SMRC Prediksi Elektabilitas Ganjar Bisa Lampaui Jokowi saat Pilpres 2014
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saiful Mujani Research and Consulting ( SMRC ) melihat bahwa titik awal Ganjar Pranowo menuju Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 lebih kuat dibanding Joko Widodo ( Jokowi ) menjelang 2014 silam. SMRC pun memprediksi elektabilitas Ganjar bisa melampaui Jokowi.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan, sekitar 2-3 tahun sebelum hari H pilpres, dalam pertanyaan terbuka (spontan) dan semi terbuka, elektabilitas Ganjar lebih tinggi dari Jokowi, dan terus naik bersamaan dengan mendekatnya hari H pemilihan.
Dalam pertanyaan terbuka, kata Deni, pada Maret 2021 atau sekitar 3 tahun sebelum pemilihan Februari 2024, Ganjar sudah mendapatkan dukungan publik secara spontan sebesar 6,1%. Pada 3 tahun sebelum Pilpres Juli 2014, yakni pada survei Juni 2011, Jokowi sama sekali belum mendapat dukungan secara spontan atau masih 0%.
Baca juga: Survei Poltracking: Ganjar Teratas, Prabowo dan Anies Membuntuti
Pada Mei 2022, atau sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2024, sambung Deni, dukungan spontan pada Ganjar sudah mencapai 14,5%, sementara dukungan spontan pada Jokowi di Oktober 2012 (sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2014) masih sekitar 0,6%.
Menurut Deni, pola yang sama juga terlihat dalam respons atas pertanyaan semi terbuka. Pada Maret 2021 atau sekitar 3 tahun sebelum pemilihan Februari 2024, Ganjar sudah mendapatkan dukungan 8,8% dalam simulasi semi terbuka. Sementara pada 3 tahun sebelum pemilihan presiden Juli 2014, yakni pada survei Juni 2011, dukungan pada Jokowi baru 2%.
Lalu, Mei 2022, atau sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2024, dukungan pada Ganjar sudah mencapai 22,5%, sementara dukungan pada Jokowi di Desember 2012 (sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2014) masih sekitar 12,8%.
Baca juga: Survei Poltracking Sebut Erick Thohir Ungguli AHY sebagai Cawapres Pilihan Rakyat
"Dibandingkan menjelang hari H pemilihan tahun 2014 ketika tidak ada petahana, dalam jarak waktu yang kurang lebih sama, elektabilitas Ganjar lebih baik dari Jokowi," ungkap Deni.
Deni menjelaskan, posisi Ganjar lebih kuat dengan Jokowi saat jelang Pilpres, karena Jokowi merupakan capres dari parpol oposisi (PDIP), di saat Partai Demokrat berkuasa. Sementara Ganjar, merupakan politisi PDIP dan saat ini PDIP menjadi parpol pemenang pemilu.
"Ini dimungkinkan karena Jokowi tidak berasal dari kubu politik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, sedangkan Ganjar sekarang berasal dari kubu politik yang sama dengan pemerintah dan dengan Presiden Jokowi: sama-sama kader PDIP dan sama-sama dari Jawa Tengah," katanya.
Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilu. Dari populasi itu dipilih secara dengan stratified multistage random sampling sebanyak 1.220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.060 atau 87%, yang dianalisis.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ±3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan, sekitar 2-3 tahun sebelum hari H pilpres, dalam pertanyaan terbuka (spontan) dan semi terbuka, elektabilitas Ganjar lebih tinggi dari Jokowi, dan terus naik bersamaan dengan mendekatnya hari H pemilihan.
Dalam pertanyaan terbuka, kata Deni, pada Maret 2021 atau sekitar 3 tahun sebelum pemilihan Februari 2024, Ganjar sudah mendapatkan dukungan publik secara spontan sebesar 6,1%. Pada 3 tahun sebelum Pilpres Juli 2014, yakni pada survei Juni 2011, Jokowi sama sekali belum mendapat dukungan secara spontan atau masih 0%.
Baca juga: Survei Poltracking: Ganjar Teratas, Prabowo dan Anies Membuntuti
Pada Mei 2022, atau sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2024, sambung Deni, dukungan spontan pada Ganjar sudah mencapai 14,5%, sementara dukungan spontan pada Jokowi di Oktober 2012 (sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2014) masih sekitar 0,6%.
Menurut Deni, pola yang sama juga terlihat dalam respons atas pertanyaan semi terbuka. Pada Maret 2021 atau sekitar 3 tahun sebelum pemilihan Februari 2024, Ganjar sudah mendapatkan dukungan 8,8% dalam simulasi semi terbuka. Sementara pada 3 tahun sebelum pemilihan presiden Juli 2014, yakni pada survei Juni 2011, dukungan pada Jokowi baru 2%.
Lalu, Mei 2022, atau sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2024, dukungan pada Ganjar sudah mencapai 22,5%, sementara dukungan pada Jokowi di Desember 2012 (sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2014) masih sekitar 12,8%.
Baca juga: Survei Poltracking Sebut Erick Thohir Ungguli AHY sebagai Cawapres Pilihan Rakyat
"Dibandingkan menjelang hari H pemilihan tahun 2014 ketika tidak ada petahana, dalam jarak waktu yang kurang lebih sama, elektabilitas Ganjar lebih baik dari Jokowi," ungkap Deni.
Deni menjelaskan, posisi Ganjar lebih kuat dengan Jokowi saat jelang Pilpres, karena Jokowi merupakan capres dari parpol oposisi (PDIP), di saat Partai Demokrat berkuasa. Sementara Ganjar, merupakan politisi PDIP dan saat ini PDIP menjadi parpol pemenang pemilu.
"Ini dimungkinkan karena Jokowi tidak berasal dari kubu politik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, sedangkan Ganjar sekarang berasal dari kubu politik yang sama dengan pemerintah dan dengan Presiden Jokowi: sama-sama kader PDIP dan sama-sama dari Jawa Tengah," katanya.
Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilu. Dari populasi itu dipilih secara dengan stratified multistage random sampling sebanyak 1.220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.060 atau 87%, yang dianalisis.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ±3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
(abd)