Makna Oligarki dan Ciri-cirinya, Indonesia Termasuk Tipe Mana?
loading...
A
A
A
Dari ciri-ciri itu, Winters menggolongkan empat tipe oligarki. Masing-masing Oligarki Panglima (Warring Oligarchy), Oligarki Penguasa Kolektif (Ruling Oligarchy), Oligarki Sultanistik (Sultanistic Oligarchy), dan Oligarki Sipil (Civilian Oligarchy). Apa perbedaan dari masing-masing tipe oligarki tersebut? Berikut ini penjelasannya:
1. Oligarki Panglima
Tipe oligarki ini mengandalkan kekuatan untuk merebut kekuasaan. Antar oligark bersaing untuk menjadi penguasa. Karena itu, biasanya kekuasaan tidak berlangsung lama karena akan ada oligark lain yang bersiap merebutnya. Contoh dari Oligarki Panglima adalah Kekaisaran Byzantium, di mana kekuasaan tidak turun-temurun tapi jatuh ke tangan panglima paling kuat. Juga Kesultanan Mamluk di Mesir, di mana pergantian kekuasaan berjalan sangat cepat. Para penguasa menjadi kaya melalui penaklukan. Semakin banyak yang ditaklukkan, maka semakin kaya.
2. Oligarki Penguasa Kolektif
Para oligark yang masih bermain kekerasan bergabung dalam lembaga kolektif yang memiliki norma-norma yang disepakati bersama. Seperti Oligarki Panglima, tipe Oligarki Penguasan Kolektif juga tidak stabil. Contoh dari oligarki ini adalah persekutuan antara Keluarga Corleone dan Mafia Yahudi untuk menjalankan bisnis di bidang prostitusi, judi, dan pemerasan. Dalam perjalanannya, Mafia Yahudi mengusulkan terjun ke perdagangan narkoba tapi Keluarga Corleone menolak, sehingga terjadi perang antarmafia. Meski Corleone akhirnya mengalah dan mengizinkan perdagangan narkoba di wilayahnya, tapi perang telah mengalirkan banyak darah, sehingga yang terjadi adalah rekonsiliasi semu.
3. Oligarki Sultanistik
Keadaan ini terjadi karena adanya monopoli sarana pemaksaan oleh satu oligark. Seluruh wewenang, termasuk kekerasan, hanya terpusat pada penguasa utama. Oligark lain hanya menggantungkan pertahanan kekayaan pada penguasa utama, tentu saja dalam hubungan patrok-klien dengan norma perilaku dan kewajiban terkait.
4. Oligarki Sipil
Oligarki Sipil sepenuhnya tidak bersenjata dan tidak berkuasa langsung. Para oligark menyerahkan kekuasaan pada lembaga yang memiliki hukum lebih kuat dengan tujuan mempertahankan harta yang dimiliki dan mengelak dari jangkauan negara yang menginginkan redistribusi kekayaannya. Uniknya, Oligarki Sipil selalu bersifat demokratis dan terlibat dalam Pemilu. Sosiolog berpengaruh Amerika Serikat Charles Wright Mills menyebut pengusaha-pengusaha besar di Negeri Paman Sam adalah bagian dari Oligarki Sipil, antara lain Rockefeller, Rothschild, Warburg, Schiff, Morgan, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg.
Lihat Juga: KIS, Kartu Ajaib Era Jokowi yang Memudahkan Masyarakat Dapatkan Layanan Kesehatan Gratis
1. Oligarki Panglima
Tipe oligarki ini mengandalkan kekuatan untuk merebut kekuasaan. Antar oligark bersaing untuk menjadi penguasa. Karena itu, biasanya kekuasaan tidak berlangsung lama karena akan ada oligark lain yang bersiap merebutnya. Contoh dari Oligarki Panglima adalah Kekaisaran Byzantium, di mana kekuasaan tidak turun-temurun tapi jatuh ke tangan panglima paling kuat. Juga Kesultanan Mamluk di Mesir, di mana pergantian kekuasaan berjalan sangat cepat. Para penguasa menjadi kaya melalui penaklukan. Semakin banyak yang ditaklukkan, maka semakin kaya.
2. Oligarki Penguasa Kolektif
Para oligark yang masih bermain kekerasan bergabung dalam lembaga kolektif yang memiliki norma-norma yang disepakati bersama. Seperti Oligarki Panglima, tipe Oligarki Penguasan Kolektif juga tidak stabil. Contoh dari oligarki ini adalah persekutuan antara Keluarga Corleone dan Mafia Yahudi untuk menjalankan bisnis di bidang prostitusi, judi, dan pemerasan. Dalam perjalanannya, Mafia Yahudi mengusulkan terjun ke perdagangan narkoba tapi Keluarga Corleone menolak, sehingga terjadi perang antarmafia. Meski Corleone akhirnya mengalah dan mengizinkan perdagangan narkoba di wilayahnya, tapi perang telah mengalirkan banyak darah, sehingga yang terjadi adalah rekonsiliasi semu.
3. Oligarki Sultanistik
Keadaan ini terjadi karena adanya monopoli sarana pemaksaan oleh satu oligark. Seluruh wewenang, termasuk kekerasan, hanya terpusat pada penguasa utama. Oligark lain hanya menggantungkan pertahanan kekayaan pada penguasa utama, tentu saja dalam hubungan patrok-klien dengan norma perilaku dan kewajiban terkait.
4. Oligarki Sipil
Oligarki Sipil sepenuhnya tidak bersenjata dan tidak berkuasa langsung. Para oligark menyerahkan kekuasaan pada lembaga yang memiliki hukum lebih kuat dengan tujuan mempertahankan harta yang dimiliki dan mengelak dari jangkauan negara yang menginginkan redistribusi kekayaannya. Uniknya, Oligarki Sipil selalu bersifat demokratis dan terlibat dalam Pemilu. Sosiolog berpengaruh Amerika Serikat Charles Wright Mills menyebut pengusaha-pengusaha besar di Negeri Paman Sam adalah bagian dari Oligarki Sipil, antara lain Rockefeller, Rothschild, Warburg, Schiff, Morgan, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg.
Lihat Juga: KIS, Kartu Ajaib Era Jokowi yang Memudahkan Masyarakat Dapatkan Layanan Kesehatan Gratis
(abd)