Internasionalisasi Perguruan Tinggi dan Local Wisdom
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Kementerian Keuangan RI
Persoalan manusia sebagai sumber daya pembangunan merupakan tema sentral yang sepintas klasik namun pelik. Sesungguhnya persoalan ini selalu aktual dan belum juga tuntas karena dalam setiap tahap perjalanannya memunculkan problematika yang belum terurai.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Todaro (2000) dalam bukunya menyebutkan bahwa sumber daya manusia dari suatu bangsa merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial serta ekonomi suatu bangsa.
Selain itu, laporan tahunan UNDP secara konsisten juga menunjukkan bahwa pembangunan manusia mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Bahkan, berbagai macam faktor produksi lainnya seperti Sumber Daya Alam (SDA), material hingga finansial pun tak akan mampu memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat tanpa didukung oleh faktor SDM yang memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pengembangan kualitas SDM adalah kunci yang selanjutnya dapat mendorong produktivitasnya. Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun mikro. Berdasarkan riset dari Bank Dunia tahun 2018, Indeks Sumber Daya Manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia masih berada pada peringkat 87 dari 157 negara.
Nilai HCI Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara lainnya. HCI pada dasarnya adalah ukuran bagaimana kondisi pengetahuan, ketrampilan dan kesehatan untuk dapat mendukung produktivitas SDM. Tak hanya itu, data juga menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah, hanya 21% dari Negara maju, terutama Amerika Serikat. Laju pertumbuhan produktivitasnya lebih lambat dibandingkan negara ASEAN lainnya. UNESCO juga mencatat bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang lainnya di Asia Pasific. Sedangkan untuk kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Kualitas SDM sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan/keahlian kerja). Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritasutama dalam pembangunan kualitas SDM antara lain, pertama adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu.
Guna mencapai hal tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaran sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada penguasaan iptek, serta pemerataan di seluruh pelosok tanah air.
Urgensi Perguruan Tinggi dalam Mencetak SDM
Perguruan tinggi (PT) telah menjadi salah satu tumpuan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dalam menyongsong Indonesia Emas pada 2045. Hal itu karena perguruan tinggi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pendidikan untuk dapat melahirkan generasi muda dengan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.
Perguruan tinggi juga mengemban fungsi dalam membina dan mendidik mahasiswa agar menjadi sumber daya manusia yang terus mau belajar sehingga dapat berperan dan berkontribusi terhadap pembangunan sesuai posisi dan kemampuannya masing-masing.
Saat ini, persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan tinggi bukan sekadar menitikberatkan pada persoalan mutu saja, tetapi juga masalah relevansi antaracontentyang diberikan kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja agar lulusannya siap memasuki dunia kerja.
Perguruan tinggi berpacu dengan dinamika industri yang pesat. Perkembangan teknologi yang terus melaju kencang kian mengancam lapangan pekerjaan yang tersedia. Penelitian menunjukkan, pekerjaan yang bersifat pengulangan dan menghafal telah mulai tergerus oleh perkembangan teknologi otomatisasi, robot, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Akan tetapi, masih terdapat beberapa keterampilan manusia yang tidak mudah digantikan mesin di antaranya adalah empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks. Sehingga, agar menjadi sumber daya manusia unggul di era teknologi, individu perlu mengasah kemampuan tersebut dengan terus memanfaatkan perkembangan teknologi. Pada titik ini, perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan perlu mempersiapkan SDM yang bukan hanya memiliki keunggulan bidang keilmuan semata namun juga keahlian dalam tata nilai atau norma.
Pendidikan untuk mahasiswa merupakan fundamental penting jika kita ingin mewujudkan menjadi bangsa yang mampu bersaing dalam percaturan dunia secara global. Unggulan kompetitif baru dapat diciptakan melalui insan-insan yang kreatif, tahan banting, terus mau belajar (pembelajar) dan adaptif, sehingga mereka ini mampu menciptakan sesuatu yang sama sekali baru secara monumental. Kemampuan inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan pasar kerja di masa depan.
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi dalam negeri adalah dengan melakukan transformasi diri untuk bisa melihat international value tanpa harus melepaskan nilai-nilai lokal. Langkah adopsi terhadap international value tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama dengan universitas-universitas terbaik dunia, baik di bidang kurikulum, pengajaran, penelitian, pertukaran dosen, penulisan artikel bersama, maupun pertukaran mahasiswa untuk mempercepat proses belajar dan transfer pengetahuan (transfer knowledge) dari mereka.
Menghadirkan internasionalisasi universitas di Indonesia tersebut sejatinya senada dengan semangat Nawacita dan Visi Indonesia Presiden Jokowi yaitu fokus pada peningkatan SDM. Terlebih kini Indonesia tengah memasuki revolusi industri 4.0, era society 5.0, serta ledakan usia produktif. Internasionalisasi universitas bisa menjadi embrio bangkitnya pendidikan di Indonesia dalam melahirkan SDM yang berdaya saing tinggi, tahan banting, pembelajar, berpikir kritis dengan tetap memiliki nilai kearifan lokal dan berwawasan global.
Kolaborasi dan Kerja Sama adalah Kunci
Kolaborasi dan kerja sama perguruan tinggi dengan mitra nasional dan internasional merupakan sebuah keniscayaan. Kemampuan daya saing para lulusan dalam pengusaan iptek dapat dicapai dengan menjalin kerja sama dengan banyak mitra tersebut.
Kolaborasi dan kerja sama antara perguruan tinggi nasional dengan perguruan tinggi internasional memang tidak semudah yang dibayangkan, mengingat kolaborasi tersebut bisa jadi tidak menguntungkan dari berbagai aspek atau bahkan bisa jadi menguntungkan seperti yang kita harapkan.
Untuk itu, penting bagi perguruan tinggi untuk memiliki standar mutu yang jelas, baik di managemen maupun kurikulum sehingga kita tidak asal “luar negeri” tetapi hanya pada perguruan tinggi dengan standar tertentu. Selain itu, kerja sama dengan masyarakat seperti pemerintahan desa, yang saat ini diharapkan mandiri, termasuk dalam pengelolaan keuangan, masih memerlukan sentuhan dan pendampingan perguruan tinggi. Kita semua berharap, perguruan tinggi tidak lagi menjadi Menara gading, tetapi betul menjadi pencerah (enlightening) bagi masyarakat di sekitarnya, Semoga.
Staf Khusus Kementerian Keuangan RI
Persoalan manusia sebagai sumber daya pembangunan merupakan tema sentral yang sepintas klasik namun pelik. Sesungguhnya persoalan ini selalu aktual dan belum juga tuntas karena dalam setiap tahap perjalanannya memunculkan problematika yang belum terurai.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Todaro (2000) dalam bukunya menyebutkan bahwa sumber daya manusia dari suatu bangsa merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial serta ekonomi suatu bangsa.
Selain itu, laporan tahunan UNDP secara konsisten juga menunjukkan bahwa pembangunan manusia mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Bahkan, berbagai macam faktor produksi lainnya seperti Sumber Daya Alam (SDA), material hingga finansial pun tak akan mampu memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat tanpa didukung oleh faktor SDM yang memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pengembangan kualitas SDM adalah kunci yang selanjutnya dapat mendorong produktivitasnya. Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun mikro. Berdasarkan riset dari Bank Dunia tahun 2018, Indeks Sumber Daya Manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia masih berada pada peringkat 87 dari 157 negara.
Nilai HCI Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara lainnya. HCI pada dasarnya adalah ukuran bagaimana kondisi pengetahuan, ketrampilan dan kesehatan untuk dapat mendukung produktivitas SDM. Tak hanya itu, data juga menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah, hanya 21% dari Negara maju, terutama Amerika Serikat. Laju pertumbuhan produktivitasnya lebih lambat dibandingkan negara ASEAN lainnya. UNESCO juga mencatat bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang lainnya di Asia Pasific. Sedangkan untuk kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Kualitas SDM sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan/keahlian kerja). Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritasutama dalam pembangunan kualitas SDM antara lain, pertama adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu.
Guna mencapai hal tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaran sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada penguasaan iptek, serta pemerataan di seluruh pelosok tanah air.
Urgensi Perguruan Tinggi dalam Mencetak SDM
Perguruan tinggi (PT) telah menjadi salah satu tumpuan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dalam menyongsong Indonesia Emas pada 2045. Hal itu karena perguruan tinggi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pendidikan untuk dapat melahirkan generasi muda dengan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.
Perguruan tinggi juga mengemban fungsi dalam membina dan mendidik mahasiswa agar menjadi sumber daya manusia yang terus mau belajar sehingga dapat berperan dan berkontribusi terhadap pembangunan sesuai posisi dan kemampuannya masing-masing.
Saat ini, persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan tinggi bukan sekadar menitikberatkan pada persoalan mutu saja, tetapi juga masalah relevansi antaracontentyang diberikan kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja agar lulusannya siap memasuki dunia kerja.
Perguruan tinggi berpacu dengan dinamika industri yang pesat. Perkembangan teknologi yang terus melaju kencang kian mengancam lapangan pekerjaan yang tersedia. Penelitian menunjukkan, pekerjaan yang bersifat pengulangan dan menghafal telah mulai tergerus oleh perkembangan teknologi otomatisasi, robot, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Akan tetapi, masih terdapat beberapa keterampilan manusia yang tidak mudah digantikan mesin di antaranya adalah empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks. Sehingga, agar menjadi sumber daya manusia unggul di era teknologi, individu perlu mengasah kemampuan tersebut dengan terus memanfaatkan perkembangan teknologi. Pada titik ini, perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan perlu mempersiapkan SDM yang bukan hanya memiliki keunggulan bidang keilmuan semata namun juga keahlian dalam tata nilai atau norma.
Pendidikan untuk mahasiswa merupakan fundamental penting jika kita ingin mewujudkan menjadi bangsa yang mampu bersaing dalam percaturan dunia secara global. Unggulan kompetitif baru dapat diciptakan melalui insan-insan yang kreatif, tahan banting, terus mau belajar (pembelajar) dan adaptif, sehingga mereka ini mampu menciptakan sesuatu yang sama sekali baru secara monumental. Kemampuan inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan pasar kerja di masa depan.
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi dalam negeri adalah dengan melakukan transformasi diri untuk bisa melihat international value tanpa harus melepaskan nilai-nilai lokal. Langkah adopsi terhadap international value tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama dengan universitas-universitas terbaik dunia, baik di bidang kurikulum, pengajaran, penelitian, pertukaran dosen, penulisan artikel bersama, maupun pertukaran mahasiswa untuk mempercepat proses belajar dan transfer pengetahuan (transfer knowledge) dari mereka.
Menghadirkan internasionalisasi universitas di Indonesia tersebut sejatinya senada dengan semangat Nawacita dan Visi Indonesia Presiden Jokowi yaitu fokus pada peningkatan SDM. Terlebih kini Indonesia tengah memasuki revolusi industri 4.0, era society 5.0, serta ledakan usia produktif. Internasionalisasi universitas bisa menjadi embrio bangkitnya pendidikan di Indonesia dalam melahirkan SDM yang berdaya saing tinggi, tahan banting, pembelajar, berpikir kritis dengan tetap memiliki nilai kearifan lokal dan berwawasan global.
Kolaborasi dan Kerja Sama adalah Kunci
Kolaborasi dan kerja sama perguruan tinggi dengan mitra nasional dan internasional merupakan sebuah keniscayaan. Kemampuan daya saing para lulusan dalam pengusaan iptek dapat dicapai dengan menjalin kerja sama dengan banyak mitra tersebut.
Kolaborasi dan kerja sama antara perguruan tinggi nasional dengan perguruan tinggi internasional memang tidak semudah yang dibayangkan, mengingat kolaborasi tersebut bisa jadi tidak menguntungkan dari berbagai aspek atau bahkan bisa jadi menguntungkan seperti yang kita harapkan.
Untuk itu, penting bagi perguruan tinggi untuk memiliki standar mutu yang jelas, baik di managemen maupun kurikulum sehingga kita tidak asal “luar negeri” tetapi hanya pada perguruan tinggi dengan standar tertentu. Selain itu, kerja sama dengan masyarakat seperti pemerintahan desa, yang saat ini diharapkan mandiri, termasuk dalam pengelolaan keuangan, masih memerlukan sentuhan dan pendampingan perguruan tinggi. Kita semua berharap, perguruan tinggi tidak lagi menjadi Menara gading, tetapi betul menjadi pencerah (enlightening) bagi masyarakat di sekitarnya, Semoga.
(ynt)