Puncak Kezuhudan Ilmuwan

Rabu, 22 Juni 2022 - 14:50 WIB
loading...
Puncak Kezuhudan Ilmuwan
Gun Gun Heryanto (Foto: Ist)
A A A
Gun Gun Heryanto
Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta dan Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute

JAKARTA di waktu senja yang temaram menuju malam. Saya sedang berkendara menuju kantor salah satu DPP Partai Politik yang akan menggelar diskusi nasional. Saya diminta menjadi salah satu narasumber bersama Philips J Vermonte (UIII) dan Yanuar Nugroho (CPIG). Mobil yang saya kendarai baru saja tiba di lobi tower tempat diskusi digelar, saat ponsel berdering dan ternyata panggilan dari istri.

Sesaat ponsel tersambung, terdengar tangis membahana dari istri saya. Dengan suara tercekat, dia mengabari kalau Prof. H. Faisal Ismail, MA, Ph.D, ayah mertua saya telah tiada. Intelektual asketis ini meninggal dalam tenang usai menunaikan shalat ashar, di hari Jum’at (10/6). Saya putuskan untuk batal mengisi acara seminar, dan bergegas pulang untuk berkemas berangkat ke Yogyakarta bersama seluruh keluarga yang ada di Jakarta.

Narasi Intelektual
Prof. Faisal lahir di Sumenep, Madura 15 Mei 1947 dan meninggal di Yogyakarta, 10 Juni 2022 padausia yang ke-75 tahun. Sosok yang kian langka, karena telah melampaui beragam peran sosialnya, mulai dari intelektual di kampus hingga merengkuh posisi Guru Besar, birokrat, dan menjadi diplomat/Duta Besar tanpa kehilangan waktu dan ketajaman analisisnya dalam beragam artefak pemikiran yang terserak di puluhan buku, ratusan jurnal ilmiah, kolom-kolom media nasional, dan makalah di berbagai seminar baik dalam maupun luar negeri. Salah satu koran yang dengan setia menerbitkan tulisan-tulisan beliau selama bertahun-tahun adalah KORAN SINDO.

Selama hidup, Prof Faisal mengajar di berbagai universitas mulai di kampus utamanya sebagai Guru Besar, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (mengajar sejak 1977 hingga akhir hayatnya), Program Pascasarjana (PPs) Universitas Islam Indonesia (UII), PPs Teologia Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, PPs Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hingga menjadi Visiting Professor di Institute of Islamic Studies, McGill University di Kanada. Selain itu, juga kerap menjadi penguji tesis/disertasi di Institut Pengajian Islam Universitas Malaya dan International Islamic University Malaysia.

Pemikirannya menjadi “oase” di tengah keringkerontangnya teladan intelektual di zaman yang selalu menuntut kita berlari tunggang-langgang. Merujuk pada Teori Naratif dari Walter Fisher dalam Human Communication as Narration: Toward a Philosophy of Reason, Value and Action (1985), narasi dimaknai sebagai tindakan simbolik – kata-kata dan atau tindakan yang memiliki rangkaian serta makna bagi siapapun yang hidup, mencipta atau memberi interpretasi. Prof Faisal telah sukses membentangkan narasi kehidupannya yang istimewa.

Dia konsisten membangun nalar akademik yang bisa diamati di banyak karyanya. Di antara karayanya ada: Masa Depan Pendidikan Islam di Tengah Kompleksitas Tantangan Modernitas (2003); Pijar-pijar Islam: Pergumulan Kultur dan Struktur (2004) , Membogkar Keracuan Pemikiran Nurcholish Madjid: Seputar Isu Sekularisasi dalam Islam (2010); Rekam Jejak Kebangsaan dan Kemanusiaan (2011); Republik Bhineka Tunggal Ika: Mengurai Isu-isu Konflik, Multikulturalisme, Agama dan Sosial Budaya (2012); Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Analisis Historis (2014); Membongkar Absurditas Ide-ide Ahmad Wahib (2014); Islam Konstitusionalisme dan Pluralisme (2019), NU, Moderatisme dan Pluralisme (2020) serta puluhan karya-karya lainnya termasuk ontologi puisi.

Bahkan menjelang wafat, Prof Faisal sedang menyelesaikan satu naskah buku yang belum diterbitkannya. Ini seolah menjadi pesan mendalam bahwa seorang intelektual akan terus berkarya hingga akhir hayatnya. Mungkin ini seperti yang digambarkan oleh Ali Shariati dalam tulisannya On The Sociology of Islam (1980), bahwa proses perjalanan hidup manusia memilih untuk terus berjuang tanpa henti. Sebuah perjalanan menuju satu tujuan, yakni menyatukan jiwa dengan Sang Pamilik.

Tema-tema utama pemikiran Prof Faisal Ismail yang menjadi warisan intelektualnya membentang seputar sejarah peradaban Islam, ideologi, modernisasi, westernisasi, sekularisasi, multikulturalisme, pluralisme, toleransi, kebebasan beragama, dialog dan kerukunan antarumat beragama. Tema-tema tersebut sangat kuat, menggema dan menjadi alur pemikiran Prof Faisal terutama dalam konteks keislaman dan keindonesiaan. Di berbagai karyanya tersebut alur pemikiran Prof Faisal konsisten melakukan kritik terhadap “Barat”, baik Barat sebagai “bangsa” dan “intelektual”, maupun “bangsa dan intelektual muslim yang terbaratkan”.

Sebagai ilmuwan yang gelar master dan doktornya di selesaikan di Barat yakni Amerika dan Kanada, Faisal Ismail justeru memahami lebih dekat dan mendalam sejumlah fenomena, teori dan konseptualisasi yang menjadi fokus kritiknya. Penguasaan ilmu agama yangmendalam, karena tumbuh kembang dari Sekolah Dasar Negeri (SDN; dulu disebut SRN/Sekolah Rakyat Negeri), ke Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), ke IAIN Sunan Kalijaga telah memberi pondasi yang kokoh bagi pemikirannya. Fase pematangan diri sebagai intelektual terbangun di Kajian Sejarah Islam Departement of Middle East Languages and Cultures, Columbia University, New York dengan tesis tentang The Nahdlatul Ulama: Its Early History and Religious Ideology (1988).
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Ary Ginanjar: Penting...
Ary Ginanjar: Penting Pemimpin Berkarakter Seimbang Intelektual, Emosional, dan Spiritual
Pentingnya Visi Misi...
Pentingnya Visi Misi Lembaga untuk Lahirkan Cendekiawan Muslim
DSI Buka-bukaan Program...
DSI Buka-bukaan Program Ramadan InspirAction yang Bawa Dampak Besar
Rawat Persatuan Pascaputusan...
Rawat Persatuan Pascaputusan MK, DEMA UIN: Rekonsiliasi Rajut Tenun Kebangsaan
Akademisi Ramai-ramai...
Akademisi Ramai-ramai Kritik Rezim Jokowi, PDIP: Demokrasi Menghadapi Persoalan Serius
SHW Center Terima Kunjungan...
SHW Center Terima Kunjungan Orientasi Mahasiswa UIN Yogyakarta
Jokowi Bangga Putri...
Jokowi Bangga Putri Ariani Pukau Dunia: Inspirasi untuk Semua
Ibu Penyapu Jalan di...
Ibu Penyapu Jalan di Papua Barat Ini Berhasil Kuliahkan 6 Anak, Partai Perindo: Sumber Inspirasi
PDIP Apresiasi UIN Yogya...
PDIP Apresiasi UIN Yogya Beri Gelar Doktor HC Kepada 3 Tokoh Lintas Agama
Rekomendasi
Mudik Lebaran 2025 Makin...
Mudik Lebaran 2025 Makin Nyaman, KAI Hadirkan KAI Entertainment by NextGO
Indonesia Hapus 1,3...
Indonesia Hapus 1,3 Juta Konten Berbahaya Terkait Pornografi dan Judi Online
Partai Perindo Dorong...
Partai Perindo Dorong Bupati Vera E. Laruni Buat Gebrakan Sejahterakan Donggala
Berita Terkini
Geledah 12 Lokasi Terkait...
Geledah 12 Lokasi Terkait Kasus Bank BJB, KPK Sita Mobil hingga Deposito Rp70 Miliar
27 menit yang lalu
Komisi I Sebut Revisi...
Komisi I Sebut Revisi UU TNI Penting untuk Kebutuhan Pertahanan Modern
29 menit yang lalu
Ahok Minta Mantan Dirut...
Ahok Minta Mantan Dirut Lainnya Dipanggil Terkait Kasus Korupsi Pertamina
37 menit yang lalu
KPK: Selisih Pengadaan...
KPK: Selisih Pengadaan Iklan dalam Kasus Korupsi Bank BJB Capai Rp222 Miliar
1 jam yang lalu
Satupena Gagas Gerakan...
Satupena Gagas Gerakan Penulis Besar dari Berbagai Provinsi di Indonesia
1 jam yang lalu
Diperiksa Penyidik Kejagung,...
Diperiksa Penyidik Kejagung, Ahok Ngaku Tak Ditanyai Soal BBM Oplosan
2 jam yang lalu
Infografis
Metode Ilmuwan untuk...
Metode Ilmuwan untuk Pastikan Keberadaan Harimau Jawa
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved