Pemerintah Akan Berupaya Produksi Alat Tes Covid hingga Tiga Kali Lipat

Senin, 22 Juni 2020 - 06:29 WIB
loading...
Pemerintah Akan Berupaya...
Tenaga medis sedang melakukan swab test. Foto: dok/SINDOnews
A A A
BANDUNG - Produsen vaksin PT Bio Farma (Persero) akan meningkatkan produksi alat tes Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) untuk penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Untuk mendukung target tersebut, perusahaan pelat merah itu akan memanfaatkan fasilitas produksi vaksin flu burung di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Namun, fasilitas itu sampai saat ini masih dalam proses penyerahan dari Kementerian Kesehatan RI kepada Bio Farma.

“Apabila fasilitas produksi eks produksi vaksin flu burung dapat difungsikan, Bio Farma diharapkan mampu secara rutin memproduksi RT PCR sesuai dengan kebutuhan nasional, yaitu sebanyak 20.000 kit per hari atau 700.000 kit per bulan,” sebut Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir di Bandung kemarin.

Menurut dia, saat ini Bio Farma mampu memproduksi 50.000 kit per minggu dengan menggunakan fasilitas yang sekarang berlokasi di kawasan Bio Farma. “Pemanfaatan fasilitas vaksin flu burung bisa menaikkan produksi tiga kali lipat,” ujar dia. (Baca: Menyoal Penanganan Covid-19. Klopp Sentil PM Inggris)

Hingga minggu ketiga Juni 2020, total sudah terdapat 140.000 kit yang dihasilkan Bio Farma. Alat deteksi Covid-19 itu sudah dikirimkan ke seluruh pelosok Indonesia untuk mempercepat penanganan pandemi corona.

Rencana Bio Farma untuk meningkatkan produksi vaksin Covid-19 tersebut disampaikan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Efendy dan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto saat berkunjung ke Bio Farma, Sabtu (20/6/2020).

Dalam kesempatan itu, Terawan Agus Putranto menekankan diperlukan ada percepatan untuk penanganan Covid-19. Di antaranya percepatan fasilitas produksi RT-PCR maupun vaksin Covid-19. Pihaknya mendukung Bio Farma untuk mempercepat pemanfaatan fasilitas produksi vaksin flu burung.

“Kami siap membantu Bio Farma untuk melakukan upaya percepatan pengalihan fasilitas produksi vaksin flu burung dari Kementerian Kesehatan ke Bio Farma,” ujar Terawan.

Vaksin Covid-19 Tersedia Sebelum 2021

Di bagian lain, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ratusan juta vaksin korona (Covid-19) akan diproduksi pada akhir tahun ini. Vaksin tersebut akan diberikan kepada mereka yang rentan terhadap infeksi virus tersebut. (Baca juga: RUU Cipta Kerja Disebut Regulasi yang Dibutuhkan UMKM di Tengah Corona)

Virus corona telah menginfeksi hampir 9 juta orang di seluruh dunia. Sebanyak 467.000 orang lebih meninggal dipicu oleh virus corona. Banyak pihak meyakini pandemi virus corona hanya bisa diatasi dengan vaksin Covid-19.

WHO berasumsi pada akhir 2021 sekitar dua juta miliar vaksin akan diproduksi perusahaan farmasi. “Saat ini para peneliti telah meneliti lebih dari 200 kandidat vaksin di seluruh dunia. Sepuluh di antaranya sedang menjalani uji klinis pada manusia,” kata Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, dilansir Channel News Asia. Dia mengungkapkan, jika beruntung, maka ada satu atau dua kandidat vaksin yang sukses sebelum akhir tahun ini.

Swaminathan mengidentifikasi tiga kelompok yang akan mendapatkan vaksin gelombang pertama. Mereka adalah para pekerja di garda depan yang rawan terpapar seperti para medis dan petugas kepolisian. Kedua, para manula dan penderita penyakit diabetes. Selanjutnya adalah orang yang rawan tertular atau mereka yang tinggal di rumah kumuh.

“Setelah kelompok rentan telah mendapatkan vaksin, maka vaksinasi akan diberlakukan kepada lebih banyak orang,” kata Swaminathan. “Kita bekerja dengan asumsi bahwa ratusan juta dosis vaksin Covid-19 akan tersedia pada akhir tahun. Kita sangat optimistis,” paparnya.

Nantinya, kata dia, pada 2021 WHO akan memiliki dua miliar dosis vaksin corona di mana dua atau tiga vaksin yang efektif akan didistribusikan ke seluruh dunia. “Karena itu, kita akan memvaksin populasi yang menjadi prioritas,” papar Swaminathan. Dia mengungkapkan, para ilmuwan telah menganalisis 40.000 virus corona dan sebagian besar bermutasi. Satu di antara vaksinnya tidak berbahaya dibandingkan influenza.

Pakar penyakit menular asal Amerika Serikat (AS) yang menjadi penasihat Gedung Putih Anthony Fauci mengaku optimistis bahwa dunia akan segera memiliki vaksin yang akan mengakhiri pandemi virus corona. “Hasil sementara uji klinis menunjukkan hasil yang meyakinkan,” katanya.

Banyak komunitas ilmuwan menggambarkan pengembangan vaksin corona sebagai “lompatan sukses” yang tidak pernah terjadi dalam pengembangan vaksin sebelumnya. Faktanya, banyak ilmuwan gagal mengembangkan vaksin HIV yang telah dicoba selama beberapa dekade meskipun Fauci menekankan HIV dan virus corona memang tidak bisa dibandingkan. (Baca juga: Arab Saudi Akan Buka 1.500 Masjid Makkah Meski Covid-19 Mengganas)

“Alasan kenapa saya lebih percaya diri dengan virus corona karena kita mengetahui mayoritas orang bisa sembuh dari Covid-19 karena sistem kekebalan tubuh mereka mampu membersihkan virus tersebut,” kata Fauci.

“Secara alami kalau kamu memiliki konsep yang sudah bisa dibuktikan (mengalahkan virus korona),” katanya. Sejak orang yang mampu pulih dan menghasilkan antibodi yang melawan virus corona, para ilmuwan percaya diri bahwa antibodi bisa dihasilkan oleh antivirus buatan manusia.

Fauci juga mengaku optimistis dengan perkembangan penelitian vaksin yang dilaksanakan Institute Nasional Kesehatan (NIH) dengan Moderna. “Hasil awal terhadap uji klinis manusia menunjukkan vaksin itu mampu menghasilkan antibodi,” katanya. Dia mengungkapkan, vaksin Moderna dan vaksin Universitas Oxford sepertinya menjadi dua vaksin yang potensial memberikan dampak terbaik.

Sementara itu, Fauci menegaskan kebijakan karantina wilayah secara luas (lockdown) tidak lagi diperlukan walau tingkat penularan virus di negara terbilang tinggi. “Saya pikir kita tidak akan lagi membahas tentang kembali ke lockdown,” ujarnya. Seruan itu setelah banyak negara bagian di AS memerintahkan warganya untuk tetap di rumah. (Lihat videonya: Geliat Cafe di Masa Pandemi Covid-19)

“Saya kira kami akan membahas mengenai upaya yang lebih baik dalam mengendalikan area-area di negara ini yang memiliki lonjakan kasus,” paparnya. Fauci menekankan bahwa harus ada pendekatan lokal, termasuk mengenai pertanyaan kapan waktu yang tepat untuk membuka sekolah lagi.

“Di daerah-daerah yang jelas tidak kasus sama sekali, maka tak masalah dengan membuka sekolah,” ucapnya. Khusus untuk wilayah yang jumlah penularannya cukup banyak, pembukaan sekolah harus ditunda.

Jumlah kasus di AS selama dua hari berturut-turut menembus 23.000. Dari jumlah itu, Negara Bagian California mencatat 3.455 kasus dalam sehari pada Rabu (17/6/2020), sedangkan Texas melaporkan 3.129 kasus dan Florida 2.610 kasus. Berdasarkan himpunan data Universitas Johns Hopkins, kasus positif Covid-19 di AS secara keseluruhan hampir mencapai 2,2 juta. Jumlah korban meninggal mencapai 118.435 jiwa. (Arif Budianto/Andika H Mustaqim)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1281 seconds (0.1#10.140)