Polemik Nama JIS: Mau Nginggris atau Ngindonesia?
loading...
A
A
A
Dulu, ada gubernur yang mewajibkan "Indonesianisasi" istilah, misalnya, mall menjadi “mal”, Satay House Senayan menjadi “Satè Khas Senayan”, Boulevard menjadi “Bulevar”, dan lain-lain. Namun, apa boleh buat, kini kita kebanyakan sudah telanjur lebih senang nginggris (atau bahasa Jaksel).
Anda tahu tidak? Kebiasaan nginggris ini bisa mengakibatkan harga-harga menjadi mahal. Ini buktinya:
Kopi Hitam Rp3.000 - Black Coffee Rp15.000
Es Teh Manis Rp2.000 - Ice Tea Rp15.000
Mendoan Rp5.000 - Crispy Salty Soya Bean Rp20.000
Pecel Rp5.000 - Javanese Salad with Peanut Sauce Rp25.000
Perumahan Tepi Sungai Rp300juta/unit - Riverside Residence Rp900juta/unit.
Bahkan, contoh yang lebih parah, ada pertandingan sepakbola yang memperebutkan piala bupati dinamakan "Bupati Cup". Ayo, ada yang tahu, itu bahasa apa? Kalau menurut saya, itu bahasa gado-gado. Inggris tidak, Indonesia pun tidak. Mengapa tidak dibikin saja Regent's Cup atau "Piala Bupati"?
Atau memang sudah tidak ada kebanggaan lagi bagi kita menggunakan bahasa Indonesia?
Anda tahu tidak? Kebiasaan nginggris ini bisa mengakibatkan harga-harga menjadi mahal. Ini buktinya:
Kopi Hitam Rp3.000 - Black Coffee Rp15.000
Es Teh Manis Rp2.000 - Ice Tea Rp15.000
Mendoan Rp5.000 - Crispy Salty Soya Bean Rp20.000
Pecel Rp5.000 - Javanese Salad with Peanut Sauce Rp25.000
Perumahan Tepi Sungai Rp300juta/unit - Riverside Residence Rp900juta/unit.
Bahkan, contoh yang lebih parah, ada pertandingan sepakbola yang memperebutkan piala bupati dinamakan "Bupati Cup". Ayo, ada yang tahu, itu bahasa apa? Kalau menurut saya, itu bahasa gado-gado. Inggris tidak, Indonesia pun tidak. Mengapa tidak dibikin saja Regent's Cup atau "Piala Bupati"?
Atau memang sudah tidak ada kebanggaan lagi bagi kita menggunakan bahasa Indonesia?
(kri)