Tan Malaka Pascakemerdekaan, Sempat Ditunjuk Soekarno Ambil Alih Perjuangan
loading...
A
A
A
Akhirnya Sutan Sjahrir diculik oleh elemen Divisi III yang dipimpin Mayjen Sudarsono dan dibawa ke Solo. Kemudian Sudarsono mengirim konsep kabinet baru kepada Soekarno melalui M Yamin dan Iwa Kusuma Sumantri. Soekarni setuju untuk dilakukan perubahan kabinet.
Menteri Pertahanan Amir Syarifudin juga berhasil ditangkap oleh elemen Divisi III dan dua pengawalnya dari Pesindo tertembak mati. Kemudian Amir Syarifudin berhasil lolos dan melapor kepada Soekarno di Istana Negara.
Upaya kudeta gagal. Pada 23 Maret 1946, Tan Malaka, Soebardjo, dan Soekarni dijebloskan ke penjara selama 2 tahun.
Setelah Tan dibebaskan dari penjara Magelang, ia mencoba mengumpulkan pendukung dan menggagas partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) pada 7 November 1948. Sukarni didaulat menjadi ketua partai yang memiliki landasan antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme.
Tan Malaka berangkat ke Kediri, memulai pergerakan gerilya. Ia menemui prajurit TNI dan pimpinan politik. Aktivitas itu dinilai membahayakan, sehingga pemerintah Indonesia mencari dan mengejarnya.
Pemilik nama lengkap Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka tersebut kemudian melarikan diri ke selatan Jawa Timur. Saat menyusuri Gunung Wilis di Selopanggung, Kediri, Tan Malaka ditangkap oleh Letnan Dua Sukoco dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya.
Pada 21 Februari 1949, tokoh yang sempat bergabung dengan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV), yang menjadi cikal-bakal Partai Komunis Indonesia (PKI) ini dieksekusi mati. Dia dimakamkan di Selopanggung, Kediri.
Meski Soekarno mengangkatnya menjadi pahlawan nasional pada 28 Maret 1963, saat Orde Baru muncul, Tan Malaka seperti hilang dari sejarah.
Menteri Pertahanan Amir Syarifudin juga berhasil ditangkap oleh elemen Divisi III dan dua pengawalnya dari Pesindo tertembak mati. Kemudian Amir Syarifudin berhasil lolos dan melapor kepada Soekarno di Istana Negara.
Upaya kudeta gagal. Pada 23 Maret 1946, Tan Malaka, Soebardjo, dan Soekarni dijebloskan ke penjara selama 2 tahun.
Setelah Tan dibebaskan dari penjara Magelang, ia mencoba mengumpulkan pendukung dan menggagas partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) pada 7 November 1948. Sukarni didaulat menjadi ketua partai yang memiliki landasan antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme.
Tan Malaka berangkat ke Kediri, memulai pergerakan gerilya. Ia menemui prajurit TNI dan pimpinan politik. Aktivitas itu dinilai membahayakan, sehingga pemerintah Indonesia mencari dan mengejarnya.
Pemilik nama lengkap Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka tersebut kemudian melarikan diri ke selatan Jawa Timur. Saat menyusuri Gunung Wilis di Selopanggung, Kediri, Tan Malaka ditangkap oleh Letnan Dua Sukoco dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya.
Pada 21 Februari 1949, tokoh yang sempat bergabung dengan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV), yang menjadi cikal-bakal Partai Komunis Indonesia (PKI) ini dieksekusi mati. Dia dimakamkan di Selopanggung, Kediri.
Meski Soekarno mengangkatnya menjadi pahlawan nasional pada 28 Maret 1963, saat Orde Baru muncul, Tan Malaka seperti hilang dari sejarah.
(maf)