Kisah Jenderal Hoegeng Tertawa Terpingkal-pingkal saat Rumahnya Disatroni Maling
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hoegeng adalah sosok polisi yang dikenal jujur, berintegritas, dan sederhana. Pria kelahiran 14 Oktober 1921 itu tidak punya kekayaan apa-apa hingga menjadi Kapolri , apalagi rekening gendut di bank.
Hoegeng hanya memiliki sebuah kebanggaan dan kehormatan bahwa bisa menjaga integritasnya sebagai polisi yang sederhana dan jujur. Nah, seorang maling yang menyatroni rumah Hoegeng di Jalan Madura, Menteng, pernah terkecoh.
Seorang maling itu masuk dengan meloncat dari tembok belakang rumah Hoegeng yang saat itu menjabat Kapolri. Hoegeng dikira punya banyak harta. Namun, ternyata tidak ada sama sekali.
Sekitar tahun 2003 sebelum meninggal, Hoegeng berfoto bersama istrinya, Meri. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng
"Pencuri hanya berhasil membawa baju seragam Kapolri Papi yang baru dijemur. Waktu itu, (di) baju seragam Papi masih menempel tanda-tanda kepangkatannya, yang baru selesai dibraso oleh Pak Pardi, staf ajudan Papi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Akan tetapi, bukannya marah saat dilaporkan adanya pencurian itu, pria bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso ini justru tertawa terpingkal-pingkal sembari mengatakan, "Mungkin dikiranya baju itu penuh emas ya, padahal itu cuma logam yang tiap hari digosok."
Didit mengungkapkan kehidupan ekonomi keluarga hanya ditopang dari gaji ayahnya sebulan dan tunjangannya sebagai menteri atau Kapolri. "Meskipun Papi pernah menjadi menteri dan Kapolri, kami hidup dalam ekonomi pas-pasan. Bahkan, adakalanya kekurangan. Kami hanya punya rumah, itu pun masih disewa dengan membayar uang bulanan," ujar Didit.
Hoegeng dan Meri berfoto bersama sejumlah artis pengisi acara The Hawaiian Seniors di TVRI. Foto: Dok. Keluarga Hoegeng
Sejak berhenti sebagai Kapolri hingga 2001, uang pensiunan Hoegeng hanya Rp10.000 per bulan. "Namun Papi hanya menerima Rp7.500 setiap bulannya karena dipotong ini-itu. Baru pada tahun 2001, ada perubahan surat keputusan pensiun sehingga pensiun Papi naik menjadi Rp1.170.000 per bulan. Akan tetapi, setelah Papi meninggal pada tahun 2004, Mami hanya menerima separuhnya karena Mami pensiunan janda Kapolri," ungkap Didit.
Ketika menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada 1966, Hoegeng pernah punya seorang sekretaris yang sangat loyal dan mengabdi. Namanya Soedharto Martopoespito atau akrab disapa Dharto.
Menurut Dharto, Hoegeng saat menjabat Menteri Iuran Negara juga tak mau mengumpulkan harta kekayaan bagi keluarga. Sikap Hoegeng tersebut membuat kehidupan sehari-hari dan keluarganya tetap bersahaja.
Lihat Juga: 4 Fakta Irjen Pol Winarto, Jenderal Bintang 2 yang Dimutasi Jadi Pati Baintelkam Polri pada November 2024
Hoegeng hanya memiliki sebuah kebanggaan dan kehormatan bahwa bisa menjaga integritasnya sebagai polisi yang sederhana dan jujur. Nah, seorang maling yang menyatroni rumah Hoegeng di Jalan Madura, Menteng, pernah terkecoh.
Seorang maling itu masuk dengan meloncat dari tembok belakang rumah Hoegeng yang saat itu menjabat Kapolri. Hoegeng dikira punya banyak harta. Namun, ternyata tidak ada sama sekali.
Sekitar tahun 2003 sebelum meninggal, Hoegeng berfoto bersama istrinya, Meri. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng
"Pencuri hanya berhasil membawa baju seragam Kapolri Papi yang baru dijemur. Waktu itu, (di) baju seragam Papi masih menempel tanda-tanda kepangkatannya, yang baru selesai dibraso oleh Pak Pardi, staf ajudan Papi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Akan tetapi, bukannya marah saat dilaporkan adanya pencurian itu, pria bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso ini justru tertawa terpingkal-pingkal sembari mengatakan, "Mungkin dikiranya baju itu penuh emas ya, padahal itu cuma logam yang tiap hari digosok."
Didit mengungkapkan kehidupan ekonomi keluarga hanya ditopang dari gaji ayahnya sebulan dan tunjangannya sebagai menteri atau Kapolri. "Meskipun Papi pernah menjadi menteri dan Kapolri, kami hidup dalam ekonomi pas-pasan. Bahkan, adakalanya kekurangan. Kami hanya punya rumah, itu pun masih disewa dengan membayar uang bulanan," ujar Didit.
Hoegeng dan Meri berfoto bersama sejumlah artis pengisi acara The Hawaiian Seniors di TVRI. Foto: Dok. Keluarga Hoegeng
Sejak berhenti sebagai Kapolri hingga 2001, uang pensiunan Hoegeng hanya Rp10.000 per bulan. "Namun Papi hanya menerima Rp7.500 setiap bulannya karena dipotong ini-itu. Baru pada tahun 2001, ada perubahan surat keputusan pensiun sehingga pensiun Papi naik menjadi Rp1.170.000 per bulan. Akan tetapi, setelah Papi meninggal pada tahun 2004, Mami hanya menerima separuhnya karena Mami pensiunan janda Kapolri," ungkap Didit.
Ketika menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada 1966, Hoegeng pernah punya seorang sekretaris yang sangat loyal dan mengabdi. Namanya Soedharto Martopoespito atau akrab disapa Dharto.
Menurut Dharto, Hoegeng saat menjabat Menteri Iuran Negara juga tak mau mengumpulkan harta kekayaan bagi keluarga. Sikap Hoegeng tersebut membuat kehidupan sehari-hari dan keluarganya tetap bersahaja.
Lihat Juga: 4 Fakta Irjen Pol Winarto, Jenderal Bintang 2 yang Dimutasi Jadi Pati Baintelkam Polri pada November 2024
(rca)