Kilas Balik 21 Mei 1998, Demo Besar-besaran hingga Kerusuhan yang Berujung Mundurnya Soeharto
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peristiwa Mei 1998 selalu menjadi sejarah yang menarik untuk diulas. Ada berbagai rentetan peristiwa di sana. Seperti demonstrasi besar-besaran mahasiswa dan masyarakat. Serta turunnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan.
Di tengah gejolak krisis ekonomi dan mulai munculnya penolakan terhadap pemerintahan Soeharto yang saat itu dikenal Orde Baru (Orba). Pada 10 Maret 1998, MPR mengesahkan Soeharto untuk kembali menjadi Presiden RI. Untuk diketahui, Presiden Soeharto memimpin Indonesia lebih dari 31 tahun, sejak 1967 hingga 1998.
Setelah Soeharto kembali menjadi Presiden RI ketujuh kalinya, gelombang aksi mahasiswa menolak Soeharto terus meningkat dan tersebar hampir ke seluruh daerah di Indonesia.
12 Mei 1998, Mahasiswa Trisakti di Grogol, Jakarta, mengelar aksinya tak jauh dari kampus mereka. Sampai akhirnya, di tengah aksi mahasiswa Trisakti tersebut yang mulai keluar kampus, tersiar kabar duka.
Empat nyawa mahasiswa Trisakti saat itu menjadi korban, yakni Hery Hartanto, Hafidhin Alifidin Royan, Elang Mulia Lesmana, dan Hendriawan Sie.
Meninggalnya empat mahasiswa ini seperti menjadi sebuah pemicu kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Tepatnya 14 Mei 1998, Jakarta kala itu penuh dengan api dan asap tebal dari sejumlah bangunan yang terbakar.
Di hari tersebut Presiden Soeharto tidak berada di Jakarta dan tengah melakukan kunjungan ke Kairo, Mesir. Barulah pada 15 Mei 1998, Presiden Soeharto bersama rombongan mendarat di Halim Perdanakusuma, sebagai respons dari apa yang terjadi di dalam negeri.
Sejumlah pertemuan dilakukan Soeharto untuk menyikapi persoalan yang tengah terjadi. Namun penanganan dan penanggulangan tersebut tak meredupkan aksi mahasiswa yang terus mendesak Soeharto mundur.
Hingga 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR. Aksi menduduki Gedung Dewan ini terus berlangsung, sampai akhirnya lewat siaran televisi, Presiden Soeharto menyatakan mundur, pada 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB.
Di tengah gejolak krisis ekonomi dan mulai munculnya penolakan terhadap pemerintahan Soeharto yang saat itu dikenal Orde Baru (Orba). Pada 10 Maret 1998, MPR mengesahkan Soeharto untuk kembali menjadi Presiden RI. Untuk diketahui, Presiden Soeharto memimpin Indonesia lebih dari 31 tahun, sejak 1967 hingga 1998.
Setelah Soeharto kembali menjadi Presiden RI ketujuh kalinya, gelombang aksi mahasiswa menolak Soeharto terus meningkat dan tersebar hampir ke seluruh daerah di Indonesia.
12 Mei 1998, Mahasiswa Trisakti di Grogol, Jakarta, mengelar aksinya tak jauh dari kampus mereka. Sampai akhirnya, di tengah aksi mahasiswa Trisakti tersebut yang mulai keluar kampus, tersiar kabar duka.
Empat nyawa mahasiswa Trisakti saat itu menjadi korban, yakni Hery Hartanto, Hafidhin Alifidin Royan, Elang Mulia Lesmana, dan Hendriawan Sie.
Meninggalnya empat mahasiswa ini seperti menjadi sebuah pemicu kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Tepatnya 14 Mei 1998, Jakarta kala itu penuh dengan api dan asap tebal dari sejumlah bangunan yang terbakar.
Di hari tersebut Presiden Soeharto tidak berada di Jakarta dan tengah melakukan kunjungan ke Kairo, Mesir. Barulah pada 15 Mei 1998, Presiden Soeharto bersama rombongan mendarat di Halim Perdanakusuma, sebagai respons dari apa yang terjadi di dalam negeri.
Sejumlah pertemuan dilakukan Soeharto untuk menyikapi persoalan yang tengah terjadi. Namun penanganan dan penanggulangan tersebut tak meredupkan aksi mahasiswa yang terus mendesak Soeharto mundur.
Hingga 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR. Aksi menduduki Gedung Dewan ini terus berlangsung, sampai akhirnya lewat siaran televisi, Presiden Soeharto menyatakan mundur, pada 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB.
(maf)