formula tertentu. Pada sisi yang lain kita semua tertantang untuk bagaimana mengupayakan jaminan keamanan dan keselamatan melalui desain sebuahvenueyang ergonomik.
Artinya, ke depan diperlukan peran keahlian arsitektur olahraga untuk mendesain infrastruktur olahraga yang berorientasi pada pertimbangan keamanan, keselamatan, keindahan, dan kenyamanan stadion. Masih banyak lagi tantangan berpikir baru dan terbarukan di samping yang telah diuraikan.
Sumbangsih dengan Berkarya
Menghasilkan produk pemikiranout of the boxprofesor keolahragaan sejatinya merupakan keniscayaan dan tantangan permanen. Sebuah ruang dedikasi ideal yang diciptakan secara individu maupun kolektif dalam bentukresearch group(RG) maupun melalui asosiasi formal yang terbentuk.
Di samping bekerja dan berkarya untuk menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi secara utuh dan proporsional, setiap profesor keolahragaan memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan intelektual sesuai denganpassiondan bidang keilmuan masing-masing. Menjaga marwah keilmuan profesor ditunjukkan terutama oleh wujud karya pemikiran yang didedikasikan untuk berkontribusi memelejitkan hasil pembangunan olahraga.
Pertama,hasil pemikiran dan hasil-hasil riset belum dianggap selesai jika belum dipublikasikan (Berkley, Jason,1988). Karya profesor bukan hanya merupakan karya akademik, tetapi bagian strategis dari urusan daya saing bangsa dan komponen pemeringkatan bangsa melalui indikator karya profesor yang membumi dan mendunia.
Karya yang “membumi” berhubungan dengan aspek pragmatis dalam lingkungan strategis tugas yang relevan dengan keprofesorannya, sedangkan aspek “mendunia” berhubungan dengan karya yang diresonansikan melalui publikasi internasional.
Kedua, profesor melakukan publikasi mengacu pada ketentuan kewajiban khususnya. Profesor memiliki kewajiban khusus untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi, menulis buku dan karya ilmiah, serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat. Dalam bentuk apa pun, publikasi merupakan sebuah jembatan penghubung pemikiran melalui gagasan dan temuan terbaru dalam riset untuk lebih siap dihilirisasikan dan kemudian dikomersialisasikan.
Ketiga, aktif produktif dalam peraihan kompetisi riset dari berbagai sumber dana riset. Bagaimanapun riset perlu diagendakan dengan peraihan dana tahunan yang cukup tersedia. Berbagai kesempatan melakukan riset dapat dilakukan dengan menjalankan berbagai skim penelitian yang bersumber dari dana rutin pemerintah maupun sumber-sumber lain yang tersedia, termasuk dan non-APBN/ PNBP di internal universitas.
Keempat,membidani lahirnya pemikiranout of the boxdengan cara merintis kegiatan kolaborasi dengan peneliti lain, terutama dengan para profesor lain di luar anggota Apkori yang berpotensi didaulat sebagai anggota kehormatan Apkori.Kelima, memaksimalkan sumber daya internal kepengurusan APKORI untuk membangun kerja sama yang lebih luas.
Memproduksi hasil gagasan, pemikiran, dan temuan baru riset-riset keolahragaan tentu saja bukan sekadar kegiatan rutin akademik menggugurkan kewajiban untuk pemenuhan syarat beban kerja dosen (BKD). Produk pemikiranout of the boxprofesor keolahragaan identik dengan penerimaan elegan tantangan untuk konsisten melakukan riset yangout of the box.
Riset yang hasilnya dipublikasikan, dihilirisasikan, dan ada kemungkinan berlanjut pada tahap komersialisasi. Konon,gradetertinggi dari perjalanan riset adalah komersialisasi. Hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh profesor keolahragaan yang konsisten dengan sikap dan pemikiran yangout of the boxsecara individu maupun kolektif.Bravoprofesor keolahragaan Indonesia.
(ynt)