Detik-detik Kopassus dan Raider Habisi Barok Sang Algojo Poso
loading...
A
A
A
Tak ingin jatuh korban lebih banyak lagi, perburuan terhadap kelompok teroris inipun dilakukan. TNI kemudian menggelar Operasi Simpang Angin dengan menerjunkan pasukan elite Kopassus dan Raider.
Operasi ini dirancang oleh para perwira Komando di antaranya Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf. Saleh Mustafa, Kolonel Inf. I Gusti Putu Danny Karya Nugraha, Mayor Inf. Romel Jangga Wardhana, beberapa perwira intelijen dan prajurit gabungan Kopassus dan Raider.
Pasukan Kopassus yang diterjunkan dalam misi perburuan ini mulai menjelajahi Pegunungan Biru yang berada di ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bahkan, perburuan dilakukan hingga ke Lembah Bada, Kabupaten Sigi di pedalaman Sulawesi Tengah yang memiliki luas bentangan hingga 200 kilometer persegi.
Selain mengerahkan tim kecil untuk memburu para teroris di pedalaman hutan, Kopassus juga melakukan forensik digital terhadap telepon genggam dan barang-barang elektronik yang digunakan para teroris untuk memetakan pola pergerakan mereka. Termasuk mengumpulkan informasi intelijen dari masyarakat setempat.
Upaya tersebut membuahkan hasil, masyarakat yang semula takut lambat laun berani memberikan informasi keberadaan kelompok teroris. Berawal dari laporan masyarakat pada 1 April 2017 yang melihat sekelompok pria bersenjata di Kilo 13 Trans Sulawesi. Mereka memasuki permukiman warga untuk meminta logistik.
Kemudian pada 12 Mei 2017, Satgas Intel menerima laporan kelompok bersenjata di Kilo 14 Trans Sulawesi yang diidentifikasi sebagai kelompok Ali Kalora. Perburuan semakin mengerucut setelah pada 11 Mei 2017 kelompok bersenjata mendatangi Dusun Gunung Biru. Mereka membawa tiga pucuk senjata api, dan senjata tajam.
Setelah ditemukan beberapa lokasi yang diduga sebagai tempat keberadaan para teroris, tim pemburu gabungan Kopassus dan Raider yang diberi kode Tim Petir Bravo langsung menuju ke titik sasaran. Pada 13 Mei 2017 tim tersebut diberangkatkan dengan menggunakan helikopter dari Batalyon 14 Sintuwu Maroso.
Setibanya di titik sasaran, para prajurit terlatih ini diturunkan dari helikopter dengan cara fast rope yakni, meluncur dari tali setinggi 30 meter. Hal itu dilakukan mengingat kondisi medan yang tidak memungkinkan untuk melakukan pendaratan. Enam prajurit yang berhasil turun langsung bergerak ke sasaran di Simpang Angin melalui jurang dan lembah yang terjal.
Setelah dua hari perjalanan menembus hutan lebat dan jurang yang terjal, tepat pada 15 Mei 2017, enam prajurit pilihan ini akhirnya tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 WITA dan menemukan sebuah bivak di tebing yang merupakan tempat persembunyian kelompok MIT Poso. Prajurit Kopassus dan Raider langsung mengepung bivak tersebut dan memerintahkan orang-orang yang berada di bivak tersebut untuk keluar.
Operasi ini dirancang oleh para perwira Komando di antaranya Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf. Saleh Mustafa, Kolonel Inf. I Gusti Putu Danny Karya Nugraha, Mayor Inf. Romel Jangga Wardhana, beberapa perwira intelijen dan prajurit gabungan Kopassus dan Raider.
Pasukan Kopassus yang diterjunkan dalam misi perburuan ini mulai menjelajahi Pegunungan Biru yang berada di ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bahkan, perburuan dilakukan hingga ke Lembah Bada, Kabupaten Sigi di pedalaman Sulawesi Tengah yang memiliki luas bentangan hingga 200 kilometer persegi.
Selain mengerahkan tim kecil untuk memburu para teroris di pedalaman hutan, Kopassus juga melakukan forensik digital terhadap telepon genggam dan barang-barang elektronik yang digunakan para teroris untuk memetakan pola pergerakan mereka. Termasuk mengumpulkan informasi intelijen dari masyarakat setempat.
Upaya tersebut membuahkan hasil, masyarakat yang semula takut lambat laun berani memberikan informasi keberadaan kelompok teroris. Berawal dari laporan masyarakat pada 1 April 2017 yang melihat sekelompok pria bersenjata di Kilo 13 Trans Sulawesi. Mereka memasuki permukiman warga untuk meminta logistik.
Kemudian pada 12 Mei 2017, Satgas Intel menerima laporan kelompok bersenjata di Kilo 14 Trans Sulawesi yang diidentifikasi sebagai kelompok Ali Kalora. Perburuan semakin mengerucut setelah pada 11 Mei 2017 kelompok bersenjata mendatangi Dusun Gunung Biru. Mereka membawa tiga pucuk senjata api, dan senjata tajam.
Setelah ditemukan beberapa lokasi yang diduga sebagai tempat keberadaan para teroris, tim pemburu gabungan Kopassus dan Raider yang diberi kode Tim Petir Bravo langsung menuju ke titik sasaran. Pada 13 Mei 2017 tim tersebut diberangkatkan dengan menggunakan helikopter dari Batalyon 14 Sintuwu Maroso.
Setibanya di titik sasaran, para prajurit terlatih ini diturunkan dari helikopter dengan cara fast rope yakni, meluncur dari tali setinggi 30 meter. Hal itu dilakukan mengingat kondisi medan yang tidak memungkinkan untuk melakukan pendaratan. Enam prajurit yang berhasil turun langsung bergerak ke sasaran di Simpang Angin melalui jurang dan lembah yang terjal.
Setelah dua hari perjalanan menembus hutan lebat dan jurang yang terjal, tepat pada 15 Mei 2017, enam prajurit pilihan ini akhirnya tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 WITA dan menemukan sebuah bivak di tebing yang merupakan tempat persembunyian kelompok MIT Poso. Prajurit Kopassus dan Raider langsung mengepung bivak tersebut dan memerintahkan orang-orang yang berada di bivak tersebut untuk keluar.