Peta dan Mudik Lebaran

Rabu, 11 Mei 2022 - 21:47 WIB
loading...
Peta dan Mudik Lebaran
Agung Christianto, Pranata Humas Badan Informasi Geospasial. Foto/Istimewa
A A A
Agung Christianto
Pranata Humas Badan Informasi Geospasial


LEWAT laporan langsung dan breaking news di berbagai stasiun TV, menarik diikuti upaya pemerintah memastikan kelancaran arus mudik dan arus balik, di Hari Raya Idul Fitri 2022. Dinamikanya mengharu biru. Perjalanan mudik dan balik jadi aktivitas penuh perjuangan. Walaupun sejak jauh-jauh hari pemerintah, bahkan Presiden Jokowi menghimbau langsung, masyarakat untuk menghindari melakukan perjalanan di tanggal-tanggal yang diperkirakan sebagai puncak arus mudik dan arus balik, kemacetan dan penumpukan antrean tak dapat dihindari. Pasalnya, berdasar perhitungan pemerintah tak kurang 85 juta orang, di seluruh Indonesia bergerak mudik ke kampung halaman masing-masing. Dan saat masa libur berakhir, terjadi arus balik ke tempat asal. Itu pun, yang kembali bisa lebih banyak dibanding saat mudik, sebab sudah lazim pemudik mengajak sanak saudara dari kampung halaman, ikut ke tempat asal.

Infrastruktur jalan raya terutama Pulau Jawa, sesungguhnya punya kapasitas yang memadai. Namun ketika sarana itu digunakan bersamaan, terjadi kelebihan beban. Maka, tanpa adanya rekayasa lalu lintas, akan terjadi kemacetan total. Polri memperkirakan ada 23 juta kendaraan roda empat dan 27 juta kendaraan roda dua yang menggunakan jalan tol maupun arteri. Dengan menggunakan VC ratio -perbandindan volume kendaraan dengan kapasitas jalan, yang menggambarkan derajat kejenuhan jalan raya- ketika VC ratio mencapai 1,9 maka tidak ada pergerakan di jalan raya, alias macet total.

Antusiasme mudik yang tak terbendung ini, merupakan luapan keinginan berjumpa keluarga. Hal ini terjadi setelah 2 tahun pembatasan mobilitas termasuk imbauan tak mudik oleh pemerintah. Penyebabnya, antisipasi merebaknya penularan Covid-19 di tahun 2020. Tahun 2022 ini, ketika laju penularan makin terkendali, pelonggaran diberikan. Tentu saja masyarakat menyambutnya dengan gegap gempita. Maka tak ada pilihan lain, respon atas antusiasme masyarakat diantispasi pemerintah -melalui Kementerian Perhubungan, Polri, BPJT, Jasa Marga, dan media massa- berupa imbauan mudik dan balik, tak di waktu-waktu puncak. Imbauan itu diikuti dengan rekayasa lalu lintas, mencegah kelebihan beban jalan raya. Namun, respons masyarakatlah yang pada akhirnya menentukan situasi mudik dan balik.

Peta dan Aplikasi Teman Perjalanan
Memilih berkendara di waktu yang tepat, merupakan tindakan cerdas. Kesiapan melakukan perjalanan, tak hanya berupa ketahanan fisik maupun kendaraan yang sehat. Kesiapan juga berupa brainware yang andal. Melek terhadap informasi terbaru maupun pengetahuan terhadap rute lokal, jadi modal penting. Pemerintah, media massa, dan berbagai perangkat komunikasi, intensif memberikan informasi yang relevan. Ini jadi pertimbangan pelaku perjalanan, menentukan berbagai keputusannya.

Modal penting lain yang diperlukan saat melakukan perjalanan, adalah peta. Peta atau informasi geospasial, dapat terintegrasi di setiap gawai, maupun layar dasbor di mobil tertentu. Peta dalam perjalanan mudik dan balik, sangat bermanfaat. Bentuk peta yang beredar saat ini, tak lagi berupa cetakan kertas yang dilipat-lipat. Itu format 5-7 tahun lalu. Lewat teknologi informasi, peta tersaji dalam format digital, bahkan berupa aplikasi sistem informasi. Contohnya, “Peta Kuliner Jalur Lebaran Pulau Jawa”. Peta ini dibuat oleh Kementerian Perhubungan, bersama dengan Kementerian PUPR, Kementerian BUMN, dan Polri. Formatnya pdf. Keberadaan peta ini, memudahkan pengguna saat memerlukan referensi kuliner, di lokasi tertentu.



Aplikasi digital lain, yang memandu perjalanan, tersedia banyak. Google Maps misalnya, jadi aplikasi petunjuk lokasi yang paling diandalkan saat ini. Aplikasi lainnya adalah Waze yang punya informasi aktual dan fitur menarik. Aplikasi lainnya, sebut saja : Avenza Maps, Sygic, dan masih banyak.

Hanya sayangnya, semua aplikasi itu bukan produk lokal. BIG ( Badan Informasi Geospasial ) telah menerbitkan aplikasi “PetaKita”, namun belum ada fitur untuk perjalanan. Sedangkan Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, punya aplikasi “BPJT Info” dan “JTI”. “BPJT Info” berisi tentang tarif tol, peta jalan tol, rest area, lokasi cctv, prakiraan cuaca, dan informasi lain, terkait jalan tol. Namun ketika aplikasi digunakan, peta dasar yang digunakan, berupa Google Maps dan produk ESRI. ESRI adalah perusahaan internasional aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Serupa dengan “BPJT Info”, aplikasi “JTI” pun memberikan informasi berupa ruas tol, pengelola tiap ruas tol (BUJT), tarif tol, GIS, dan lainnya. Namun jika menu GIS dibuka, maka yang tersaji berupa peta, yang peta dasarnya bersumber dari OpenStreetMap.

Kedua aplikasi itu bermanfaat bagi para pengguna jalan tol, khususnya untuk melihat lalu lintas sesuai dengan CCTV, pengumuman atau imbauan dari pengelola tol, namun tak dapat digunakan untuk memandu perjalanan sebagaimana Google Maps atau Waze atau Sygic. Pada aplikasi “BPJT Info” terdapat tautan yang menghubungkan ke apalikasi pengelola jalan tol lain, yaitu “HK Toll” yang dikelola oleh PT. Hutama Karya, “HK Care” oleh PT. Hutama Karya, “JMCare” dan Travoy yang dikeluarkan oleh PT Jasa Marga , dan “WTR Go” yang diterbitkan oleh PT. Waskita Toll Road. Semua aplikasi itu memberi informasi yang serupa, berupa tarif tol, rest area, CCTV, SPBU, fasilitas top up, dan lainnya.

Informasi Aktual Lalu Lintas
Dalam perjalanan mudik dan balik yang rentan mengalami macet, informasi relevan terkait kondisi lalu lintas jadi penting. Informasi jadi material perencanaan : untuk menentukan waktu keberangkatan, waktu tempuh, menentukan titik-titik perhentian, waktu tiba di tujuan akhir. Selain itu, informasi juga bermanfaat dalam melakukan mitigasi, ketika terjadi hal-hal di luar rencana. Lewat aplikasi Google Maps, diperoleh informasi lalu lintas berupa kepadatan lalu lintas. Warna hijau berarti lancar, jingga ramai lancar, dan merah gelap untuk keadaan sangat padat dan macet.

Ketika penggunaan Google Maps dipadukan dengan aplikasi CCTV pengelola jalan tol, maka simbol-simbol di Google Maps terkonfirmasi sesuai keadaan sebenarnya. Informasi yang tertunda atau lambat diterima, diisi oleh informasi dari aplikasi lain yang melengkapi. Maka yang diperoleh adalah kondisi real time.

Pelaku perjalanan yang cerdas, menggunakan data dan informasi yang disajikan untuk membuat nyaman perjalanannya. Sayangnya, banyak aplikasi perjalanan yang terbatas menyajikan informasi jalan utama : jalan tol, jalan provinsi atau jalan nasional. Sedangkan ruas-ruas jalan alternatif yang dapat dan layak digunakan, jarang tersaji dalam aplikasi. Untuk mengatasi keterbatasan itu, diperlukan kepiawaian dan pengetahuan lokal, guna menemukan jalur-jalur alternatif. Namun demikian, tidak diharapkan adanya cerita pemudik yang tersesat di tengah hutan, akibat salah diarahkan oleh Google Maps, atau terjebak di jalan buntu. Sebagai produk yang belum sepenuhnya sempurna, kemungkinan itu ada.

Peran Peta Dasar dalam Pembuatan Aplikasi
Aplikasi peta pada umumnya, hanya menarik garis terpendek antara titik asal dan titik tujuan. Kalaupun ada tambahan, Google Maps atau beberapa aplikasi lainnya, menyediakan fitur untuk mempertimbangkan kepadatan lalu lintas dan jarak tempuh tercepat. Namun informasi ketinggian, kemiringan, atau aspek tiga dimensi, tak bakal tersedia. Hal ini karena aplikasi-aplikasi tersebut hanya dua dimensi berdasar perekaman muka bumi, dengan citra satelit. Jika pun ada yang menyajikan informasi tiga dimensi, berasal dari perekaman data radar berwahana satelit, keakuratannya terbatas, saat digunakan untuk menyajikan informasi jalan. Mengisi kebutuhan itu, BIG yang berperan menyelenggarakan informasi geospasial sebagai peta dasar, sangat diharapkan masyarakat. Untuk pengembangan aplikasi yang makin handal, pemetaan skala besar dengan informasi tiga dimensi yang akurat, adalah solusi tepat. Sesuai dengan Undang-Undang Informasi Geospasial, tak tepat jika aplikasi pemetaan tak menggunakan Informasi Geospasial Dasar (IGD) berupan Peta Rupabumi Indonesia.



Penggunaan peta atau informasi geospasial digital, pada periode libur Idul Fitri tahun ini, jelas meningkat dibanding hari-hari biasa. Pada hari biasa, pengguna aplikasi peta adalah ojek dan pelaku belanja daring. Sedangkan di masa mudik, adalah pelaku perjalanan maupun pelancong wisata. Sudah selayaknya masyarakat lebih dekat dan menggunakan peta dalam tiap sisi kehidupannya. Selain menjadi kebutuhan masyarakat yang lebih modern, juga mencerminkan semakin meningkatnya pengetahuan penggunaan peta. Peta perjalanan untuk mudik lebaran ini mungkin hanya sesaat saja. Di luar itu masih banyak penggunaan lainnya, yang tentunya membantu mobilisasi masyarakat, meningkatkan pergerakan barang/jasa, dan harapannya meningkatkan pula ekonomi.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1234 seconds (0.1#10.140)