Cerita AHY tentang Pertemuannya dengan Ketum PBNU

Jum'at, 26 Juni 2020 - 18:28 WIB
loading...
Cerita AHY tentang Pertemuannya...
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono memberi salam kepada Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Foto/dok Demokrat
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menceritakan soal isi pertemuannya dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, kemarin. Dalam pertemuan tersebut, mereka banyak membahas soal Rancangan Undang-Undang tentang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) .

"Sebelumnya saya sedikit menceritakan bahwa kemarin saya bersama sejumlah pengurus inti Partai Demokrat sowan, silaturahim ke Kantor PBNU. Terutama diskusikan berbagai hal terkait isu kontroversial hari ini, yaitu RUU HIP," kata AHY dalam pembukaan webinar Partai Demokrat bertajuk 'Agama dan Pancasila dalam Merawat Ke-Indonesiaan: Bedah RUU HIP', Jumat (26/6/2020).

Menurut AHY, Demokrat dan Ketum PBNU mendiskusikan banyak hal terkait RUU HIP terutama, dengan banyaknya aspek yang harus dikritisi dalam RUU HIP itu. Karena itu, tentu Demokrat dan PBNU menolak RUU tersebut karena penuh kontroversi dan bisa menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang tidak perlu.

"Bahkan bisa menghadirkan setback, mundur ke belakang. Karena memang, saat ini yang diperlukan kita semua adalah fokus dan energi untuk pandemi Covid-19," katanya.

Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menuturkan, yang perlu difokuskan dalam penanganan Covid-19 ini bukan hanya terhadap aspek kesehatan dan penyelamatan manusia, tapi juga aspek penyelamatan kehidupan ekonomi sosial yang sangat terdampak. Sudah menjadi rahasia umum bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan dalam kehidupam sehari-hari. ( ).

"Banyak yang lapar, yang kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan dan terdampak kehormatan dirinya. Ini semua harus jadi perhatian dan fokus kita bersama," ujar AHY.

Karena itu, sambung mantan Calon Gubernur DKI Jakarta itu, pihaknya menyayangkan bahwa di situasi seperti ini, yang semestinya bangsa Indonesia bersatu, justru dimunculkan isu-isu lain yang tidak memiliki urgensi dan kontraproduktif terhadap upaya besar bersama dalam menghadapi krisis pandemi. Semestinya, saat ini Indonesia memperkuat fondasi hingga ke akar rumput agar terhindar dari perpecahan di akar rumput.

"Karena itu, Partai Demokrat menentang praktik-praktik eksploitasi politik identitas yang sering kali dimainkan dalam konstelasi politik bangsa ini. Khittah perjuangan Partai Demokrat adalah wasatiyah dan moderat, nasionalis religius. Tidak mau terjebak dalam pertarungan ideologi ekstrem, apakah ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Saat ada yang menikmati terjadinya eksploitasi politik identitas, kami istikamah dan konsisten dan tidak tergoda dan tetap berada di tengah menjaga keseimbangan. Karena hidup adalah keseimbangan," tegasnya.
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1232 seconds (0.1#10.140)