Lawan Radikalisme, KNPI Ajak Mahasiswa Galakkan Gerakan Aktivistpreneur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) mengajak mahasiswa menggalakan gerakan aktivistpreneur di kalangan pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Hal itu penting guna untuk menangkal paham radikalisme dan intoleransi.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) M. Ryano Panjaitan dalam dialog Kebangsaan yang digelar DPP KNPI bidang Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (DEMA UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Acara yang diselenggarakan di Kampus UIN Jakarta ini juga dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta Arief Subhan. “Aktivistpreneur adalah sintesis antara aktivisme dan entrepreneurship. Aktivistpreneur juga merupakan transformasi aktivisme menuju kesejahteraan rakyat,” katanya, Kamis (1/9/2022).
Menurut dia, aktivistpreneur juga memadukan antara aktivisme yang berbasis moral, intelektualitas, advokasi dan jaringan serta kekuatan entrepreneurship yang berbasis pada kemandirian, kreativitas, inovasi, dan tujuan kesejahteraan.
"Mengapa kami mengangkat tagline besar aktivistpreneur ini karena menurut saya inilah sedikit peran aktif pemuda membantu pemerintah mengatasi berbagai problematika sosial khususnya di kalangan pemuda yang menjadi basis konstituen KNPI," ujar Ryano.
Lulusan Universitas Al Azhar Mesir ini meyakini ketika pemuda mandiri secara ekonomi maka persoalan radikalisme atau perilaku intoleransi dengan sendirinya akan hilang. “Itu sebabnya kami terus menggalakkan gerakan aktivistpreneur ini di kalangan pemuda termasuk di dalamnya pelajar dan mahasiswa termasuk salah satunya untuk melawan radikalisasi beragama,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia meyakini di kalangan mahasiswa UIN Jakarta ini tak ada itu bibit radikalisme atau perilaku intoleransi ini. “Karena saya yakin betul bahwa Islam yang jadi mazhab UIN adalah Islam rahmatan lil’alamin, Islam yang moderat, Islam Tasamuh. Islam itu sangat indah, sangat luwes melewati zaman. Tak usah khawatir insyaallah. Kita harus mengambil peran moderasi beragama berbasis keilmuan sesuai nilai budaya kearifan lokal,” ucapnya.
Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol Imam Margono menambahkan, berdasarkan penelitian IPR BNPT 2020 potensi radikalisme cenderung lebih tinggi pada perempuan, kalangan urban, gen Z, dan milenial serta mereka yang aktif di internet.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) M. Ryano Panjaitan dalam dialog Kebangsaan yang digelar DPP KNPI bidang Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (DEMA UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Acara yang diselenggarakan di Kampus UIN Jakarta ini juga dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta Arief Subhan. “Aktivistpreneur adalah sintesis antara aktivisme dan entrepreneurship. Aktivistpreneur juga merupakan transformasi aktivisme menuju kesejahteraan rakyat,” katanya, Kamis (1/9/2022).
Menurut dia, aktivistpreneur juga memadukan antara aktivisme yang berbasis moral, intelektualitas, advokasi dan jaringan serta kekuatan entrepreneurship yang berbasis pada kemandirian, kreativitas, inovasi, dan tujuan kesejahteraan.
"Mengapa kami mengangkat tagline besar aktivistpreneur ini karena menurut saya inilah sedikit peran aktif pemuda membantu pemerintah mengatasi berbagai problematika sosial khususnya di kalangan pemuda yang menjadi basis konstituen KNPI," ujar Ryano.
Lulusan Universitas Al Azhar Mesir ini meyakini ketika pemuda mandiri secara ekonomi maka persoalan radikalisme atau perilaku intoleransi dengan sendirinya akan hilang. “Itu sebabnya kami terus menggalakkan gerakan aktivistpreneur ini di kalangan pemuda termasuk di dalamnya pelajar dan mahasiswa termasuk salah satunya untuk melawan radikalisasi beragama,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia meyakini di kalangan mahasiswa UIN Jakarta ini tak ada itu bibit radikalisme atau perilaku intoleransi ini. “Karena saya yakin betul bahwa Islam yang jadi mazhab UIN adalah Islam rahmatan lil’alamin, Islam yang moderat, Islam Tasamuh. Islam itu sangat indah, sangat luwes melewati zaman. Tak usah khawatir insyaallah. Kita harus mengambil peran moderasi beragama berbasis keilmuan sesuai nilai budaya kearifan lokal,” ucapnya.
Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol Imam Margono menambahkan, berdasarkan penelitian IPR BNPT 2020 potensi radikalisme cenderung lebih tinggi pada perempuan, kalangan urban, gen Z, dan milenial serta mereka yang aktif di internet.