Berkah Lebaran untuk Ekonomi Daerah
loading...
A
A
A
KEBIJAKAN pemerintah yang mengizinkan mudik Lebaran Idulfitri 2022/1443 H disambut antusias semua pihak. Kegiatan mudik yang tidak diperbolehkan selama dua tahun terakhir telah menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia menurun dan membuat pertumbuhan ekonomi terkoreksi. Dibukanya izin mudik lebaran tahun ini diharapkan dapat mendorong perputaran kembali roda perekonomian nasional menjadi lebih cepat.
Momentum mudik tahun ini bisa dibilang cukup istimewa. Keputusan pemerintah atas cuti bersama membuat durasi libur lebaran menjadi lebih panjang, yakni seminggu penuh. Waktu libur yang panjang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengagendakan kegiatan silaturahmi kepada segenap keluarga sekaligus berwisata.
Mudik lebaran memang sudah menjadi budaya di negeri ini. Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri,masyarakat di perantauan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman. Ada semacam ikatan batin yang tak terpisahkan antara warga terhadap kampung halaman. Berapa pun biaya yang harus digelontorkan untuk memenuhi hasrat pulang kampung itu, akan diupayakan untuk direalisasikan.
Tradisi itu sudah menjadi ritual budaya sebagai penghormatan terhadap sanak saudara di kampung halaman. Mudik juga seolah menjadi simbol identitas untuk mengukur diri seseorang. Bila ritual itu terabaikan, bukan tidak mungkin orang akan terkena semacam "sanksi sosial". Eksistensi seseorang sebagai perantau bisa saja dipertanyakan oleh keluarga atau komunitas di kampung halaman.
Selain sebagai fenomena sosial budaya, mudik juga merupakan fenomena ekonomi. Aktivitas masyarakat selama di kampung halaman ini tentunya akan berpotensi mendorong pergerakan ekonomi terutama di daerah. Sebelum mudik berlangsung, Kementerian Perhubungan menyebut jumlah pemudik bisa mencapai 85,5 juta jiwa.
Besarnya jumlah pemudik juga bisa dilihat pada banyaknya kendaraan yang meninggalkan Jabodetabek untuk mudik. PT Jasa Marga mengungkapkan sebanyak 2 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama arus mudik, yakni sejak H-10 sampai H+1 Lebaran. Perjalanan itu menuju tiga arah, yaitu timur (Trans Jawa dan Bandung), barat (Merak) dan selatan (Bogor/Puncak).
Perputaran uang selama Idul fitri 2022 diperkirakan mencapai Rp28 hingga Rp42 triliun. Perhitungan itu dengan asumsi jumlah pemudik yang mencapai 85 juta orang di mana rata-rata per keluarga memilki anggota tiga orang. Artinya, kurang lebih ada 28 juta keluarga. Sementara jika rata-rata setiap anggota keluarga membelanjakan sekitar Rp1,5 juta, maka potensi perputaran uang selama mudik di kisaran Rp42 triliun.
Kegiatan mudik lebaran mengandung multiplier effect ekonomi yang cukup signifikan bagi daerah-daerah di Indonesia, terutama yang warganya mempunyai budaya merantau dan kembali ke kampung halaman. Para pemudik ini membawa sebagian hartanya untuk dibagikan kepada sanak saudara dan lingkungan terdekatnya, sehingga dampak ekonomi “uang dari kota” ini ke daerah cukup besar.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di daerah termasuk sektor yang ketiban untung dengan kedatangan pemudik. Sektor yang terpukul dan kehilangan omzet hingga 50% akibat pandemi ini diprediksi akan mengalami kenaikan omzet seiring dengan mulai terkendalinya pandemi Covid-19. Omzet UMKM berpotensi melesat lantaran selama ini banyak stimulus yang diberikan pemerintah untuk membangkitkan para pelaku usaha.
Salah satunya dengan mendukung pelaku UMKM memanfaatkan digitalisasi agar makin mudah menjual produknya. Digitalisasi akan membuat ongkos produksi lebih murah, berjualan lebih cepat dan lebih murah. Dengan demikian produk dan pemasaran UMKM akan lebih kencang dan bisa menjangkau wilayah yang lebih luas lagi.
Adapun stimulus lainnya, pemerintah mendukung para UMKM mendapatkan bahan baku dari negara sendiri. Selama ini para pelaku UMKM banyak yang mendapatkan bahan baku dari impor.
Bagi daerah yang minim objek pariwisata atau penduduknya tak banyak merantau, dampak (mudik Lebaran) akan sangat tergantung hal-hal kreatif yang bisa mereka lakukan, misalnya dengan menggelar festival budaya atau kuliner.
Ke depan multiplier effect mudik lebaran diharapkan akan semakin membawa manfaat bagi daerah-daerah. Apalagi, infrastruktur konektivitas antara daerah kini semakin memadai. Hal ini membuat arus barang dan penumpang juga semakin cepat, sehingga jumlah pemudik dari waktu ke waktu akan meningkat. Semakin banyak orang yang mudik lebaran ke daerah-daerah, maka akan semakin memacu pula perekonomian daerah.
Momentum mudik tahun ini bisa dibilang cukup istimewa. Keputusan pemerintah atas cuti bersama membuat durasi libur lebaran menjadi lebih panjang, yakni seminggu penuh. Waktu libur yang panjang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengagendakan kegiatan silaturahmi kepada segenap keluarga sekaligus berwisata.
Mudik lebaran memang sudah menjadi budaya di negeri ini. Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri,masyarakat di perantauan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman. Ada semacam ikatan batin yang tak terpisahkan antara warga terhadap kampung halaman. Berapa pun biaya yang harus digelontorkan untuk memenuhi hasrat pulang kampung itu, akan diupayakan untuk direalisasikan.
Tradisi itu sudah menjadi ritual budaya sebagai penghormatan terhadap sanak saudara di kampung halaman. Mudik juga seolah menjadi simbol identitas untuk mengukur diri seseorang. Bila ritual itu terabaikan, bukan tidak mungkin orang akan terkena semacam "sanksi sosial". Eksistensi seseorang sebagai perantau bisa saja dipertanyakan oleh keluarga atau komunitas di kampung halaman.
Selain sebagai fenomena sosial budaya, mudik juga merupakan fenomena ekonomi. Aktivitas masyarakat selama di kampung halaman ini tentunya akan berpotensi mendorong pergerakan ekonomi terutama di daerah. Sebelum mudik berlangsung, Kementerian Perhubungan menyebut jumlah pemudik bisa mencapai 85,5 juta jiwa.
Besarnya jumlah pemudik juga bisa dilihat pada banyaknya kendaraan yang meninggalkan Jabodetabek untuk mudik. PT Jasa Marga mengungkapkan sebanyak 2 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama arus mudik, yakni sejak H-10 sampai H+1 Lebaran. Perjalanan itu menuju tiga arah, yaitu timur (Trans Jawa dan Bandung), barat (Merak) dan selatan (Bogor/Puncak).
Perputaran uang selama Idul fitri 2022 diperkirakan mencapai Rp28 hingga Rp42 triliun. Perhitungan itu dengan asumsi jumlah pemudik yang mencapai 85 juta orang di mana rata-rata per keluarga memilki anggota tiga orang. Artinya, kurang lebih ada 28 juta keluarga. Sementara jika rata-rata setiap anggota keluarga membelanjakan sekitar Rp1,5 juta, maka potensi perputaran uang selama mudik di kisaran Rp42 triliun.
Kegiatan mudik lebaran mengandung multiplier effect ekonomi yang cukup signifikan bagi daerah-daerah di Indonesia, terutama yang warganya mempunyai budaya merantau dan kembali ke kampung halaman. Para pemudik ini membawa sebagian hartanya untuk dibagikan kepada sanak saudara dan lingkungan terdekatnya, sehingga dampak ekonomi “uang dari kota” ini ke daerah cukup besar.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di daerah termasuk sektor yang ketiban untung dengan kedatangan pemudik. Sektor yang terpukul dan kehilangan omzet hingga 50% akibat pandemi ini diprediksi akan mengalami kenaikan omzet seiring dengan mulai terkendalinya pandemi Covid-19. Omzet UMKM berpotensi melesat lantaran selama ini banyak stimulus yang diberikan pemerintah untuk membangkitkan para pelaku usaha.
Salah satunya dengan mendukung pelaku UMKM memanfaatkan digitalisasi agar makin mudah menjual produknya. Digitalisasi akan membuat ongkos produksi lebih murah, berjualan lebih cepat dan lebih murah. Dengan demikian produk dan pemasaran UMKM akan lebih kencang dan bisa menjangkau wilayah yang lebih luas lagi.
Adapun stimulus lainnya, pemerintah mendukung para UMKM mendapatkan bahan baku dari negara sendiri. Selama ini para pelaku UMKM banyak yang mendapatkan bahan baku dari impor.
Bagi daerah yang minim objek pariwisata atau penduduknya tak banyak merantau, dampak (mudik Lebaran) akan sangat tergantung hal-hal kreatif yang bisa mereka lakukan, misalnya dengan menggelar festival budaya atau kuliner.
Ke depan multiplier effect mudik lebaran diharapkan akan semakin membawa manfaat bagi daerah-daerah. Apalagi, infrastruktur konektivitas antara daerah kini semakin memadai. Hal ini membuat arus barang dan penumpang juga semakin cepat, sehingga jumlah pemudik dari waktu ke waktu akan meningkat. Semakin banyak orang yang mudik lebaran ke daerah-daerah, maka akan semakin memacu pula perekonomian daerah.
(bmm)