Penguatan Program Literasi

Jum'at, 16 September 2022 - 18:29 WIB
loading...
Penguatan Program Literasi
Dr. Misbah Fikrianto Deputi Direktur Administrasi SEAMEO QITEP IN LANGUAGE. Foto/Istimewa
A A A
Dr. Misbah Fikrianto
Deputi Direktur Administrasi SEAMEO QITEP IN LANGUAGE

Momentum Hari Aksara Internasional (HAI) sangat strategis. Pada tahun 2022, tema "Transformasi Literasi dalam Konteks Merdeka Belajar” sesuai dengan berbagai program Kemendikbudristek. Peringatan HAI tahun ini adalah wahana untuk mendesiminasikan dan menguatkan pemahaman tentang Kurikulum Merdeka dan Program Merdeka belajar melalui penyadaran pentingnya ruang belajar literasi untuk membangun ketahanan serta memastikan pendidikan yang berkualitas, adil, dan inklusif untuk semua.

Membahas literasi sangat erat kaitannya dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia. Di Indonesia, perkembangan kemajuan literasi harus didukung oleh semua pihak. Berdasarkan laporan PISA (Programme International for Student Assessment) tahun 2018, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Skor PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), Indonesia berada pada Level 41 dari 45 peserta PIRLS dengan skor 405. Kondisi ini menjadi tantangan untuk dilakukan program yang holistik untuk penguatan literasi di Indonesia.

Program Literasi

Peningkatan literasi dikaitkan dengan kesadaran dan pemberdayaan semua pihak untuk kemajuan sumber daya manusia. Aktivitas literasi disesuaikan dengan kondisi saat ini. Kemajuan teknologi memberikan dorongan terhadap pemanfaatan berbagai aplikasi. Aplikasi untuk pembiasaan membaca, menulis, berkarya, dan melakukan berbagai kegiatan.

Membahas tentang sumber daya manusia, maka banyak aspek dan komponen masyarakat yang saling berkaitan. Literasi IPTEK sangat penting untuk memberikan ruang dan dukungan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang secara dinamis selalu berubah. Pengembangan literasi di Indonesia terus dilakukan, sehingga banyak program dan sinergi harus dilakukan oleh semua pihak.

Dalam mendukung program literasi nasional, Klub Literasi Sekolah (KLS) menjadi bagian strategis dari upaya pemajuan literasi membaca siswa di Indonesia yang berorientasi pada kemampuan abad ke-21 (berpikir kritis, kolaboratif, komunikatif, dan kreatif). KLS yang dilaksanakan oleh SEAMEO QITEP IN LANGUAGE menjadi upaya kolaboratif peningkatan literasi. Program ini patut kita apresiasi sebagai sebuah program yang melibatkan sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam pemajuan literasi di Indonesia, yang meliputi perguruan tinggi, dinas pendidikan, sekolah (di Indonesia maupun Sekolah Indonesia Luar Negeri), komunitas literasi, dan lembaga terkait lainnya. Bagaimana kita sebagai sumber daya manusia, melakukan perubahan dan peningkatan kompetensi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Program Literasi, kita laksanakan secara bertahap, kolaboratif, dan berkelanjutan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dikaitkan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0, kita terus mengembangkan tiga literasi, yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Perubahan yang biasa menjadi kreatif dan inovatif merupakan kebiasaan baru yang terus dilakukan. Kita tidak boleh menunggu, namun kita harus proaktif dan produktif terhadap berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi. Secara bertahap, masyarakat di Indonesia terus meningkat dan memiliki kompetensi dalam mewujudkan literasi dengan baik dan berkelanjutan. Kompetensi yang dibutuhkan di antaranya kompetensi profesional (berdasarkan penguasaan hardskill dan softskill), kompetensi dalam bidang informasi teknologi, dan kompetensi kepribadian untuk membentuk sumber daya manusia yang memiliki jati diri yang baik.

Melihat pengaruh aktivitas literasi pada generasi saat ini, kondisi generasi Z dan alpha yang sangat tergantung dengan teknologi. Ketergantungan terhadap teknologi ini dapat berdampak positif dan negatif. Program Literasi digital memberikan bekal yang efektif. Penguatan literasi digital berdampak positif akan memberikan nilai tambah, bahkan memberikan percepatan nilai ekonomi. Dampak negatif memberikan pengaruh pada perilaku, pola pikir, dan pergaulan sosial. Ketergantungan terhadap gawai menjadi hal yang harus diantisipasi.

Berbagai solusi ditawarkan untuk mengantisipasi ketergantungan terhadap gawai, salah satunya dengan pembiasaan membaca dan menulis berbasis digital. Konten literasi digital membaca dan menulis dengan pendampingan guru atau dosen yang baik akan memberikan manfaat baik pada pengetahuan dan pembentukan karakter.

Literasi untuk Penuntasan Buta Aksara

Pembahasan mengenai buta aksara, sudah menjadi isu berhubungan dengan kondisi yang ada. Mengacu pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2021, angka buta aksara di Indonesia tinggal 1,56 persen atau 2,7 juta orang. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan data buta aksara tahun 2020 dengan angka buta aksara 1,71 persen atau sekitar 2,9 juta orang. Hal ini dibutuhkan penguatan melalui program literasi. Pendekatan pelaksanaan literasi dengan berbagai ragam, model, dan bentuk menjadi solusi yang tepat.

Penuntasan buta aksara dibutuhkan partisipasi semua pihak. Konsep Merdeka Literasi Indonesia ditawarkan sebagai terobosan untuk mendorong adanya kebijakan atau regulasi yang lebih komprehensif tentang literasi, mengembangkan program literasi berbasis ko dan ekstrakurikuler, dan kampanye literasi. Beberapa langkah strategis mulai dilakukan dengan melakukan penguatan kebijakan literasi, program literasi ke satuan pendidikan, dan kampanye yang masif, serta kerja sama dengan berbagai pihak. Pembahasan dan masukan berbagai pihak menjadi input yang sangat baik.

Literasi Menguatan Profil Pelajar Pancasila

Secara umum Literasi memberikan dorongan pencapaian profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila menjadi pencapaian kondisi pelajar yang memiliki berbagai nilai-nilai yang utuh dan menjadi kesatuan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Dalam pencapaian profil Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, Berkebinekaan global, Gotong royong, Mandiri, Bernalar kritis, dan Kreatif. Pelajar Pancasila akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis yang kemudian diolah menjadi inovasi baru.

Semua pihak diharapkan mempercepat pencapaian profil Pelajar Pancasila, baik di tingkat pusat, daerah, sekolah, komunitas, dan sesuai dengan kondisi yang ada. Berkaitan dengan pencapaian profil Pelajar Pancasila, Kemendibudristek sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya penguatan dan tujuan dari pencapaian profil Pelajar Pancasila.

Penguatan literasi mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Literasi dijadikan sebagai gerakan, program, dan aktivitas kolaboratif baik di rumah, sekolah, dan masyarakat. Partisipasi kegiatan literasi akan berpengaruh bagi pembentukan SDM yang unggul. Penguatan literasi mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1505 seconds (0.1#10.140)