Dino Patti Djalal: Perang Ukraina Bukan Pertandingan Bola Tapi Tragedi Kemanusiaan
loading...
A
A
A
Vasyl menunjuk kelangkaan pasokan minyak dan melonjaknya harga minyak dan pangan, yang juga melanda Amerika Serikat dan banyak negara Eropa. “Yang saya khawatirkan adalah kelangkaan pangan, karena Ukraina merupakan salah satu pemasok gandum dan jagung terbesar dunia,” katanya, seraya berharap agar hal itu tidak terjadi.
Namun jika perang tak berangsur membaik atau berhenti hingga musim semi atau panas yang akan datang, yang menghadang di depan adalah bencana pangan bagi negara-negara Afrika dan Asia. “Jadi, ini merupakan fenomena global,” kata dia.
Menurut Vasyl, bagi Ukraina, saat ini yang mereka lakukan sejatinya memperjuangkan kemerdekaan negara itu dari Kekaisaran Rusia yang telah dimulai sejak 300 tahun lalu. Lain dengan Rusia, kata Vasyl, Ukraina tidak pernah memiliki “raja”, “kaisar” atau pun nama apa pun untuk pemimpin monarki. “Kami selalu berdemokrasi. Sejak dahulu kami sudah memilih pemimpin kami, ketika tidak sesuai kami akan mengganti dengan memilih lagi.”
Menurutnya, itulah perbedaan sikap mental bangsa Rusia dengan bangsa Ukraina. “Rusia tidak pernah berada dalam situasi damai dan stabil apabila tidak dipimpin oleh raja. Ketika tidak ada raja, mereka berantakan,” kata Vasyl.
Berkenaan dengan pembunuhan massal yang terjadi, Vasyl mengingatkan bahwa pola perang yang diimplementasikan Rusia di Ukraina mirip dengan serangan yang terjadi di Aleppo, Suriah. Ia bahkan mengingatkan bahwa Rusia saat ini mengangkat Jendral Aleksandr Dvornikov untuk melanjutkan invasi Ukraina.
Berdasarkan catatan dunia, Dvornikov adalah perwira militer yang memainkan peranan kunci dalam perang Suriah, namun menyebabkan Moskow dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dengan keganasannya itu, Dvornikov dijuluki dunia sebagai 'jagal Suriah'. “Jenderal yang disebut Jagal Suriah itulah yang menjadi komandan baru Rusia dalam invasi Ukraina,” kata Vasyl.
Namun jika perang tak berangsur membaik atau berhenti hingga musim semi atau panas yang akan datang, yang menghadang di depan adalah bencana pangan bagi negara-negara Afrika dan Asia. “Jadi, ini merupakan fenomena global,” kata dia.
Menurut Vasyl, bagi Ukraina, saat ini yang mereka lakukan sejatinya memperjuangkan kemerdekaan negara itu dari Kekaisaran Rusia yang telah dimulai sejak 300 tahun lalu. Lain dengan Rusia, kata Vasyl, Ukraina tidak pernah memiliki “raja”, “kaisar” atau pun nama apa pun untuk pemimpin monarki. “Kami selalu berdemokrasi. Sejak dahulu kami sudah memilih pemimpin kami, ketika tidak sesuai kami akan mengganti dengan memilih lagi.”
Menurutnya, itulah perbedaan sikap mental bangsa Rusia dengan bangsa Ukraina. “Rusia tidak pernah berada dalam situasi damai dan stabil apabila tidak dipimpin oleh raja. Ketika tidak ada raja, mereka berantakan,” kata Vasyl.
Berkenaan dengan pembunuhan massal yang terjadi, Vasyl mengingatkan bahwa pola perang yang diimplementasikan Rusia di Ukraina mirip dengan serangan yang terjadi di Aleppo, Suriah. Ia bahkan mengingatkan bahwa Rusia saat ini mengangkat Jendral Aleksandr Dvornikov untuk melanjutkan invasi Ukraina.
Berdasarkan catatan dunia, Dvornikov adalah perwira militer yang memainkan peranan kunci dalam perang Suriah, namun menyebabkan Moskow dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dengan keganasannya itu, Dvornikov dijuluki dunia sebagai 'jagal Suriah'. “Jenderal yang disebut Jagal Suriah itulah yang menjadi komandan baru Rusia dalam invasi Ukraina,” kata Vasyl.
(cip)