Petani adalah Pahlawan Pangan Nasional
loading...
A
A
A
Konsistensi untuk terus memacul, menanam, merawat lalu menunggu hasil pertanian dari sebidang tanah yang mereka garap, mengajarkan tauladan tentang kerasnya kehidupan yang membutuhkan tekad, pengorbanan serta kerelaan luar biasa dan sejatinya harus dijalani, khususnya dalam mencari rezeki.
Hitam legamnya kulit yang membungkus raga para petani kita, menunjukkan betapa teguhnya integritas petani untuk senantiasa istiqomah mencari rupiah demi rupiah sebagai penggarap ladang atau sawah, bukan dengan cara-cara salah agar dapat hidup wah, layaknya perilaku dan gaya hidup koruptor yang suka bermewah-mewah.
Apa yang dialami dan dirasakan petani, juga pernah saya alami dan rasakan dalam perjalanan hidup saya. Sesungguhnya, saya anak dari seorang petani. Almarhum ibu tercinta sebagai tulang punggung keluarga setelah ayah berpulang lebih dahulu menghadap ilahi, bekerja sangat keras sebagai petani untuk menghidupi kami anak-anaknya.
Masih teringat jelas, tangan renta beliau saat membabat rumput liar, melebur sebidang tanah dengan pacul dan peralatan pertanian seadanya, menanam, merawat lalu mengerjakan pekerjaan lainnya sambil menunggu masa panen.
Saya sendiri ikut bertani bersama ibu. Saat menunggu masa panen, saya gunakan bekerja sebagai penyadap karet yang hasilnya sebagian digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah dan sebagian lagi saya berikan ke ibu.
Selain saat panen, ada momen-momen yang paling saya sukai di masa itu yakni ketika waktu makan tiba usai bergelut membantu ibu di ladang. Sepiring nasi panas dengan sambal terasi dan sepotong kecil ikan asin sepat, begitu nikmat saat disantap dalam kondisi lelah dan lapar. Hingga saat ini, nasi panas dengan sambal plus ikan asin tetap menjadi makanan favorit saya.
Ada momen haru penuh nilai-nilai pengorbanan yang baru saya sadari ketika beranjak dewasa, yaitu kerelaan luar biasa ibu yang seringkali memberikan sebagian nasi serta ikan asin miliknya ke saya, dengan alasan sudah kenyang. Pemberian itu pun habis dalam sekejap di mulut saya.
Inilah bentuk nyata kerelaan ibu saya, seorang petani bagi anak-anaknya. Saya yakin, hal ini juga dilakukan oleh seluruh petani bagi anak-anaknya.
InsyaAllah, kami di KPK akan mengawal seluruh anggaran peningkatan kesejahteraan bagi para petani di seluruh Indonesia, agar kemakmuran bagi Pahlawan Pangan Nasional ini benar-benar terwujud dan dirasakan oleh seluru petani dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote.
Maju Terus Petani Indonesia, Pahlawan Pangan Nasional.
Hitam legamnya kulit yang membungkus raga para petani kita, menunjukkan betapa teguhnya integritas petani untuk senantiasa istiqomah mencari rupiah demi rupiah sebagai penggarap ladang atau sawah, bukan dengan cara-cara salah agar dapat hidup wah, layaknya perilaku dan gaya hidup koruptor yang suka bermewah-mewah.
Apa yang dialami dan dirasakan petani, juga pernah saya alami dan rasakan dalam perjalanan hidup saya. Sesungguhnya, saya anak dari seorang petani. Almarhum ibu tercinta sebagai tulang punggung keluarga setelah ayah berpulang lebih dahulu menghadap ilahi, bekerja sangat keras sebagai petani untuk menghidupi kami anak-anaknya.
Masih teringat jelas, tangan renta beliau saat membabat rumput liar, melebur sebidang tanah dengan pacul dan peralatan pertanian seadanya, menanam, merawat lalu mengerjakan pekerjaan lainnya sambil menunggu masa panen.
Saya sendiri ikut bertani bersama ibu. Saat menunggu masa panen, saya gunakan bekerja sebagai penyadap karet yang hasilnya sebagian digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah dan sebagian lagi saya berikan ke ibu.
Selain saat panen, ada momen-momen yang paling saya sukai di masa itu yakni ketika waktu makan tiba usai bergelut membantu ibu di ladang. Sepiring nasi panas dengan sambal terasi dan sepotong kecil ikan asin sepat, begitu nikmat saat disantap dalam kondisi lelah dan lapar. Hingga saat ini, nasi panas dengan sambal plus ikan asin tetap menjadi makanan favorit saya.
Ada momen haru penuh nilai-nilai pengorbanan yang baru saya sadari ketika beranjak dewasa, yaitu kerelaan luar biasa ibu yang seringkali memberikan sebagian nasi serta ikan asin miliknya ke saya, dengan alasan sudah kenyang. Pemberian itu pun habis dalam sekejap di mulut saya.
Inilah bentuk nyata kerelaan ibu saya, seorang petani bagi anak-anaknya. Saya yakin, hal ini juga dilakukan oleh seluruh petani bagi anak-anaknya.
InsyaAllah, kami di KPK akan mengawal seluruh anggaran peningkatan kesejahteraan bagi para petani di seluruh Indonesia, agar kemakmuran bagi Pahlawan Pangan Nasional ini benar-benar terwujud dan dirasakan oleh seluru petani dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote.
Maju Terus Petani Indonesia, Pahlawan Pangan Nasional.