Kebangkitan Ekonomi di Tengah Pandemi yang Melandai

Rabu, 18 Mei 2022 - 16:51 WIB
loading...
Kebangkitan Ekonomi di Tengah Pandemi yang Melandai
I Gede Alfian Septamiarsa. FOTO/DOK.PRIBADI
A A A
I Gede Alfian Septamiarsa, SSos, MIKom
Kasubag Komunikasi Pimpinan/
Pranata Humas Ahli Muda Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Jatim

KATA 'bangkit' sedang menjadi slogan pemerintah Provinsi Jawa Timur. Lebih tepatnya slogan itu bertulis Optimis Bangkit. Slogan yang menjadi semangat kinerja pemerintahan.

Bisa jadi, slogan itu pula yang membawa Jawa Timur menorehkan pencapaian cukup gemilang pada kwartal I 2022. Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,20% dibanding kwartal yang sama tahun lalu. Pencapaian yang memberi harapan baru. Semangat bangkit yang sebenarnya.

Dua tahun pandemi Covid-19 mengubah warna. Iklim usaha bagai terkena tsunami. Industri melemah. Pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi. Anggaran pembangunan sebagian besar dikepras untuk refocusing. Hantaman yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Optimis Bangkit menjadikan paradigma baru. Jatim memiliki keyakinan untuk bisa pulih pada berbagai sektor. Semua terbukti. Optimis Bangkit memberi perubahan yang cukup signifikan. Kebangkitan memang sebuah langkah penting menuju kemajuan.

Bangkit, tidak sekedar kata-kata yang terucap untuk sadar dan bergerak melakukan sesuatu. Tetapi bangkit merupakan sebuah kata yang dapat menggerakkan sesuatu, seseorang maupun kelompok untuk menuju ke arah yang lebih baik.

Jika ditilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari bangkit yaitu bangun (dari tidur, duduk) lalu berdiri. Ada juga makna lainnya timbul keberanian, atau hidup kembali.

Di Indonesia sendiri, terdapat Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Hari Kebangkitan Nasional tersebut diperingati setiap 20 Mei, juga sebagai hari lahirnya organisasi Boedi Utomo.

Kebangkitan Nasional yang merupakan kebangkitan Bangsa Indonesia yang mulai memiliki rasa kesadaran nasional ditandai dengan berdirinya Boedi Utomo pada 20 Mei 1908 dan lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Setelah dua tahun ini Bangsa Indonesia telah mengalami Pandemi Covid-19, bagaimana dengan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini?

Di awal Mei 2022, kebangkitan bangsa Indonesia diawali dengan bangkitnya berbagai sektor ketika Libur Idul Fitri berlangsung. Selama dua tahun Pandemi Covid-19, masyarakat tidak bisa melakukan mudik ke daerahnya masing-masing. Namun tahun ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memperbolehkan mudik kembali. Bahkan libur Idul Fitrinya juga relatif panjang yaitu 29 April-6 Mei 2022.

Saat libur Idul Fitri berlangsung, jalur mudik dipadati kendaraan roda dua, empat bahkan bus pun ikut meramaikan. Tak hanya darat, tetapi jalur laut dan udara pun dipenuhi penumpang. Pemudik rela berjam-jam menempuh perjalanan agar bisa bertemu dengan sanak saudara di daerah asalnya.

Pemerintah memprediksi jumlah pemudik pada Lebaran tahun 2022 tidak kurang dari 85,5 juta orang atau setara dengan 31,6% dari total penduduk Indonesia. Ini disebabkan tingginya animo mudik secara otomatis akan menggerakkan perekonomian dan meningkatkan produktivitas berbagai sektor usaha. Berbagai usaha itu banyak yang sempat mati suri selama dua tahun diakibatkan terbatasnya mobilitas dan turunnya daya beli masyarakat.

Belum lagi ramainya pengunjung tempat wisata oleh pemudik maupun warga lokal sekitar. Ini membuat bertambahnya pemasukan bagi daerah dan masyarakat di sekitar. Pasalnya, yang berkunjung tak hanya pemudik, tetapi juga masyarakat non muslim ikut memeriahkan Libur Idul Fitri.

Berbicara tempat wisata, toko oleh-oleh yang dikelola pelaku UMKM pun tak luput dari serbuan para pemudik maupun wisatawan. Tempat penginapan mulai dari losmen hingga hotel bintang lima juga ramai diminati para pemudik maupun wisatawan.

Jumlah pemudik hingga wisatawan yang sangat besar itu disebabkan 'balas dendam' pulang ke kampung halaman. Sungguh ini merupakan potensi besar untuk membangkitkan roda perekonomian, baik nasional maupun daerah. Ekonomi mudik diprediksi akan menyumbang pertumbuhan yang cukup signifikan.

Dampak ekonomi dari adanya kebijakan mudik dari pemerintah sangat dirasakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Konsumsi dan belanja melonjak untuk berbagai komoditas, sebut pakaian, makanan minuman, maupun adanya transfer uang besar selama periode tersebut.

Hal tersebut mampu memberikan rasa optimisme bahwa kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif sudah di depan mata. Kebangkitan ekonomi sudah mulai terlihat. Tentunya dapat terus mendorong terwujudnya 'Optimis Jatim Bangkit'.

Terlihat dari kunjungan wisatawan mancanegara di Jawa Timur meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, sebanyak 57 kunjungan pada Maret 2002, melalui Bandara Juanda Sidoarjo. Kondisi ini berbeda dengan kondisi kunjungan wisman, pada Februari dan Januari, di mana dari data BPS Jawa Timur, terdapat 0 (nol) kunjungan.

Sementara kunjungan wisman dilihat year on year (y.o.y) pada Maret 2022 naik sebesar 9,62%, jika dibandingkan dengan jumlah Wisman pada bulan Maret 2021 lalu, yakni sebesar 52 kunjungan.

Tak hanya segi pariwisata, sektor perikanan juga mengalami peningkatan. Terlihat dari Nilai Tukar Nelayan di Jawa Timur pada April 2022 mengalami peningkatan.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa Timur pada April 2022 yang mengalami kenaikan sebesar 1,33% pada 9 Mei 2022 dan 6,16% (YoY). Angka NTN tersebut mengalami kenaikan dari 103,32 pada Maret 2022 menjadi 104,70 pada April 2022.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bangkit tidak bisa dilakukan secara personal, tetapi meliputi banyak aspek dan menyeluruh. Bangkit bisa hanya menjadi kecapan mulut saja. Itu terjadi ketika semangat bangkit tidak diikuti dengan aksi nyata. Bangkit tanpa tindakan ibarat manusia bangun tidur dan melanjutkan mimpinya. Tapi bangkit adalah bangun dari tidur lalu mewujudkan mimpinya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1151 seconds (0.1#10.140)