Efek Domino Konflik Rusia-Ukraina

Sabtu, 23 April 2022 - 09:29 WIB
loading...
Efek Domino Konflik Rusia-Ukraina
Khudori. FOTO/Dok SINDO
A A A
Khudori
Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP)

Konflik Rusia-Ukraina yang berlangsung hampir dua bulan tak hanya memicu krisis energi (minyak, gas, dan batu bara), tetapi juga memantik kenaikan harga-harga pangan, terutama gandum, minyak goreng, dan turunannya. Kedua negara itu memasok sekitar 25% serealia dunia. Khusus untuk gandum, Rusia dan Ukraina memasok 31% kebutuhan gandum dunia: Ukraina sekitar 25% dan Rusia 6%.

Ketika keduanya berkonflik, pasokan gandum dunia terguncang. Harga gandum di pasar dunia melonjak 56%, dari sekitar USD8 menjadi USD12,4 per gantang (bushel), sejak perang berkecamuk.

Rusia dan Ukraina juga produsen utama biji bunga matahari: Ukraina memasok 24,7% dan Rusia 21,9%. Ketika keduanya berperang, 46,6% pasokan biji bunga matahari dunia terganggu.

Harga biji bunga matahari memang tak naik tinggi, tapi seretnya kiriman dari Rusia dan Ukraina membuat negara-negara produsen minyak berbasis biji bunga matahari kelimpungan. Sikap realistis diambil, seperti ditempuh supermarket di Islandia, yang memajang minyak berbasis sawit. Padahal, negara Eropa itu antiminyak sawit.

Kelangkaan gandum dan biji bunga matahari dan kenaikan drastis harga gandum adalah pukulan berat bagi negara-negara importir. Ukraina dikenal sebagai “keranjang roti Eropa”. Ukraina dan Rusia juga bertanggung jawab atas setidaknya 80% pasokan biji-bijian di Benin dan Kongo di Afrika; Mesir, Qatar, dan Lebanon di Timur Tengah; dan Kazakhstan dan Azerbaijan di Asia Tengah.

Negara-negara itu mendadak seperti mendapatkan pukulanhook. Semua negara ini harus menemukan sumber gandum baru dan membayar harga jauh lebih tinggi. Untuk mengatasi keduanya, tentu tidak mudah.

Bagi Indonesia, dampak krisis Rusia-Ukraina tentu tak seberat Mesir dan kawan-kawan. Namun, efek domino konflik Rusia-Ukraina tidak bisa dianggap sepele. Rusia dan Ukraina punya andil memasok gandum ke Indonesia hingga 30% (Ukraina 23%, sisanya dari Rusia). Rusia juga pemasok utama pupuk ke Indonesia.

Tatkala harga impor pupuk fosfat dari Rusia naik, plus kenaikan harga gas, komponen utama pupuk Urea, harga aneka pupuk pun melonjak tinggi. Ruang fiskal yang sempit memaksa pemerintah menyederhanakan subsidi pupuk mulai Juli 2022: dari semula lima kini hanya dua (Urea dan NPK) yang disubsidi. Dan hanya tujuh komoditas (dari semula 70) yang menerima subsidi.

Efek domino penyederhanaan subsidi pupuk ini bisa panjang.Pertama, nasib 3,2 juta hektare dari 7,4 juta hektare sawah di luar Jawa. Sawah-sawah ini tetap memerlukan pupuk diluar Urea dan NPK.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1492 seconds (0.1#10.140)