Kisah Jenderal Hoegeng Buang Barang-barang Mewah Pemberian Bandar Judi di Medan

Selasa, 29 Maret 2022 - 17:48 WIB
loading...
Kisah Jenderal Hoegeng Buang Barang-barang Mewah Pemberian Bandar Judi di Medan
Hoegeng pernah membuang barang-barang mewah dari bandar judi saat bertugas di Kota Medan, Sumatera Utara. FOTO/Foto: Dok. Keluarga Hoegeng
A A A
JAKARTA - Hoegeng adalah seorang jenderal yang memimpin Kepolisian Republik Indonesia (Polri) periode 1968-1971. Meski hanya menjabat tiga tahun sebagai Kapolri tapi Hoegeng membawa perubahan besar dalam tubuh Korps Bhayangkara. Sebagai polisi Hoegeng memiliki watak kepribadian tegas, bersih, jujur, serta profesional selama menjalankan tugasnya.

Pada masa kepemimpinan Hoegeng , kepolisian dituntut berperilaku jujur bersih dan konsisten dalam menjalankan tugas, menegakkan hukum, memperbaiki situasi dan kondisi serta citra jati diri polisi di mata masyarakat. Hal ini diceritakan dalam buku Hoegeng Polisi Idaman dan Kenyataan sebuah autobiografi karya Ramadhan KH (1993).

Sepanjang kariernya, Hoegeng sering mengalami berbagai godaan suap. Ketika bertugas di medan dengan pangkat Kompol, dia membongkar praktik suap-menyuap anggota polisi, jaksa dengan bandar judi. Barang-barang mewah pemberian bandar judi ia buang keluar jendela. Bagi Hoegeng lebih baik hidup melarat dari pada menerima suap atau korupsi.

Baca juga: Kisah Jenderal Hoegeng Digoda dan Dirayu Pengusaha Cantik untuk Hentikan Kasus

Pada 1956, Hoegeng Iman Santoso ditugaskan ke Medan Sumatera Utara. Di Medan pada saat itu kondisinya sangat banyak kasus kejahatan mulai dari penyelundupan, perjudian, dan perampokan. Medan bukanlah wilayah yang mudah untuk bekerja karena ujiannya yang sangat besar, terutama bagi polisi jujur dan tidak mudah disuap, seperti Hoegeng. Namun Medan sangat menarik bagi polisi yang mudah melanggar hukum.

Tugas berat sudah menantinya. Pada masa itu penyelundupan dan perjudian merajalela di Kota Medan. Para polisi, tentara, dan jaksa di Medan telah disuap oleh bandar judi. Aparat tak berkutik ketika disogok uang, mobil, perabot mewah, dan wanita.

Bukan tanpa alasan kepolisian mengutus Hoegeng ke Medan. Sejak muda dia dikenal jujur, tegas, dan antikorupsi. Hoegeng juga haram menerima suap atau pemberian apapun. Maka pada 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut. Hoegeng pindah dari Surabaya ke Medan. Belum ada rumah dinas untuk Hoegeng dan keluarganya karena rumah dinas di Medan masih dihuni pejabat lama.

Baca juga: Kisah Jenderal Hoegeng Tertawa Terpingkal-pingkal saat Rumahnya Disatroni Maling

Cerita soal keuletan para pengusaha judi benar-benar terbukti. Baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya. Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng sebagai hadiah dari para pengusaha.

Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia. Kira-kira dua bulan kemudian, saat rumah dinas di Jalan Rivai siap dihuni, bukan main terkejutnya Hoegeng.

Rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Hal yang sangat luar biasa. Pada 1956, kulkas dan piano belum tentu ada di rumah pejabat sekelas menteri sekali pun.

Rupanya barang itu merupakan pemberian dari para bandar judi. Utusan yang menemui Hoegeng di Pelabuhan Belawan datang lagi. Namun Hoegeng malah meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya. Hingga waktu yang ditentukan, utusan itu tidak juga memindahkan barang-barang mewah tersebut.

Hoegeng memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih bijak daripada menistakan sumpah jabatan dan sumpah sebagai Anggota Polri. Hoegeng geram mendapati para polisi, Jaksa dan Tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi. "Sebuah kenyataan yang amat memalukan," katanya geram.

Hoegeng memiliki prinsip dalam hidupnya, tidak akan takut atau gentar menghadapi orang–orang yang berkuasa. Ia hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1356 seconds (0.1#10.140)