Ruang Tumbuh Pendidikan

Kamis, 25 Agustus 2022 - 17:15 WIB
loading...
A A A
Dalam buku Young Chun Kim (2016) bertajuk Shadow Education and the Curriculum and Culture of Schooling in South Korea disampaikan mengenai kompetitifnya orangtua di Korea Selatan dalam mendidik anak-anak. Dalam konteks tertentu dorongan untuk mendapatkan gelar universitas bergengsi telah mendorong keluarga untuk mendaftarkan anak-anak di Hakwon sejak awal pendidikan anak-anak.

Hakwon merupakan sejenis tempat belajar privat (private tutoring system) yang memberikan siswa pendidikan tambahan setelah sekolah. Kim (2016) menjelaskan hakwon sebagai lembaga pendidikan swasta tempat siswa Korea Selatan belajar tambahan sepulang sekolah, dilakukan untuk melengkapi atau meningkatkan pemahaman pembelajaran, didanai oleh orangtua secara mandiri, dan seringkali dikelola oleh perusahaan pendidikan serta bersifat komersil.

Hakwon, menurut Kim (2016), sangat memengaruhi kehidupan orangtua Koreaa Selatan, terutama para Ibu, yang secara tradisional mengawasi pendidikan anak-anak. Maka mencari informasi mengenai hakwon yang baik melalui diskusi dengan sesama orangtua atau membandingkannya di website menjadi sangat penting.

Memilih hakwon sangat penting bagi kemajuan anak-anak di sekolah. Bahkan, menurut Kim, seringkali orangtua sampai menunggu anak di luar hawkon atau menyambut anak-anak sepulang dari hakwon ketika larut malam. Dalam beberapa hal menurut Kim (2016), hadirnya hakwon sebagai kritik terhadap sekolah publik (hakkyo).

Konteks tersebut nampaknya yang ingin dikritisi di dalam salah satu episode drakor Extraordinary Attorney Woo. Panglima Tentara Pembebasan Anak-anak ingin membuat anak-anak sejenak terbebas dari situasi di mana anak harus terus belajar. Apalagi di drama tersebut juga dinarasikan betapa anak-anak ketika belajar sangat minim waktu istirahat. Bahkan untuk sekadar ke toilet pun dibatasi.

Bisa dibayangkan betapa mereka tidak punya waktu untuk bermain. Orangtua berharap ke tempat kursus agar anak-anak siap memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi, universitas unggulan, dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang baik.

Konteks Saat Ini
Merujuk pada situasi yang coba digambarkan dalam drama tersebut juga situasi aktual saat ini tuntutan agar anak bekerja keras dan kompetitif memang semakin mengemuka. Ada beragam tuntutan bagi anak untuk menguasai beragam keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Seperti yang disampaikan oleh Joel Spring (2015) seruan global yang semakin intens disampaikan oleh para politisi, pegiat bisnis dan pendidik yaitu “pergi ke sekolah untuk mempelajari keterampilan yang akan memberi anda pekerjaan”. Di sekolah memang kemudian diajarkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

Persaingan sekolah untuk meningkatkan ketrampilan para siswa semakin tertantang dengan beberapa perusahaan yang mementingkan keterampilan dibanding gelar akademik.

Laporan McKinsey Global Institute (202) bertajuk The Future of Work After Covid-19 menyebutkan Google, Hilton Hotels, Ernst & Young, dan IBM merupakan beberapa perusahaan yang memiliki kebijakan baru terkait tenaga kerja baru tanpa gelar sarjana. Kondisi tersebut, dalam beberapa hal memacu sekolah untuk lebih teguh menginternalisasi keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1675 seconds (0.1#10.140)