Meski Eskalasi Teror Turun, BNPT Dinilai Perlu Lebih Berdayakan Seluruh Elemen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kesungguhan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melaksanakan amanah sebagai leading sector penanggulangan terorisme di Tanah Air mendapatkan perhatian akademisi.
Dr Iswadi, akademisi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul dan ketua umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI), memuji langkah yang dilakukan BNPT, hingga berujung turunnya ancaman dan eskalasi teror di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir.
"Bila dibandingkan, katakan, lima-sepuluh tahun lalu, saat ini boleh dibilang rakyat Indonesia sudah merasa aman dari ancaman terorisme," kata Iswadi, Jumat (2/9/2022).
Dalam pengamatan Iswadi, yang secara mendasar telah dilakukan dengan tepat oleh BNPT terutama adalah pemberdayaan seluruh potensi bangsa dalam mencegah aksi terorisme, terutama dengan memaksimalkan anggaran yang ada.
"Kita tahu, persoalan anggaran ini sangat mendasar namun masih menjadi kendala di negara kita," ucap Iswadi.
Hal tersebut menurutnya wajar, sebagai negara baru di jajaran negara maju (G20), Indonesia memiliki sekian banyak prioritas yang masing-masing tentu membutuhkan perencanaan dan anggaran.
Kata dia, pada dasarnya memang itulah persoalan ekonomi, yakni manakala setiap pelaku ekonomi, termasuk negara, dihadapkan pada scarcity alias kelangkaan dana, sementara keperluan cenderung tidak berbatas.
Di sinilah, kata Iswadi, perlunya keterbukaan untuk masuknya dana-dana dari luar, termasuk dana-dana dari luar negeri bila memungkinkan.
"Terorisme bagaimana pun adalah kejahatan trans-nasional, sehingga agak ganjil kalau kita menutup dana-dana yang sifatnya internasional pula," ucapnya.
Iswadi mencontohkan, dalam penanggulangan terorisme yang sempat mendunia pada awal 2000-an, saat itu Amerika Serikat mengucurkan bantuan internasional kepada bangsa-bangsa yang menderita akibat merebaknya terorisme saat itu.
Dengan demikian kata Iswadi, tidak bisa dikatakan kalau peluang datangnya dana-dana luar negeri untuk penanggulangan terorisme itu dengan sembarang diartikan sebagai peluang jatuhnya bangsa kepada sikap a-nasionalis.
"Dalam pandangan saya, sepanjang negara bisa dengan tegak bersikap mandiri, terutama tidak disetir bangsa-bangsa lain yang memberikan bantuan pinjaman, selama itu pula negara itu tak bisa dengan semena-mena dianggap tidak nasionalistik hanya gara-gara mendapatkan pinjaman," jelasnya.
Apalagi kata Iswadi, manakala dana yang diperlukan itu sifatnya kritis, yakni untuk melakukan empowering alias pemberdayaan dalam mencegah dan menanggulangi ancaman terorisme kepada seluruh Lembaga yang ada.
"Karena sifatnya yang mendesak, sejatinya ini sudah berada pada titik to be or not to be," tegas Iswadi.
Dr Iswadi, akademisi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul dan ketua umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI), memuji langkah yang dilakukan BNPT, hingga berujung turunnya ancaman dan eskalasi teror di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir.
"Bila dibandingkan, katakan, lima-sepuluh tahun lalu, saat ini boleh dibilang rakyat Indonesia sudah merasa aman dari ancaman terorisme," kata Iswadi, Jumat (2/9/2022).
Dalam pengamatan Iswadi, yang secara mendasar telah dilakukan dengan tepat oleh BNPT terutama adalah pemberdayaan seluruh potensi bangsa dalam mencegah aksi terorisme, terutama dengan memaksimalkan anggaran yang ada.
"Kita tahu, persoalan anggaran ini sangat mendasar namun masih menjadi kendala di negara kita," ucap Iswadi.
Hal tersebut menurutnya wajar, sebagai negara baru di jajaran negara maju (G20), Indonesia memiliki sekian banyak prioritas yang masing-masing tentu membutuhkan perencanaan dan anggaran.
Kata dia, pada dasarnya memang itulah persoalan ekonomi, yakni manakala setiap pelaku ekonomi, termasuk negara, dihadapkan pada scarcity alias kelangkaan dana, sementara keperluan cenderung tidak berbatas.
Di sinilah, kata Iswadi, perlunya keterbukaan untuk masuknya dana-dana dari luar, termasuk dana-dana dari luar negeri bila memungkinkan.
"Terorisme bagaimana pun adalah kejahatan trans-nasional, sehingga agak ganjil kalau kita menutup dana-dana yang sifatnya internasional pula," ucapnya.
Iswadi mencontohkan, dalam penanggulangan terorisme yang sempat mendunia pada awal 2000-an, saat itu Amerika Serikat mengucurkan bantuan internasional kepada bangsa-bangsa yang menderita akibat merebaknya terorisme saat itu.
Dengan demikian kata Iswadi, tidak bisa dikatakan kalau peluang datangnya dana-dana luar negeri untuk penanggulangan terorisme itu dengan sembarang diartikan sebagai peluang jatuhnya bangsa kepada sikap a-nasionalis.
"Dalam pandangan saya, sepanjang negara bisa dengan tegak bersikap mandiri, terutama tidak disetir bangsa-bangsa lain yang memberikan bantuan pinjaman, selama itu pula negara itu tak bisa dengan semena-mena dianggap tidak nasionalistik hanya gara-gara mendapatkan pinjaman," jelasnya.
Apalagi kata Iswadi, manakala dana yang diperlukan itu sifatnya kritis, yakni untuk melakukan empowering alias pemberdayaan dalam mencegah dan menanggulangi ancaman terorisme kepada seluruh Lembaga yang ada.
"Karena sifatnya yang mendesak, sejatinya ini sudah berada pada titik to be or not to be," tegas Iswadi.
(maf)