G-20 dan Diplomasi Cerdas

Rabu, 11 Mei 2022 - 09:37 WIB
loading...
A A A
Per definisi di atas, baik dalam soft power maupun hard power, Indonesia masih jauh dibanding dengan Amerika Serikat atau Inggris misalnya. Diperhadapkan dengan situasi demikian, Presiden mentransformasikan modal power menjadi diplomasi. Diplomasi negara pada dasarnya adalah seni dan kemampuan aktor negara untuk mempersuasi pihak lain untuk mengikuti atau setidaknya tidak menentang kepentingannya. Diplomasi cerdas (smart diplomacy) adalah seni dan kemampuan menggunakan kombinasi instrumen soft power dan hard power yang tepat dalam mempengaruhi negara dan pihak pihak lain demi mencapai tujuan yang diinginkan.

PBB dan organisasi yang terafiliasi seperti IMF, Bank Dunia, WHO, WTO juga merupakan undangan permanen di G-20. Juga beberapa organisasi regional seperti ASEAN, African Union. Spanyol dengan alasan kesejarahan merupakan tamu tetap. Dalam kapasitas sebagai pemegang mandat presidensi–tuan rumah dapat menambahkan beberapa undangan.

Dalam address-nya ke publik akhir April yang lalu, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa ia telah berbicara dengan pemimpin-pemimpin penting dunia di atas. Presiden menegaskan bahwa diperlukan upaya dan tanggung jawab bersama, untuk pulih bersama dengan lebih kuat (recover together, recover stronger) pascapandemi Covid-19 yang melanda dunia. Perang di Ukraina merupakan salah satu penghambat pemulihan tersebut. Untuk itu, konfirmasi kesediaan Presiden Putin hadir di G-20 Bali merupakan sebuah milestone penting. Dengan pertimbangan matang strategis, Presiden Jokowi juga mengundang Presiden Ukraina untuk hadir sebagai tamu kehormatan G-20.

Ini adalah diplomasi cerdas. Sebuah pesan dan modal penting ketika Jokowi akan bertemu Presiden Amerika Serikat beberapa waktu ke depan. Mendahului kunjungannya, beberapa delegasi pemerintah bersama komunitas bisnis telah bertemu dengan tokoh tokoh bisnis utama di berbagai bidang. Salah satu yang patut dicatat adalah pertemuan rombongan pemerintah yang dipimpin Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dengan Elon Musk, tokoh terkaya di jagat raya saat ini. Elon Musk telah berjanji untuk bersama timnya hadir di G-20 Bali. Hadirnya Elon Musk merupakan gaung penanda akan penting dan strategisnya G-20 itu.

Presiden Jokowi tentu lebih dari paham peta perilaku percaturan ekonomi dan geopolitik. Beliau juga tahu bahwa di zaman modern ini, sikap politik suatu negara tidak hanya tergantung kepada aras politik pemimpin formal. Perusahaan Trans Nasional, tokoh-tokoh publik, LSM, organisasi internasional, maupun investor-investor besar merupakan aktor-aktor yang dapat menjadi game changer memengaruhi opini global, yang pada gilirannya perlu diperhatikan dan didengar para pemimpin negara.

Sebagai bagian dari smart diplomacy, agar lebih efektif alangkah eloknya kalau perhelatan G-20 yang akan datang berhasil dibumikan menjadi diskursus publik di Indonesia. Melalui G20 Indonesia dapat mempertunjukkan capaian-capaiannya, meyakinkan pelaku ekonomi dunia untuk berkolaborasi serta masyarakat dunia untuk wisata berkualitas. Sayangnya saat ini kampanye G-20 domestik masih lebih didominasi oleh pemerintah. Belum menjadi wacana publik di media sosial dan lain-lain.

Tokoh-tokoh nonpemerintahan yang merupakan media darling, yang ucapan dan pendapatnya sering menjadi trending topics serta memiliki followers yang banyak di media sosial sudah saatnya juga mengambil bagian dalam kampanye smart diplomacy ini untuk menyuarakan betapa pentingnya G-20 ini disukseskan.

Untuk Indonesia dan dunia yang lebih baik. Setidaknya lebih hebring dan asyik.

Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)