Rektor ITB-AD: Mubazir, Implementasi Jaring Pengaman Sosial Amburadul!

Sabtu, 25 April 2020 - 00:05 WIB
loading...
Rektor ITB-AD: Mubazir,...
Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) Mukhaer Pakkanna. Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) Mukhaer Pakkanna mengungkapkan, program pengalokasian anggaran Jaring Pengaman Sosial (JPS) sebesar Rp110 triliun untuk masyarakat lapisan bawah yang sudah dilansir sejak awal April 2020 ternyata implementasi di lapangan amburadul. JPS itu terdiri dari Program Keluarga Harapan (PKH), Program Kartu Sembako, Program Kartu Prakerja, dan Program Tarif Listrik untuk 450VA dan 900VA.

"Persoalan database kelompok sasaran masih sangat rapuh sehingga yang terjadi, yang semestinya berhak memperoleh bantuan social justru salah sasaran, jatuh ke kelompok tidak pantas memperolehnya," ujarnya, Jumat (24/4/2020).

Mukhaer menjelaskan, pada kasus pekerja informal, seperti Pedagang Kaki Lima (PKL), pekerja serabutan, tukang parkir, pekerja bangunan yang menetap di kota-kota besar misalnya justru banyak yang tidak memperoleh bantuan. Pendekatan pemerintah yang formalistik dan sarat gimmick memicu mereka tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya banyak yang mubazir.

"Kelompok pekerja informal ini lazimnya tinggal nomaden alias tidak bertempat tinggal tetap dan tidak memiliki KTP setempat. Mereka ini banyak ber-KTP dari daerah (kampung) asal. Tatkala pemerintah memberlakukan kebijakan tidak boleh mudik di masa wabah Covid-19 justru pekerja informal ini banyak merana dan terkatung-katung hidupnya di kota-kota. Penghasilan mereka anjlok, bahkan nganggur karena mereka kehilangan pelanggan dan pembeli," bebernya.

Kemudian, dia juga menyampaikan bahwa pekerja informal tinggal di rumah-rumah kontrakan berskala sempit. Tentu mereka ini bakal tidak dapat bantuan apapun, bahkan terancam terusir karena tidak mampu bayar kontrakan.

"Rumah kontrakan yang sambungan listriknya 450VA justru subsidinya diterima pemilik rumah kontrakan. Mereka ini akhirnya hidup gelandangan yang ujungnya bisa memicu kriminalitas dan kerawanan sosial yang membahayakan masyarakat umum," terang Mukhaer.

Sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengusulkan kepada pemerintah agar pekerja informal yang nomaden dan tidak memiliki KTP tetap diberikan bantuan sosial. Caranya, pertama harus pendekatan basis komunitas RT/RW. Manfaatkan kembali Kartu Keterangan Domisili. Ketua dan perangkat RT/RW harus difasilitasi agar bisa mendata dan mendistribusikan bantuan kepada warga yang pekerja nomaden ini.

"Bayangkan ketika proses Pemilu 2019 lalu banyak warga yang tidak memiliki KTP setempat justru bisa berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. Ada apa? Justru di masa wabah Covid-19 kok mereka tidak bisa mengakses bantuan, padahal ini persoalan perut rakyat? Mestinya para politisi/parpol mendata dan mengadvokasi mereka supaya bisa mengakses bantuan. Parpol jangan diam seribu bahasa, berlagak pilon," tegasnya.

Kedua, pemerintah harus memberikan mereka ini program padat karya berupa pembangunan berbagai proyek di perkotaan dengan pendekatan tunai. Misalnya, beri pekerjaan pembersihan fasilitas umum, keindahan kota, pembersihan gorong-gorong, perbaikan saluran drainase, dan lainnya dengan tetap menggunakan protokol pembatasan fisik/sosial.

"Kalau bisa alokasi anggaran pelatihan Program Prakerja dialihkan saja untuk program padat karya. Program ini lebih realistis dan bermanfaat dibanding pelatihan-pelatihan online yang berbasis proyek formalistik dan gimmick," katanya.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Presiden Jokowi Segera...
Presiden Jokowi Segera Cabut Status Pandemi Covid-19
Menko PMK: Pasien Covid-19...
Menko PMK: Pasien Covid-19 Kini Ditanggung BPJS Kesehatan
SDGs Kesehatan dan Litbang
SDGs Kesehatan dan Litbang
Dokter Reisa Ungkap...
Dokter Reisa Ungkap Penyebab Kasus Covid-19 Naik Pesat
Kemenkes Minta Masyarakat...
Kemenkes Minta Masyarakat Waspadai Subvarian Baru Omicron
Menko PMK Sebut Covid-19...
Menko PMK Sebut Covid-19 Peringkat 14 Penyebab Kematian di Indonesia
Hari Ini 2 Tahun Lalu:...
Hari Ini 2 Tahun Lalu: Kasus Pertama Covid-19 Muncul di Indonesia
Tak Lebih Ganas dari...
Tak Lebih Ganas dari Corona Kematian Akibat Omicron Sudah Tercatat di 5 Negara Ini
Tangkal Varian Omicron,...
Tangkal Varian Omicron, Kemenkes Gunakan Metode Baru PCR Khusus
Rekomendasi
H-3 Lebaran, 88.000...
H-3 Lebaran, 88.000 Unit Kendaraan Lintasi Tol Cipali Menuju Jateng
Perubahan Komisaris...
Perubahan Komisaris BNI, Deputi Protokol Istana Diganti Profesional
Nagita Slavina Menangis...
Nagita Slavina Menangis Minta Maaf ke Rafathar Gegara Terlahir sebagai Anak Artis
Berita Terkini
Karier Mantan Panglima...
Karier Mantan Panglima TNI Yudo Margono Setelah Pensiun, Pernah Berencana Jadi Petani
2 jam yang lalu
Sistem Talun Khas Indonesia...
Sistem Talun Khas Indonesia Ditampilkan di Amesterdam lewat Kopi
6 jam yang lalu
Arus Mudik Malam Ini,...
Arus Mudik Malam Ini, 40.000 Kendaraan Keluar dari Gerbang Tol Kalikangkung Semarang
7 jam yang lalu
Bursa Panglima TNI,...
Bursa Panglima TNI, Wakasal Erwin S. Aldedharma Berpeluang Jadi Calon Kuat
7 jam yang lalu
PMII dan Tantangan Kaderisasi...
PMII dan Tantangan Kaderisasi di Era Ketidakpastian
8 jam yang lalu
Pemudik Diimbau Waspadai...
Pemudik Diimbau Waspadai Jalur Tol Fungsional Semarang-Yogyakarta
8 jam yang lalu
Infografis
Alasan Platform Media...
Alasan Platform Media Sosial X Diblokir di Brasil
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved