Kekerasan Daring dan Luring

Kamis, 14 April 2022 - 13:53 WIB
loading...
A A A
Jadi hidup tanpa dunia maya, tampaknya tidak membantu. Karena keselamatan dan rasa aman di dunia nyata juga tidak terjamin. Apalagi jika kita ingin mengungkapkan pandangan yang berbeda di hadapan massa, jamaah, umat, atau masyarakat secara umum.

Kekerasan terjadi tampaknya akibat dari pendidkan demokrasi kita, terutama menyangkut menghormati pandangan yang berbeda, belum berhasil. Masyarakat kita pada dasarnya kurang mentolerir pandangan berbeda, dan bahkan menganggap yang berbeda menyimpang dan berdosa, ditambahai. Dunia daring dan luring ternyata tidak berbeda.

Ada demonstrasi dengan massa yang bersemangat menyuarakan aspirasi. Seperti yang terjadi juga di Amerika ketika massa melabrak gedung capitol hill beberapa saat yang lalu karena memprotes hasil Pemilu di sana, massa tak terkendali. Penyerangan, perusakan, dan pemojokan tak terkendali.

Dalam istilah sosiologi ini adalah bentuk kerumunan. Kerumunan yang mempunyai emosi meluap-luap mudah disulut yang bisa saja tega berbuat diluar batas.

Dalam bahasa Jawa ada istilah tego larane, ra tego patine (tega sakitnya, tidak tega matinya). Artinya sekadar menyerang dan membuat kapok memang target kekerasan kerumunan.

Tidak ada korban jiwa dalam banyak kasus. Tetapi membuat orang trauma, dan menunjukkan ketidakpuasan, sekaligus kekuatan, merupakan target sesaat.

Kekerasan daring dan luring bersambut. Apa yang terjadi di dunia maya dengan komentar-komentar disertai umpatan, persis dengan dunia nyata. Ada hambatan penyampaian gagasan, mungkin karena komunikasi antara yang di atas dan yang dipimpin terhambat. Tidak dirasakan ketegasan sikap tentang masa, waktu, dan suksesi membuat celah untuk berunjuk rasa.

Sesuai dengan kata unjuk rasa itu sendiri, berarti ada rasa yang terhambat dan harus ditunjukkan. Ada komitmen yang ditunggu tidak segera datang. Ada kesempatan, yang jelas, dengan ketidakjelasan itu untuk memberi respons. Unjuk rasa adalah cara menyampaikan rasa yang sepertinya tersumbat. Berbahaya.

Indonesia adalah negeri yang sangat beragam. Keragaman alami dan pasti adalah geografis, yang melahirkan keragaman etnis, budaya, tradisi, dan agama. Itu keragaman yang tidak bisa dipungkiri.

Tampaknya keragaman ini kadangkala sudah menjadi hal yang jamak. Perbedaan agama bahkan bukan lagi faktor utama kekerasan. Perbedaan etnis dan budaya tampaknya menemukan banyak jembatan. Keragaman kuliner, sebagai salah satu budaya, bahkan menyatukan. Ini semua disebut keragaman sosial.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1118 seconds (0.1#10.140)