Dino Patti Djalal: Perang Ukraina Bukan Pertandingan Bola Tapi Tragedi Kemanusiaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Diplomat terkemuka Dino Patti Djalal, meminta semua pihak untuk membuka hati nurani terhadap bencana perang yang tengah terjadi di Ukraina , menyusul invasi Rusia ke negeri itu.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini meminta semua pihak untuk bijak dan berempati karena yang tengah terjadi sesungguhnya adalah tragedi kemanusiaan dengan ribuan warga sipil, yakni perempuan dan anak-anak yang mati.
Dino menyerukan hal tersebut dalam acara webinar “Ask Ambassador Anything”, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Kamis 14 April 2022. Bersama Dino hadir Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin.
“Sadarlah, ini bukan pertandingan bola di mana kita mendukung jagoan kita untuk menang, dan menjatuhkan lawan tim jagoan kita. “Ini tragedi kemanusiaan, pelanggaran dan penindasan atas kedaulatan suatu negara oleh negara lain,” katanya.
Karena itu Dino berharap semua pihak bisa berempati dan lebih bijak dalam menyikapi tragedi perang tersebut. “Sepuluh tahun dari sekarang, saya yakin tragedi ini akan dicatat sejarah, akan menandai perjuangan heroik Ukraina dan menjadi keputusan terburuk yang pernah Rusia buat,” kata diplomat top tersebut.
Tak lupa Dino juga mengajak peserta webinar untuk merenungkan seandainya gempuran sedahsyat itu menimpa Jakarta atau Jabodetabek, jantung Indonesia. “Bayangkan jika sepersepuluh penduduk Indonesia harus menjadi pengungsi, karena hal itulah yang terjadi di Ukraina saat ini,” kata dia.
Menurut Dino, jika hal itu terjadi di sini, yang akan dilakukan dirinya adalah bersuara lantang. “Saya akan menyuarakan kondisi yang terjadi di lapangan, melaporkan segala kabar dan informasi terkini. Terlebih lagi saya seorang diplomat. Dan ini seperti yang teman saya, Pak Vasyl, lakukan. Berjuang keras untuk negaranya tak kenal lelah memperjuangkan kedaulatan negaranya melalui kanal lain, meskipun tidak turun di medan perang,” kata dia.
Sementara Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, mengamini pernyataan Dino agar semua membuka hati dan berempati. Ia juga menegaskan, invasi Rusia ke negaranya merupakan agresi terbesar di generasi ini, dengan aggressor yang memiliki teritori terluas di dunia, dilengkapi senjata nuklir, kekuatan militer yang besar dan kuat. “Belum lagi sang agresor ini juga merupakan member permanen dari Dewan Keamanan PBB, yang harusnya turut menjaga keamanan dunia,” kata Vasyl.
Vasyl mengatakan, sekitar 200 juta jiwa terlibat dalam fenomena bencana perang tersebut. “Terdapat negara-negara lain di luar Rusia dan Ukraina yang terdampak perang ini,” kata dia.
Vasyl menunjuk kelangkaan pasokan minyak dan melonjaknya harga minyak dan pangan, yang juga melanda Amerika Serikat dan banyak negara Eropa. “Yang saya khawatirkan adalah kelangkaan pangan, karena Ukraina merupakan salah satu pemasok gandum dan jagung terbesar dunia,” katanya, seraya berharap agar hal itu tidak terjadi.
Namun jika perang tak berangsur membaik atau berhenti hingga musim semi atau panas yang akan datang, yang menghadang di depan adalah bencana pangan bagi negara-negara Afrika dan Asia. “Jadi, ini merupakan fenomena global,” kata dia.
Menurut Vasyl, bagi Ukraina, saat ini yang mereka lakukan sejatinya memperjuangkan kemerdekaan negara itu dari Kekaisaran Rusia yang telah dimulai sejak 300 tahun lalu. Lain dengan Rusia, kata Vasyl, Ukraina tidak pernah memiliki “raja”, “kaisar” atau pun nama apa pun untuk pemimpin monarki. “Kami selalu berdemokrasi. Sejak dahulu kami sudah memilih pemimpin kami, ketika tidak sesuai kami akan mengganti dengan memilih lagi.”
Menurutnya, itulah perbedaan sikap mental bangsa Rusia dengan bangsa Ukraina. “Rusia tidak pernah berada dalam situasi damai dan stabil apabila tidak dipimpin oleh raja. Ketika tidak ada raja, mereka berantakan,” kata Vasyl.
Berkenaan dengan pembunuhan massal yang terjadi, Vasyl mengingatkan bahwa pola perang yang diimplementasikan Rusia di Ukraina mirip dengan serangan yang terjadi di Aleppo, Suriah. Ia bahkan mengingatkan bahwa Rusia saat ini mengangkat Jendral Aleksandr Dvornikov untuk melanjutkan invasi Ukraina.
Berdasarkan catatan dunia, Dvornikov adalah perwira militer yang memainkan peranan kunci dalam perang Suriah, namun menyebabkan Moskow dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dengan keganasannya itu, Dvornikov dijuluki dunia sebagai 'jagal Suriah'. “Jenderal yang disebut Jagal Suriah itulah yang menjadi komandan baru Rusia dalam invasi Ukraina,” kata Vasyl.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini meminta semua pihak untuk bijak dan berempati karena yang tengah terjadi sesungguhnya adalah tragedi kemanusiaan dengan ribuan warga sipil, yakni perempuan dan anak-anak yang mati.
Dino menyerukan hal tersebut dalam acara webinar “Ask Ambassador Anything”, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Kamis 14 April 2022. Bersama Dino hadir Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin.
“Sadarlah, ini bukan pertandingan bola di mana kita mendukung jagoan kita untuk menang, dan menjatuhkan lawan tim jagoan kita. “Ini tragedi kemanusiaan, pelanggaran dan penindasan atas kedaulatan suatu negara oleh negara lain,” katanya.
Karena itu Dino berharap semua pihak bisa berempati dan lebih bijak dalam menyikapi tragedi perang tersebut. “Sepuluh tahun dari sekarang, saya yakin tragedi ini akan dicatat sejarah, akan menandai perjuangan heroik Ukraina dan menjadi keputusan terburuk yang pernah Rusia buat,” kata diplomat top tersebut.
Tak lupa Dino juga mengajak peserta webinar untuk merenungkan seandainya gempuran sedahsyat itu menimpa Jakarta atau Jabodetabek, jantung Indonesia. “Bayangkan jika sepersepuluh penduduk Indonesia harus menjadi pengungsi, karena hal itulah yang terjadi di Ukraina saat ini,” kata dia.
Menurut Dino, jika hal itu terjadi di sini, yang akan dilakukan dirinya adalah bersuara lantang. “Saya akan menyuarakan kondisi yang terjadi di lapangan, melaporkan segala kabar dan informasi terkini. Terlebih lagi saya seorang diplomat. Dan ini seperti yang teman saya, Pak Vasyl, lakukan. Berjuang keras untuk negaranya tak kenal lelah memperjuangkan kedaulatan negaranya melalui kanal lain, meskipun tidak turun di medan perang,” kata dia.
Sementara Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, mengamini pernyataan Dino agar semua membuka hati dan berempati. Ia juga menegaskan, invasi Rusia ke negaranya merupakan agresi terbesar di generasi ini, dengan aggressor yang memiliki teritori terluas di dunia, dilengkapi senjata nuklir, kekuatan militer yang besar dan kuat. “Belum lagi sang agresor ini juga merupakan member permanen dari Dewan Keamanan PBB, yang harusnya turut menjaga keamanan dunia,” kata Vasyl.
Vasyl mengatakan, sekitar 200 juta jiwa terlibat dalam fenomena bencana perang tersebut. “Terdapat negara-negara lain di luar Rusia dan Ukraina yang terdampak perang ini,” kata dia.
Vasyl menunjuk kelangkaan pasokan minyak dan melonjaknya harga minyak dan pangan, yang juga melanda Amerika Serikat dan banyak negara Eropa. “Yang saya khawatirkan adalah kelangkaan pangan, karena Ukraina merupakan salah satu pemasok gandum dan jagung terbesar dunia,” katanya, seraya berharap agar hal itu tidak terjadi.
Namun jika perang tak berangsur membaik atau berhenti hingga musim semi atau panas yang akan datang, yang menghadang di depan adalah bencana pangan bagi negara-negara Afrika dan Asia. “Jadi, ini merupakan fenomena global,” kata dia.
Menurut Vasyl, bagi Ukraina, saat ini yang mereka lakukan sejatinya memperjuangkan kemerdekaan negara itu dari Kekaisaran Rusia yang telah dimulai sejak 300 tahun lalu. Lain dengan Rusia, kata Vasyl, Ukraina tidak pernah memiliki “raja”, “kaisar” atau pun nama apa pun untuk pemimpin monarki. “Kami selalu berdemokrasi. Sejak dahulu kami sudah memilih pemimpin kami, ketika tidak sesuai kami akan mengganti dengan memilih lagi.”
Menurutnya, itulah perbedaan sikap mental bangsa Rusia dengan bangsa Ukraina. “Rusia tidak pernah berada dalam situasi damai dan stabil apabila tidak dipimpin oleh raja. Ketika tidak ada raja, mereka berantakan,” kata Vasyl.
Berkenaan dengan pembunuhan massal yang terjadi, Vasyl mengingatkan bahwa pola perang yang diimplementasikan Rusia di Ukraina mirip dengan serangan yang terjadi di Aleppo, Suriah. Ia bahkan mengingatkan bahwa Rusia saat ini mengangkat Jendral Aleksandr Dvornikov untuk melanjutkan invasi Ukraina.
Berdasarkan catatan dunia, Dvornikov adalah perwira militer yang memainkan peranan kunci dalam perang Suriah, namun menyebabkan Moskow dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dengan keganasannya itu, Dvornikov dijuluki dunia sebagai 'jagal Suriah'. “Jenderal yang disebut Jagal Suriah itulah yang menjadi komandan baru Rusia dalam invasi Ukraina,” kata Vasyl.
(cip)