Kisah Mantan Panglima TNI Pernah Jadi Penjaga Warung, Pembuat Donat, hingga Caddy
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Panglima TNI Marsekal TNI Purnawirawan Hadi Tjahjanto lahir dari keluarga yang perekonomiannya serba berkekurangan dan prihatin. Maka itu, masa kecil Hadi Tjahjanto penuh perjuangan.
Pria kelahiran 8 November 1963, Malang, Jawa Timur itu merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Orang tua mereka adalah Bambang Sudarto dan Nur Saa'dah.
Mereka tinggal di Kompleks Pancar Gas atau Pagas, Blok C 180 yang letaknya sekitar lima kilometer dari Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang. Rumah mereka sederhana, berukuran 9 x 6 meter dan hanya memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, dan dapur.
Darmawisata SMPN VII Singasari ke Borobudur. Hadi Tjahjanto (kanan). Foto/Istimewa
Ayahnya adalah prajurit TNI Angkatan Udara (AU). Ayahnya yang bekerja sebagai mekanik pesawat tempur membuat keluarga Hadi tidak bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Untuk menutup kebutuhan sehari-hari, Nur Saa'dah mulai membuka warung rujak. Gaji sang suami habis untuk kebutuhan sekolah lima anaknya.
"Kadang saya hanya menerima gaji Bapak separuh karena sudah dipotong koperasi untuk membayar angsuran pinjaman," kata Artiningsih Tjahjanti atau Nining, adik Hadi Tjahjanto yang bertugas mengelola keuangan keluarga, dikutip dari buku berjudul Anak Sersan Jadi Panglima karya Eddy Suprapto.
Hadi Tjahjanto sewaktu SMA. Foto: Istimewa
Pria kelahiran 8 November 1963, Malang, Jawa Timur itu merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Orang tua mereka adalah Bambang Sudarto dan Nur Saa'dah.
Mereka tinggal di Kompleks Pancar Gas atau Pagas, Blok C 180 yang letaknya sekitar lima kilometer dari Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang. Rumah mereka sederhana, berukuran 9 x 6 meter dan hanya memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, dan dapur.
Darmawisata SMPN VII Singasari ke Borobudur. Hadi Tjahjanto (kanan). Foto/Istimewa
Ayahnya adalah prajurit TNI Angkatan Udara (AU). Ayahnya yang bekerja sebagai mekanik pesawat tempur membuat keluarga Hadi tidak bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Untuk menutup kebutuhan sehari-hari, Nur Saa'dah mulai membuka warung rujak. Gaji sang suami habis untuk kebutuhan sekolah lima anaknya.
"Kadang saya hanya menerima gaji Bapak separuh karena sudah dipotong koperasi untuk membayar angsuran pinjaman," kata Artiningsih Tjahjanti atau Nining, adik Hadi Tjahjanto yang bertugas mengelola keuangan keluarga, dikutip dari buku berjudul Anak Sersan Jadi Panglima karya Eddy Suprapto.
Hadi Tjahjanto sewaktu SMA. Foto: Istimewa