BNPT Dorong Peran Perempuan Tanggulangi Ekstremisme Berbasis Kekerasan

Jum'at, 22 Juli 2022 - 19:32 WIB
loading...
BNPT Dorong Peran Perempuan Tanggulangi Ekstremisme Berbasis Kekerasan
BNPT menjalin kerja sama internasional dengan Educational Initiatives mendorong peran perempuan Indonesia dalam penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) menjalin kerja sama internasional dengan Educational Initiatives yang berbasis di Arab Saudi. Kerja sama ini bertujuan untuk mendorong peran perempuan Indonesia dalam penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.

Pembicaraan kerja sama berlangsung di Jakarta antara Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar dengan Nouf Abdullah Al-Rakan selaku CEO dari Educational Initiatives. Boy Rafli mengatakan, perempuan memiliki peran vital untuk turut memberantas ekstremisme yang terjadi di lingkungannya. Caranya, dengan ikut mengembangkan moderasi beragama.

Penguatan peran perempuan ini akan direalisasikan melalui pelatihan kepemimpinan yang akan dikerja samakan dengan Educational Initiatives yang berbasis di Arab Saudi.



“Kerja sama ini bagian dari penguatan kerja sama internasional, khususnya dalam counter terorism dan juga khusus untuk program leadership, program untuk perempuan-perempuan muda Indonesia,” kata Boy Rafli Amar, Jumat (22/7/2022).



Sementara itu, CEO Educational Initiatives Nouf Abdullah menjelaskan, program ini bertujuan untuk membekali perempuan dengan kepemimpinan strategis dalam mengelola dan mengatasi tantangan global, termasuk ekstremisme berbasis kekerasan.

Dia berharap program ini tak hanya mencetak pemimpin perempuan yang andal tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran perempuan dan lingkungannya terhadap paham ekstremisme. “Kami berusaha untuk mendukung peran perempuan di seluruh dunia. Kami menyambut baik kerja sama yang akan dirajut dengan BNPT,” kata Nouf.

Perempuan menjadi kelompok yang rentan dalam ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme. Kelompok ekstremis menggunakan berbagai cara, termasuk memanfaatkan media sosial dan platform online lainnya untuk melakukan radikalisasi masyarakat. Hal ini potensial menyebabkan perempuan yang awalnya menjadi korban, bergeser menjadi pelaku dan pendukung.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1738 seconds (0.1#10.140)