Persilakan SBY Turun Gunung, PDIP: Jangan Fitnah Pemerintahan Jokowi

Sabtu, 17 September 2022 - 19:51 WIB
loading...
Persilakan SBY Turun Gunung, PDIP: Jangan Fitnah Pemerintahan Jokowi
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mempersilakan SBY untuk turun gunung. Namun, dengan catatan tidak memfitnah pemerintahan Jokowi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mempersilakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk turun gunung. Namun, dengan catatan tidak memfitnah pemerintahan Jokowi.

Hal tersebut dikatakan Hasto menanggapi SBY yang akan turun gunung pada Pemilu 2024. Alasan SBY turun gunung karena dirinya menilai ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil (Jurdil).

“Setahu saya, Beliau tidak pernah lagi naik gunung. Jadi turun gunungnya Pak SBY sudah lama dan berulang kali. Monggo turun gunung. Tetapi kalau turun gunungnya itu mau menyebarkan fitnah kepada Pak Jokowi, maka PDI Perjuangan akan naik gunung agar bisa melihat dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh Pak SBY. Sebab informasi yang diterima Pak SBY sangat tidak tepat. Jadi hati-hati kalau mau ganggu Pak Jokowi,” kata Hasto, Sabtu (17/9/2022).



Hasto menegaskan pada pemerintah SBY lah terjadi puncak kecurangan pemilu. Menurutnya saat itu kecurangan dan manipulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT). “Mohon maaf Pak SBY tidak bijak. Dalam catatan kualitas Pemilu 2009 justru menjadi puncak kecurangan yang terjadi dalam sejarah demokrasi, dan hal tersebut Pak SBY yang bertanggung jawab. Zaman Pak Harto saja tidak ada manipulasi DPT. Zaman Pak SBY manipulasi DPT bersifat masif," kata Hasto.

Hasto mencontohkan salah satu bukti kecurangan pemilu pada era SBY ada di Pacitan. Selain itu, Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati, yang seharusnya menjadi wasit dalam pemilu ternyata kemudian direkrut menjadi pengurus teras Partai Demokrat.



"Di luar itu, data-data hasil pemilu kemudian dimusnahkan. Berbagai bentuk tim senyap dibentuk. Selain itu, menurut penelitian SBY menggunakan dana hasil kenaikan BBM untuk kepentingan elektoral. Pada saat bersamaan terjadi politisasi hukum terhadap lawan politik Pak SBY,” kata Hasto.

Dampak lebih lanjut, menurut Hasto, rezim SBY mendorong liberalisasi politik melalui sistem pemilu daftar terbuka. “Puncak liberalisasi politik dan liberalisasi di sektor pertanian, terjadi zaman Pak SBY. Dengan berbagai manipulasi tersebut, Partai Demokrat mengalami kenaikan 300%. Paska Pak SBY tidak berkuasa, terbukti hal-hal yang sifatnya ‘bubble’ kemudian mengempes atau pecah sendiri, karena cara menggelembungkannya bersifat instant,” jelas Hasto.

Menurut Hasto, sulitnya pencalonan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi capres nanti tidak boleh menjadi alasan SBY turun gunung dan menuduh pemerintahan Jokowi.

“Bisa tidaknya Demokrat mencalonkan AHY dalam pilpres jangan dijadikan indikator sebagaimana tuduhan adanya skenario Pemerintahan Pak Jokowi untuk berbuat jahat dalam pemilu. Pak Jokowi tidak pernah punya pikiran batil sebagaimana dituduhkan Pak SBY. Pak Jokowi juga tidak menginjak-injak hak rakyat. Dengan blusukan Pak Jokowi mengangkat martabat rakyat,” kata Hasto.

Selain itu, Hasto menyebut yang disampaikan oleh SBY selama 10 tahun Demokrat memimpin tidak pernah melakukan kecurangan Pemilu, mudah sekali dipatahkannya.

"Jadi biar para pakar pemilu yang kredibel yang menilai demokratis tidaknya 10 tahun ketika Demokrat memimpin. Bukan hanya itu, saksi kunci berbagai kasus korupsi besar pun banyak meninggal tidak wajar di zaman pemerintahan Pak SBY. Itu yang bisa diteliti,” ungkap Hasto.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut ada tanda-tanda Pemilu 2024 akan berjalan tidak jurdil. Oleh sebab itu, dia berinisiatif turun gunung menghadapi pesta demokrasi tersebut.

Hal itu disampaikan mantan Presiden ke-6 RI saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat, 16 September 2022.

"Para kader, mengapa saya harus turun gunung menghadapi Pemilihan Umum 2024 mendatang? Saya mendengar, mengetahui, bahwa ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil. Konon akan diatur dalam Pemilihan Presiden nanti yang hanya diinginkan oleh mereka dua pasangan capres dan cawapres saja yang dikehendaki oleh mereka," kata SBY.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1839 seconds (0.1#10.140)