Memutus Politik SARA di Media Sosial, Masyarakat Cerdas Gunakan Aplikasi BuddyKu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebentar lagi Indonesia akan melakukan perhelatan politik besar, yakni pelaksanaan Pemilu 2024. Masyarakat pun diajak memutus munculnya politik SARA di media sosial.
Saat ini, kampanye-kampanye politik yang dilakukan sebagai bentuk dari upaya persuasif kepada masyarakat sebelum menentukan pilihan terakhir mereka, telah terlihat. Upaya tersebut dilakukan dengan cara langsung atau melalui media sosial yang saat ini masif digunakan oleh sebagian besar masyarakat.
Kemudahan dan efisiensi yang dimiliki oleh media sosial di era digital ini menimbulkan kekhawatiran menimbulkan peningkatan terjadinya politik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang sering terjadi menjelang hadirnya pemilu.
Kekhawatiran yang sama dirasakan oleh Bawaslu yang baru-baru ini berencana membuat MoU dengan berbagai media sosial yang ada untuk mencegah hadirnya politik SARA dan hoax yang dapat memecah belah bahkan menghambat demokrasi. "Aplikasi pasti juga akan digunakan beberapa orang untuk menyerang pilihan orang lain," ujar Ketua Bawaslu Rahmat Bagja di sela acara Fifth Plenary Assembly Global Network on Electoral Justice di Bali, 10 Oktober 2022.
Lalu, bagaimana masyarakat dapat mengakses informasi tanpa adanya kekhawatiran menerima informasi palsu yang bersifat menjatuhkan salah satu kelompok dan identitas? Masyarakat Indonesia dapat menggunakan aplikasi BuddyKu yang merupakan media atau platform untuk berbagi dan menerima informasi secara real-time tanpa khawatir tertinggal namun juga tanpa adanya ketakutan menerima informasi yang bersifat radikalisme, membawa isu hoaks, ataupun membawa isu SARA. Informasi yang disajikan terkurasi secara menyeluruh sebelum informasi tersebut dibagikan kepada pembaca, sehingga kredibilitas dan kualitas dari isi informasi yang tersampaikan tidak perlu masyarakat ragukan.
Menanggapi kekhawatiran menjelang Pemilu 2024, Tommy Tjokro sebagai Senior News Anchor dan Chief of Content BuddyKu mengatakan bahwa hal ini juga patut menjadi perhatian masyarakat Indonesia dan partai politik.
"Adanya keterbukaan informasi digital saat ini sangat mungkin akan lebih besar dinamika terkait SARA dibandingkan tahun 2019, cuma saya yakin kita semua sepakat itu jangan sampai terjadi lagi yang artinya para partai politik mudah-mudahan jangan memainkan hal yang sama, komitmen itu pertama harus datang dari partai politiknya, jadi ke depan yang dibicarakan lebih kepada program kerja, kampanye yang produktif, jadi masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat untuk memilih dan menentukan pemimpin nomor 1 ke depannya," ujar Tommy Tjokro.
Masyarakat pun dapat menjadi warga negara yang baik dengan tetap menentukan pilihan kandidat atau calon yang mereka tentukan. Namun, dalam proses memperoleh informasi terkait kandidatnya masyarakat harus mendapatkan informasi yang valid agar terlaksana pemilu yang berkualitas dan tetap menghidupkan makna dari adanya demokrasi itu sendiri.
Tommy Tjokro menambahkan, dalam media sosial harapannya juga sama. Apa pun yang tersebar, apa pun yang menjadi opini terkait dengan pilihannya sudah tidak berbicara soal SARA, tapi bicara soal program kerja.
"BuddyKu memiliki semangat yang sama, mudah-mudahan ke depan semua portal berita, publishers, memproduksi konten-konten yang kaitannya bicara soal program kerja, jadi semua yang akhirnya membaca dan membuka BuddyKu atau membuat konten di BuddyKu mempunyai pemahaman, tidak ada lagi pembicaraan terkait dengan SARA. Mudah-mudahan BuddyKu menjadi yang terdepan dan nomor satu sehingga masyarakat dapat memiliki pemahaman yang sama bahwa tidak ada lagi pembahasan berbau SARA menjelang pemilu 2024," kata Tommy Tjokro.
Dengan menggunakan aplikasi BuddyKu, masyarakat Indonesia tetap bisa mendapatkan dan berbagi informasi dengan kategori Politik dan Peristiwa yang terupdate setiap hari tanpa adanya kebohongan berita yang dibungkus dengan kepentingan tertentu untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
Saat ini, kampanye-kampanye politik yang dilakukan sebagai bentuk dari upaya persuasif kepada masyarakat sebelum menentukan pilihan terakhir mereka, telah terlihat. Upaya tersebut dilakukan dengan cara langsung atau melalui media sosial yang saat ini masif digunakan oleh sebagian besar masyarakat.
Kemudahan dan efisiensi yang dimiliki oleh media sosial di era digital ini menimbulkan kekhawatiran menimbulkan peningkatan terjadinya politik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang sering terjadi menjelang hadirnya pemilu.
Kekhawatiran yang sama dirasakan oleh Bawaslu yang baru-baru ini berencana membuat MoU dengan berbagai media sosial yang ada untuk mencegah hadirnya politik SARA dan hoax yang dapat memecah belah bahkan menghambat demokrasi. "Aplikasi pasti juga akan digunakan beberapa orang untuk menyerang pilihan orang lain," ujar Ketua Bawaslu Rahmat Bagja di sela acara Fifth Plenary Assembly Global Network on Electoral Justice di Bali, 10 Oktober 2022.
Lalu, bagaimana masyarakat dapat mengakses informasi tanpa adanya kekhawatiran menerima informasi palsu yang bersifat menjatuhkan salah satu kelompok dan identitas? Masyarakat Indonesia dapat menggunakan aplikasi BuddyKu yang merupakan media atau platform untuk berbagi dan menerima informasi secara real-time tanpa khawatir tertinggal namun juga tanpa adanya ketakutan menerima informasi yang bersifat radikalisme, membawa isu hoaks, ataupun membawa isu SARA. Informasi yang disajikan terkurasi secara menyeluruh sebelum informasi tersebut dibagikan kepada pembaca, sehingga kredibilitas dan kualitas dari isi informasi yang tersampaikan tidak perlu masyarakat ragukan.
Menanggapi kekhawatiran menjelang Pemilu 2024, Tommy Tjokro sebagai Senior News Anchor dan Chief of Content BuddyKu mengatakan bahwa hal ini juga patut menjadi perhatian masyarakat Indonesia dan partai politik.
"Adanya keterbukaan informasi digital saat ini sangat mungkin akan lebih besar dinamika terkait SARA dibandingkan tahun 2019, cuma saya yakin kita semua sepakat itu jangan sampai terjadi lagi yang artinya para partai politik mudah-mudahan jangan memainkan hal yang sama, komitmen itu pertama harus datang dari partai politiknya, jadi ke depan yang dibicarakan lebih kepada program kerja, kampanye yang produktif, jadi masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat untuk memilih dan menentukan pemimpin nomor 1 ke depannya," ujar Tommy Tjokro.
Masyarakat pun dapat menjadi warga negara yang baik dengan tetap menentukan pilihan kandidat atau calon yang mereka tentukan. Namun, dalam proses memperoleh informasi terkait kandidatnya masyarakat harus mendapatkan informasi yang valid agar terlaksana pemilu yang berkualitas dan tetap menghidupkan makna dari adanya demokrasi itu sendiri.
Tommy Tjokro menambahkan, dalam media sosial harapannya juga sama. Apa pun yang tersebar, apa pun yang menjadi opini terkait dengan pilihannya sudah tidak berbicara soal SARA, tapi bicara soal program kerja.
"BuddyKu memiliki semangat yang sama, mudah-mudahan ke depan semua portal berita, publishers, memproduksi konten-konten yang kaitannya bicara soal program kerja, jadi semua yang akhirnya membaca dan membuka BuddyKu atau membuat konten di BuddyKu mempunyai pemahaman, tidak ada lagi pembicaraan terkait dengan SARA. Mudah-mudahan BuddyKu menjadi yang terdepan dan nomor satu sehingga masyarakat dapat memiliki pemahaman yang sama bahwa tidak ada lagi pembahasan berbau SARA menjelang pemilu 2024," kata Tommy Tjokro.
Dengan menggunakan aplikasi BuddyKu, masyarakat Indonesia tetap bisa mendapatkan dan berbagi informasi dengan kategori Politik dan Peristiwa yang terupdate setiap hari tanpa adanya kebohongan berita yang dibungkus dengan kepentingan tertentu untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
(zik)