G-13: Pemulihan Ekonomi?

Senin, 04 Juli 2022 - 19:50 WIB
loading...
A A A
Data BPS mencatat bahwa sektor konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 berdasarkan komponen pengeluaran dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 4,34% (yoy) dan 4,09% (yoy). Oleh sebab itu, demi menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah dinamika ekonomi global, maka menjaga daya beli masyarakat adalah kunci pertahanan. Pemerintah perlu terus berupaya agar tekanan ekonomi dari eksternal yang sedang terjadi saat ini tak sampai berdampak pada konsumsi dalam negeri.

Pemulihan ekonomi di balik bayang-bayang risiko geopolitik, inflasi, gejolak pasar keuangan, hingga pelemahan ekonomi negara maju memang tak mudah dihadapi. Meski demikian, seiring meningkatnya aktivitas masyarakat, pemulihan ekonomi optimis berjalan menguat. Hingga saat ini data menunjukkan bahwa Mobility Index Indonesia bulan Mei mengalami peningkatan tajam di angka 18,6. Mobilitas masyarakat meningkat seiring dengan kondisi pandemi yang terkendali dan momen mudik pada Hari Raya Idulfitri. Retail sales index tercatat 5,4%, terus meningkat sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat.

Sementara, pertumbuhan impor bahan baku masih menunjukkan tren positif di angka 33,9% dan barang modal sebesar 29,2%. Angka tersebut cukup mencerminkan bahwa masih adanya penguatan produksi dalam negeri. Selain itu, kapasitas produksi manufaktur Indonesia juga menunjukkan peningkatan mendekati level sebelum pandemi. Mandiri Spending index juga tercatat pada level tertinggi sejak Januari 2020 yaitu mencapai 149,2. Artinya, kelompok masyarakat, terutama menengah-atas, melakukan pengeluaran dengan menggunakan kartu kredit yang menunjukkan kenaikan aktivitas ekonomi.

Berbagai capaian tren positif ekonomi yang dimiliki Indonesia di tengah gejolak ekonomi global merupakan suatu tren yang cukup baik. Data telah menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi dan produksi seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat selanjutnya dipastikan dapat memacu kian tumbuhnya investasi yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Oleh sebab itu, bukan hal yang tak mungkin jika masyarakat harus tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua masih akan sangat kuat di sekitar 4,8% hingga 5,3% meski dinamika ekonomi global masih membayangi.

Kesehatan APBN dan Gaji ke-13
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi andalan di tengah ancaman berbagai krisis global yang sedang terjadi. Pemerintah dapat memainkan peran APBN sebagaishock absorber(peredam kejutan) dari dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan untuk menjaga daya beli masyarakat.

Kebijakan tersebut juga disinergikan dengan langkah penyehatan APBN sejalan dengan meningkatnya penerimaan negara sebagai dampak kenaikan harga komoditas. Saat ini, APBN Indonesia dalam posisi yang sangat baik untuk memainkan strategi tersebut.

Pada kuartal I/2022, kondisi APBN sangat sehat di mana realisasi pendapatan negara semester I mencapai sebesar Rp1.317,2 triliun atau tumbuh 48,5% (yoy) (mencapai 58,1% dari target Pagu Perpres Nomor 98 Tahun 2022). Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp1.243,6 triliun atau lebih tinggi 6,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan persentase penyerapannya mencapai 40,0% terhadap pagu Perpres Nomor 98 Tahun 2022. Berdasarkan perkembangan pendapatan dan belanja negara tersebut, APBN semester I/2022 mencatatkan surplus Rp73,6 triliun atau sekitar 0,39% terhadap PDB.

Demi menjaga daya beli masyarakat, belanja negara pada semester I sudah mencapai 46,7% tumbuh 5,8% (yoy). Pemerintah memberikan tambahan Gaji ke-13 (G-13) sebagai penghargaan bagi para aparatur negara, para pensiunan yang tetap memberikan layanan kepada masyarakat dalam suasana pandemi apapun risikonya. Total penerima G-13 ini sebanyak 8,76 juta orang, yang diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga dan pemerintah untuk mendukung capaian target pertumbuhan ekonomi 2022. Mereka ini adalah 1,79 juta pegawai termasuk TNI, POLRI, aparatur daerah 3,65 juta dan pensiunan sebesar 3,32 juta.

Sejatinya, struktur perekonomian Indonesia masih belum berubah, tetap bertumpu pada konsumsi dan sedikit sektor jasa, terutama pariwisata. Upaya pemerintah mempertahankan konsumsi melalui gaji ke-13, BLT, kredit bersubsidi, subsidi listrik, BBM adalah untuk tetap mempertahankan tingkat konsumsi dan mempertahankan momentum proses pemulihan ekonomi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1744 seconds (0.1#10.140)