Angka Imunisasi Menurun, Anak Dinilai Makin Rentan Kena Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan, angka imunisasi kian menurun di masa pandemi virus Corona (Covid-19) ini. Di masa normal angka imunisasi di Indonesia saja tidak mencapai 60%,.
Sementara di masa pandemi ini angkanya semakin menurun dan tidak mencapai 80%, karena banyak posyandu dan puskesmas tidak melayani imunisasi. Hal ini tentu saja membuat anak terhadap berbagai penyakit, termasuk Covid-19.
(Baca juga: Angka Covid-19 Terus Meningkat Akibat Salah Memaknai New Normal)
Ketua PP IDAI Aman Pulungan menjelaskan, sebelum Covid-19, angka kematian bayi dan balita di Indonesia tidak sebanyak di India dan Pakistan tetapi saat pandemi, justru anak Indonesia yang lebih banyak meninggal dunia, bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam.
(Baca juga: Program Ketahanan Pangan Di 10 Kabupaten ini Jangan Sampai Kendor)
Hal ini dikatakan Aman Pulungan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Komisi X DPR terkait kesiapan pembukaan sekolah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2020). Kata dia, penyebab kematian anak terbanyak di Indonesia adalah diare dan pneumonia. Begitu juga dengan stunting dan malnutrisi, tetapi yang kurang gizi sekitar 18-19%.
"Kombinasi kedua ini ketika kelompok anak terinfeksi covid tentu daya tahan tubuh mereka tidak baik. Dan kalo terlambat (penanganannya) akan meninggal. Kami dapat laporan dari temen-temen di seluruh cabang IDAI, kita tidak dapat kesempatan lama rawat anak-anak ini, ada yang tidak sampe 24 jam, 48 jam, tidak sampai 72 jam. Jadi ada keterlambatan untuk mereka dirujuk," kata Aman.
Kemudian Aman melanjutkan, penyakit tidak menular Indonesia juga masih tinggi. Seperti misalnya angka obesitas anak. Anak SD yang masuk kategori obesitas di Jakarta, yang akan diabetes dan insulin resistance ada sekitar 20%, lalu anak yang hipertensi ada 30%.
"Kalau kelompok ini terinfeksi Covid ini merupakan komorbid buat mereka. Anak asma dan anak TBC juga," ujar Aman.
Sementara kata Aman, angka imunisasi saat sebelum Covid di Indonesia tidak sampai 60%, dan saat Covid terus menurun hingga sekitar 80% yang tidak imunisasi. Ini disebabkan oleh tidak jalannya posyandu dan puskesmas pun sibuk menangani Covid-19.
Jika imunisasi ini tidak jalan, saat 2021 sekolah dibuka maka anak-anak akan semakin rentan Covid-19 dan penyakit lainnya. "Yang kita takutkan kalau kita nggak kejar imunisasi kita akan dapat wabah difteri, polio, campak, yang bersamaan dengan ini (Covid-19) di 2021," tuturnya.
Selain itu dia menambahkan, angka diare juga cukup tinggi dan ini berhubungan dengan Corona pada anak. Karena, berdasarkan data RS, 4 dari 5 anak datang disertai dengan gejala saluran cerna baik itu mual, muntah maupun diare. Sehingga, setiap anak yang diare akan masuk PDP (pasien dalam pengawasan).
Dan jika ini terjadi di sekolah, tentu bisa menularkan yang lainnya. "Lalu kalau ada orangtua merokok dalam rumah, lalu bayi jadi perokok sekunder, ia lebih sensitif terhadap covid. Angka merokok anak kita juga masih tinggi. TBC juga masih tinggi kita nomor 2 di dunia. Selamanya bercak di paru bisa berlangsung lama. Beberapa anak meninggal ini TBC yang daya tahan tubuhnya dan parunya nggak sebaik anak normal," tandasnya.
Sementara di masa pandemi ini angkanya semakin menurun dan tidak mencapai 80%, karena banyak posyandu dan puskesmas tidak melayani imunisasi. Hal ini tentu saja membuat anak terhadap berbagai penyakit, termasuk Covid-19.
(Baca juga: Angka Covid-19 Terus Meningkat Akibat Salah Memaknai New Normal)
Ketua PP IDAI Aman Pulungan menjelaskan, sebelum Covid-19, angka kematian bayi dan balita di Indonesia tidak sebanyak di India dan Pakistan tetapi saat pandemi, justru anak Indonesia yang lebih banyak meninggal dunia, bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam.
(Baca juga: Program Ketahanan Pangan Di 10 Kabupaten ini Jangan Sampai Kendor)
Hal ini dikatakan Aman Pulungan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Komisi X DPR terkait kesiapan pembukaan sekolah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2020). Kata dia, penyebab kematian anak terbanyak di Indonesia adalah diare dan pneumonia. Begitu juga dengan stunting dan malnutrisi, tetapi yang kurang gizi sekitar 18-19%.
"Kombinasi kedua ini ketika kelompok anak terinfeksi covid tentu daya tahan tubuh mereka tidak baik. Dan kalo terlambat (penanganannya) akan meninggal. Kami dapat laporan dari temen-temen di seluruh cabang IDAI, kita tidak dapat kesempatan lama rawat anak-anak ini, ada yang tidak sampe 24 jam, 48 jam, tidak sampai 72 jam. Jadi ada keterlambatan untuk mereka dirujuk," kata Aman.
Kemudian Aman melanjutkan, penyakit tidak menular Indonesia juga masih tinggi. Seperti misalnya angka obesitas anak. Anak SD yang masuk kategori obesitas di Jakarta, yang akan diabetes dan insulin resistance ada sekitar 20%, lalu anak yang hipertensi ada 30%.
"Kalau kelompok ini terinfeksi Covid ini merupakan komorbid buat mereka. Anak asma dan anak TBC juga," ujar Aman.
Sementara kata Aman, angka imunisasi saat sebelum Covid di Indonesia tidak sampai 60%, dan saat Covid terus menurun hingga sekitar 80% yang tidak imunisasi. Ini disebabkan oleh tidak jalannya posyandu dan puskesmas pun sibuk menangani Covid-19.
Jika imunisasi ini tidak jalan, saat 2021 sekolah dibuka maka anak-anak akan semakin rentan Covid-19 dan penyakit lainnya. "Yang kita takutkan kalau kita nggak kejar imunisasi kita akan dapat wabah difteri, polio, campak, yang bersamaan dengan ini (Covid-19) di 2021," tuturnya.
Selain itu dia menambahkan, angka diare juga cukup tinggi dan ini berhubungan dengan Corona pada anak. Karena, berdasarkan data RS, 4 dari 5 anak datang disertai dengan gejala saluran cerna baik itu mual, muntah maupun diare. Sehingga, setiap anak yang diare akan masuk PDP (pasien dalam pengawasan).
Dan jika ini terjadi di sekolah, tentu bisa menularkan yang lainnya. "Lalu kalau ada orangtua merokok dalam rumah, lalu bayi jadi perokok sekunder, ia lebih sensitif terhadap covid. Angka merokok anak kita juga masih tinggi. TBC juga masih tinggi kita nomor 2 di dunia. Selamanya bercak di paru bisa berlangsung lama. Beberapa anak meninggal ini TBC yang daya tahan tubuhnya dan parunya nggak sebaik anak normal," tandasnya.
(maf)