Peta dan Mudik Lebaran
loading...
A
A
A
Informasi Aktual Lalu Lintas
Dalam perjalanan mudik dan balik yang rentan mengalami macet, informasi relevan terkait kondisi lalu lintas jadi penting. Informasi jadi material perencanaan : untuk menentukan waktu keberangkatan, waktu tempuh, menentukan titik-titik perhentian, waktu tiba di tujuan akhir. Selain itu, informasi juga bermanfaat dalam melakukan mitigasi, ketika terjadi hal-hal di luar rencana. Lewat aplikasi Google Maps, diperoleh informasi lalu lintas berupa kepadatan lalu lintas. Warna hijau berarti lancar, jingga ramai lancar, dan merah gelap untuk keadaan sangat padat dan macet.
Ketika penggunaan Google Maps dipadukan dengan aplikasi CCTV pengelola jalan tol, maka simbol-simbol di Google Maps terkonfirmasi sesuai keadaan sebenarnya. Informasi yang tertunda atau lambat diterima, diisi oleh informasi dari aplikasi lain yang melengkapi. Maka yang diperoleh adalah kondisi real time.
Pelaku perjalanan yang cerdas, menggunakan data dan informasi yang disajikan untuk membuat nyaman perjalanannya. Sayangnya, banyak aplikasi perjalanan yang terbatas menyajikan informasi jalan utama : jalan tol, jalan provinsi atau jalan nasional. Sedangkan ruas-ruas jalan alternatif yang dapat dan layak digunakan, jarang tersaji dalam aplikasi. Untuk mengatasi keterbatasan itu, diperlukan kepiawaian dan pengetahuan lokal, guna menemukan jalur-jalur alternatif. Namun demikian, tidak diharapkan adanya cerita pemudik yang tersesat di tengah hutan, akibat salah diarahkan oleh Google Maps, atau terjebak di jalan buntu. Sebagai produk yang belum sepenuhnya sempurna, kemungkinan itu ada.
Peran Peta Dasar dalam Pembuatan Aplikasi
Aplikasi peta pada umumnya, hanya menarik garis terpendek antara titik asal dan titik tujuan. Kalaupun ada tambahan, Google Maps atau beberapa aplikasi lainnya, menyediakan fitur untuk mempertimbangkan kepadatan lalu lintas dan jarak tempuh tercepat. Namun informasi ketinggian, kemiringan, atau aspek tiga dimensi, tak bakal tersedia. Hal ini karena aplikasi-aplikasi tersebut hanya dua dimensi berdasar perekaman muka bumi, dengan citra satelit. Jika pun ada yang menyajikan informasi tiga dimensi, berasal dari perekaman data radar berwahana satelit, keakuratannya terbatas, saat digunakan untuk menyajikan informasi jalan. Mengisi kebutuhan itu, BIG yang berperan menyelenggarakan informasi geospasial sebagai peta dasar, sangat diharapkan masyarakat. Untuk pengembangan aplikasi yang makin handal, pemetaan skala besar dengan informasi tiga dimensi yang akurat, adalah solusi tepat. Sesuai dengan Undang-Undang Informasi Geospasial, tak tepat jika aplikasi pemetaan tak menggunakan Informasi Geospasial Dasar (IGD) berupan Peta Rupabumi Indonesia.
Penggunaan peta atau informasi geospasial digital, pada periode libur Idul Fitri tahun ini, jelas meningkat dibanding hari-hari biasa. Pada hari biasa, pengguna aplikasi peta adalah ojek dan pelaku belanja daring. Sedangkan di masa mudik, adalah pelaku perjalanan maupun pelancong wisata. Sudah selayaknya masyarakat lebih dekat dan menggunakan peta dalam tiap sisi kehidupannya. Selain menjadi kebutuhan masyarakat yang lebih modern, juga mencerminkan semakin meningkatnya pengetahuan penggunaan peta. Peta perjalanan untuk mudik lebaran ini mungkin hanya sesaat saja. Di luar itu masih banyak penggunaan lainnya, yang tentunya membantu mobilisasi masyarakat, meningkatkan pergerakan barang/jasa, dan harapannya meningkatkan pula ekonomi.
Dalam perjalanan mudik dan balik yang rentan mengalami macet, informasi relevan terkait kondisi lalu lintas jadi penting. Informasi jadi material perencanaan : untuk menentukan waktu keberangkatan, waktu tempuh, menentukan titik-titik perhentian, waktu tiba di tujuan akhir. Selain itu, informasi juga bermanfaat dalam melakukan mitigasi, ketika terjadi hal-hal di luar rencana. Lewat aplikasi Google Maps, diperoleh informasi lalu lintas berupa kepadatan lalu lintas. Warna hijau berarti lancar, jingga ramai lancar, dan merah gelap untuk keadaan sangat padat dan macet.
Ketika penggunaan Google Maps dipadukan dengan aplikasi CCTV pengelola jalan tol, maka simbol-simbol di Google Maps terkonfirmasi sesuai keadaan sebenarnya. Informasi yang tertunda atau lambat diterima, diisi oleh informasi dari aplikasi lain yang melengkapi. Maka yang diperoleh adalah kondisi real time.
Pelaku perjalanan yang cerdas, menggunakan data dan informasi yang disajikan untuk membuat nyaman perjalanannya. Sayangnya, banyak aplikasi perjalanan yang terbatas menyajikan informasi jalan utama : jalan tol, jalan provinsi atau jalan nasional. Sedangkan ruas-ruas jalan alternatif yang dapat dan layak digunakan, jarang tersaji dalam aplikasi. Untuk mengatasi keterbatasan itu, diperlukan kepiawaian dan pengetahuan lokal, guna menemukan jalur-jalur alternatif. Namun demikian, tidak diharapkan adanya cerita pemudik yang tersesat di tengah hutan, akibat salah diarahkan oleh Google Maps, atau terjebak di jalan buntu. Sebagai produk yang belum sepenuhnya sempurna, kemungkinan itu ada.
Peran Peta Dasar dalam Pembuatan Aplikasi
Aplikasi peta pada umumnya, hanya menarik garis terpendek antara titik asal dan titik tujuan. Kalaupun ada tambahan, Google Maps atau beberapa aplikasi lainnya, menyediakan fitur untuk mempertimbangkan kepadatan lalu lintas dan jarak tempuh tercepat. Namun informasi ketinggian, kemiringan, atau aspek tiga dimensi, tak bakal tersedia. Hal ini karena aplikasi-aplikasi tersebut hanya dua dimensi berdasar perekaman muka bumi, dengan citra satelit. Jika pun ada yang menyajikan informasi tiga dimensi, berasal dari perekaman data radar berwahana satelit, keakuratannya terbatas, saat digunakan untuk menyajikan informasi jalan. Mengisi kebutuhan itu, BIG yang berperan menyelenggarakan informasi geospasial sebagai peta dasar, sangat diharapkan masyarakat. Untuk pengembangan aplikasi yang makin handal, pemetaan skala besar dengan informasi tiga dimensi yang akurat, adalah solusi tepat. Sesuai dengan Undang-Undang Informasi Geospasial, tak tepat jika aplikasi pemetaan tak menggunakan Informasi Geospasial Dasar (IGD) berupan Peta Rupabumi Indonesia.
Penggunaan peta atau informasi geospasial digital, pada periode libur Idul Fitri tahun ini, jelas meningkat dibanding hari-hari biasa. Pada hari biasa, pengguna aplikasi peta adalah ojek dan pelaku belanja daring. Sedangkan di masa mudik, adalah pelaku perjalanan maupun pelancong wisata. Sudah selayaknya masyarakat lebih dekat dan menggunakan peta dalam tiap sisi kehidupannya. Selain menjadi kebutuhan masyarakat yang lebih modern, juga mencerminkan semakin meningkatnya pengetahuan penggunaan peta. Peta perjalanan untuk mudik lebaran ini mungkin hanya sesaat saja. Di luar itu masih banyak penggunaan lainnya, yang tentunya membantu mobilisasi masyarakat, meningkatkan pergerakan barang/jasa, dan harapannya meningkatkan pula ekonomi.
(zik)