Cara Soeharto Menunjuk Menteri, dari Mancing Bareng hingga Telepon Menjelang Sahur
loading...
A
A
A
"Harmoko, kamu masih tetap bantu saya untuk Kabinet Pembangunan V nanti ya," kata Pak Harto saat asyik memancing.
Permintaan itu membuat kaget Harmoko. Sebab, permintaan itu disampaikan saat suasana santai mancing bersama, bukan dalam acara yang resmi. Berbeda dengan periode pertama yang dipanggil ke Cendana.
Meski bingung dan bertanya-tanya, Harmoko hanya bisa mengiyakan karena pembentukan kabinet adalah hak prerogatif presiden sebagai mandat MPR.
Cara berbeda juga dilakukan Soeharto saat meminta Harmoko kembali bergabung di Kabinet Pembangunan untuk periode ketiga pada 1993. Permintaan itu disampaikan saat Harmoko dan keluarganya sedang persiapan makan sahur.
"Saya berbicara dengan Pak Harmoko?" tanya ajudan Presiden Soeharto.
"Ya betul, ada apa?" jawab Harmoko. "Bapak mau bicara," timpal ajudan singkat.
Lalu di ujung telepon terdengar suara Soeharto. "Sedang apa, Harmoko?". "Sahur Pak, baru selesai salat tahajud," jawab Harmoko.
"Harmoko masih diperlukan membantu saya dalam Kabinet Pembangunan VI," kata Soeharto.
"Tidak salah ini Pak? Saya sudah dua kali di kabinet," tanya Harmoko terkejut.
"Tidak salah. Laksanakan ya!" tandas Soeharto. "Baik Pak," jawab Harmoko. Soeharto lalu menutup telepon.
Permintaan itu membuat kaget Harmoko. Sebab, permintaan itu disampaikan saat suasana santai mancing bersama, bukan dalam acara yang resmi. Berbeda dengan periode pertama yang dipanggil ke Cendana.
Meski bingung dan bertanya-tanya, Harmoko hanya bisa mengiyakan karena pembentukan kabinet adalah hak prerogatif presiden sebagai mandat MPR.
Cara berbeda juga dilakukan Soeharto saat meminta Harmoko kembali bergabung di Kabinet Pembangunan untuk periode ketiga pada 1993. Permintaan itu disampaikan saat Harmoko dan keluarganya sedang persiapan makan sahur.
"Saya berbicara dengan Pak Harmoko?" tanya ajudan Presiden Soeharto.
"Ya betul, ada apa?" jawab Harmoko. "Bapak mau bicara," timpal ajudan singkat.
Lalu di ujung telepon terdengar suara Soeharto. "Sedang apa, Harmoko?". "Sahur Pak, baru selesai salat tahajud," jawab Harmoko.
"Harmoko masih diperlukan membantu saya dalam Kabinet Pembangunan VI," kata Soeharto.
"Tidak salah ini Pak? Saya sudah dua kali di kabinet," tanya Harmoko terkejut.
"Tidak salah. Laksanakan ya!" tandas Soeharto. "Baik Pak," jawab Harmoko. Soeharto lalu menutup telepon.