Pendidikan Islam dan Kebangkitan Nasional

Jum'at, 20 Mei 2022 - 16:48 WIB
loading...
Pendidikan Islam dan...
Saiful Maarif (Foto: Ist)
A A A
Saiful Maarif
Asesor SDM Kementerian Agama, Pegiat Birokrat Menulis

DALAM relasi dampak pandemi Covid-19, pendidikan Islam Indonesia mengalami efek langsung dalam konteks daya jangkau, akses, dan akseptabilitas pembelajaran. Secara umum, pandemi Covid-19 menghadirkan problem ekonomi, kesempatan kerja, efek keberjakarakan sosial, dan berbagai masalah lainnya.

Di luar itu, pendidikan Islam Indonesia tetap menghadapi pandangan minor dan negatif sebagai lembaga pendidikan yang kelas dua dan kampungan. Semangat Hari Kebangkitan Nasional seyogianya mampu menjadi daya dorong yang kuat terhadap perlunya langkah bersama insan pendidikan Islam untuk bangkit dan mengatasi beragam masalah yang dihadapi.

Kebangkitan pendidikan yang bercirikan Islam Indonesia menjadi sebuah keniscayaan karena beberapa hal. Pertama, Indonesia adalah negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia. Kedua, Indonesia memiliki jumlah lembaga pendidikan Islam terbesar di dunia. Ketiga, Indonesia memiliki ormas Islam (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya) dengan jumlah anggota yang juga terbesar di dunia. Dengan demikian, Pendidikan Islam Indonesia adalah pihak yang paling otoritatif dalam mendorong kebangkitan dimaksud.

Keempat, kebangkitan sebagai dampak kondisi pandemi. Kondisi pasca-pandemi Covid-19 menjadi faktor pendorong lain upaya akselerasi dan kepeloporan kebangkitan pendidikan yang dimaksud. Eskalasi dan dampak pandemi Covid-19 telah menjadi tantangan global yang memerlukan semangat dan karakter kebangkitan yang kuat. Dalam upaya dan semangat demikian, harus dipahami bahwa nilai pendidikan Islam mampu menjadi penopang tata nilai yang dibutuhkan.

Pasalnya, pendidikan Islam lekat dengan pentingnya penamaan karakter islami siswa yang diperlukan dalam merepons tantangan individu maupun problem kebangsaan. Hal demikian menjadi keniscayaan karena pada dasarnya pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Jalan Baru dan Identitas Asali
Meski menghadapi tantangan problem dampak pandemi dan anggapan stereotipikal sebagai lembaga pendidikan terbelakang, nyatanya pendidikan Islam dan pendidikan yang bercirikan Islam Indonesia terus menapak prestasi dan menunjukkan eksistensi dalam berbagai bentuknya.

Wajah pendidikan yang bercirikan Islam Indonesia menempuh jalan baru saat Muhammadiyah membuka perguruan tinggi pertamanya di luar negeri, yakni di Malaysia pada 2021 dan Australia pada awal 2022. Langkah ini bukan saja menunjukkan pendidikan yang bercirikan Islam Indonesia telah go international, namun juga keberanian untuk keluar dari zona nyaman “kandang” sendiri.

Di dalam negeri, performa lembaga pendidikan Islam juga serentak membaik pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Beragam dukungan pemerintah dan sinergi dengan berbagai pihak terkait mampu memastikan peningkatan kualitas sarana-prasarana dan dukungan pengembangan sumber daya manusia di dalamnya. Tidak kalah penting adalah dukungan dan penguatan nilai wasathiyah (moderatisme) pada lingkup Pendidikan Islam.

Nilai-nilai wasathiyah (moderatisme) menjadi warna pendidikan Islam yang kuat digaungkan di dalam negeri, terutama oleh Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama memimpin, bersama ormas Islam lainnya, implementasi nilai moderatisme dalam peri kehidupan berbangsa Indonesia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1861 seconds (0.1#10.140)