Cara Soeharto Menunjuk Menteri, dari Mancing Bareng hingga Telepon Menjelang Sahur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle kabinet pada Rabu (14/6/2022). Jokowi mencopot Muhammad Lutfi dari jabatan Menteri Perdagangan dan Sofyan Djalil dari kursi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
Sebagai penggantinya, Jokowi menunjuk Ketua Umum DPP Zulkifli Hasan untuk menduduki kursi Mendag, sedangkan mantan Panglima TNI Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto menjadi Menteri ATR/BPN.
Selain merombak di level menteri, Jokowi juga mengangkat wakil menteri untuk memperkuat Kabinet Indonesia Maju. Mereka yang ditunjuk adalahSekretaris Dewan Pembina PSI Raja Juli Antoni sebagai Wakil Menteri ATR/BPN menggantikan koleganya di PSI Surya Tjandra. Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetipo dirotasi menjadi Wakil Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Kemudian Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor ditunjuk menjadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker).
Baca juga: Abaikan Surat Soeharto, Singapura Nekat Gantung 2 Prajurit Marinir
Sebelum resmi melakukan reshuffle kabinet, Jokowi memanggil orang yang dicopot dan diangkat menjadi menteri/wakil menteri ke Istana Negara. Jokowi memberitahukan langsung alasan mencopot dan mengangkat menteri/wakil menteri kepada yang bersangkutan. Baru esok harinya, digelar pelantikan.
Gaya pemimpin dalam menunjuk menteri kabinet memang berbeda-beda. Presiden ke-2 RI, Soeharto mempunyai cara tersendiri yang unik. Tidak mesti disampaikan secara resmi, tapi juga saat melakukan kegiatan santai bersama maupun melalui sambungan telepon di waktu-waktu yang tidak terduga.
Seperti dituturkan Harmoko dalam buku Pak Harto The Untold Stories (2012), dia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Menteri Penerangan dengan cara berbeda-beda. Untuk diketahui, Harmoko menjadi Menteri Penerangan di zaman Orde Baru, dalam tiga periode, yakni sejak 19 Maret 1983–16 Maret 1997.
"Pertama kali Pak Harto meminta saya duduk di kabinetnya, saya dipanggil ke Cendana (kediaman Pak Harto Jalan Cendana kawasan Menteng, Jakarta Pusat)," kata Harmoko dikutip, Jumat (17/6/2022).
Baca juga: Di Rapat Terakhir Menteri, Jenderal Ini Memutuskan Setia pada Soeharto
Namun untuk periode kedua, lain dengan cara pertama. Soeharto tak lagi memanggil Harmoko ke Cendana, tapi disampaikan saat sedang mancing bersama di perairan Pulau Seribu pada akhir 1987. Selain Harmoko, Pak Harto juga mengajak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan, Menteri Koperasi dan UKM Bustanul Arifin, dan Menteri Kehakiman Ismail Saleh.
Sebagai penggantinya, Jokowi menunjuk Ketua Umum DPP Zulkifli Hasan untuk menduduki kursi Mendag, sedangkan mantan Panglima TNI Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto menjadi Menteri ATR/BPN.
Selain merombak di level menteri, Jokowi juga mengangkat wakil menteri untuk memperkuat Kabinet Indonesia Maju. Mereka yang ditunjuk adalahSekretaris Dewan Pembina PSI Raja Juli Antoni sebagai Wakil Menteri ATR/BPN menggantikan koleganya di PSI Surya Tjandra. Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetipo dirotasi menjadi Wakil Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Kemudian Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor ditunjuk menjadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker).
Baca juga: Abaikan Surat Soeharto, Singapura Nekat Gantung 2 Prajurit Marinir
Sebelum resmi melakukan reshuffle kabinet, Jokowi memanggil orang yang dicopot dan diangkat menjadi menteri/wakil menteri ke Istana Negara. Jokowi memberitahukan langsung alasan mencopot dan mengangkat menteri/wakil menteri kepada yang bersangkutan. Baru esok harinya, digelar pelantikan.
Gaya pemimpin dalam menunjuk menteri kabinet memang berbeda-beda. Presiden ke-2 RI, Soeharto mempunyai cara tersendiri yang unik. Tidak mesti disampaikan secara resmi, tapi juga saat melakukan kegiatan santai bersama maupun melalui sambungan telepon di waktu-waktu yang tidak terduga.
Seperti dituturkan Harmoko dalam buku Pak Harto The Untold Stories (2012), dia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Menteri Penerangan dengan cara berbeda-beda. Untuk diketahui, Harmoko menjadi Menteri Penerangan di zaman Orde Baru, dalam tiga periode, yakni sejak 19 Maret 1983–16 Maret 1997.
"Pertama kali Pak Harto meminta saya duduk di kabinetnya, saya dipanggil ke Cendana (kediaman Pak Harto Jalan Cendana kawasan Menteng, Jakarta Pusat)," kata Harmoko dikutip, Jumat (17/6/2022).
Baca juga: Di Rapat Terakhir Menteri, Jenderal Ini Memutuskan Setia pada Soeharto
Namun untuk periode kedua, lain dengan cara pertama. Soeharto tak lagi memanggil Harmoko ke Cendana, tapi disampaikan saat sedang mancing bersama di perairan Pulau Seribu pada akhir 1987. Selain Harmoko, Pak Harto juga mengajak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan, Menteri Koperasi dan UKM Bustanul Arifin, dan Menteri Kehakiman Ismail Saleh.