Kisah Jenderal Hoegeng, Polisi yang Sangat Mencintai Istrinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kapolri ke-5 Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso merupakan sosok suami yang sangat mencintai istrinya, Meriyanti Roeslani atau Meri. Hoegeng dan Meri menikah di Yogyakarta pada 31 Oktober 1946.
Berdasarkan informasi dari laman kepustakaan presiden perpusnas, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Rabu 14 Juli 2004 pukul 00.30 WIB. Sejak 13 Mei 2004, Hoegeng telah dirawat intensif di RS Polri Kramat Jati, Jakarta akibat mengalami stroke, penyumbatan saluran pembuluh jantung, dan pendarahan bagian lambung.
Jenazah Hoegeng dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giritama, Desa Tonjo, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat pada Rabu 14 Juli 2004 siang. Sebelum meninggal dunia, Hoegeng sempat menyampaikan pesan kepada keluarganya bahwa dirinya tidak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.
Hoegeng dan Meri berfoto bersama sejumlah artis pengisi acara The Hawaiian Seniors di TVRI. Foto: Dok. Keluarga Hoegeng
"Kalau Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Meri tak bisa dimakamkan di samping saya, Hoegeng ingin Meri selalu mendampingi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit Hoegeng menirukan pernyataan ayahnya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan yang ditulis Suhartono.
Saat Meri sakit dan diopname di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Hoegeng juga menelepon kerabat dan rekan-rekannya untuk memberitahukan dan meminta doa agar istri cepat sembuh. "Istri Hoegeng sakit, dan dirawat di rumah sakit. Tolong didoakan ya, agar Meri cepat sembuh," kata Hoegeng, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah 14 Oktober 1921 itu dengan suara lirih saat menelepon.
Saat itu, Hoegeng menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet. Mantan Sekretaris Hoegeng saat menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet, Soedharto Martopoespito atau Dharto mengungkapkan ekspresi wajah Hoegeng di kantor sedih.
Disaksikan Presiden Soekarno, Hoegeng menandatangani SK sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet di Istana Negara pada 27 Maret 1966. Foto: Dok.Keluarga Hoegeng
Berdasarkan informasi dari laman kepustakaan presiden perpusnas, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Rabu 14 Juli 2004 pukul 00.30 WIB. Sejak 13 Mei 2004, Hoegeng telah dirawat intensif di RS Polri Kramat Jati, Jakarta akibat mengalami stroke, penyumbatan saluran pembuluh jantung, dan pendarahan bagian lambung.
Jenazah Hoegeng dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giritama, Desa Tonjo, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat pada Rabu 14 Juli 2004 siang. Sebelum meninggal dunia, Hoegeng sempat menyampaikan pesan kepada keluarganya bahwa dirinya tidak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.
Hoegeng dan Meri berfoto bersama sejumlah artis pengisi acara The Hawaiian Seniors di TVRI. Foto: Dok. Keluarga Hoegeng
"Kalau Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Meri tak bisa dimakamkan di samping saya, Hoegeng ingin Meri selalu mendampingi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit Hoegeng menirukan pernyataan ayahnya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan yang ditulis Suhartono.
Saat Meri sakit dan diopname di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Hoegeng juga menelepon kerabat dan rekan-rekannya untuk memberitahukan dan meminta doa agar istri cepat sembuh. "Istri Hoegeng sakit, dan dirawat di rumah sakit. Tolong didoakan ya, agar Meri cepat sembuh," kata Hoegeng, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah 14 Oktober 1921 itu dengan suara lirih saat menelepon.
Saat itu, Hoegeng menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet. Mantan Sekretaris Hoegeng saat menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet, Soedharto Martopoespito atau Dharto mengungkapkan ekspresi wajah Hoegeng di kantor sedih.
Disaksikan Presiden Soekarno, Hoegeng menandatangani SK sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet di Istana Negara pada 27 Maret 1966. Foto: Dok.Keluarga Hoegeng