Kisah Jenderal Hoegeng Digoda dan Dirayu Pengusaha Cantik untuk Hentikan Kasus

Kamis, 17 Maret 2022 - 08:46 WIB
loading...
Kisah Jenderal Hoegeng Digoda dan Dirayu Pengusaha Cantik untuk Hentikan Kasus
Jenderal Hoegeng Iman Santoso memiliki karakter mulia yang menjadikannya sosok pemimpin yang unggul. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Jenderal Hoegeng Iman Santoso memiliki karakter mulia yang menjadikannya sosok pemimpin unggul. Tokoh perwira tinggi Polri itu memiliki peranan yang cukup penting pada masanya. Ia dikenal selalu mengedepankan nilai-nilai kejujuran serta kesederhanaan, khususnya di lingkungan kepolisian Republik Indonesia.

Hoegeng mewarisi sikap kejujuran serta kesederhanaannya dari sang Ayah membawanya kepada karier yang begitu cemerlang baik di jajaran kepolisian maupun diberi amanah bertugas di luar lingkungan kepolisian hal ini diceritakan dalam buku Hoegeng Polisi Idaman dan Kenyataan sebuah autobiografi karya Ramadhan KH tahun 1993.

Jenderal Hoegeng merupakan kapolri pada kurun tahun 1968-1971. Sepanjang kariernya, dia pernah mengalami berbagai godaan suap. Jenderal Hoegeng pernah dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Wanita itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan.



Seperti diketahui, Hoegeng sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya. Wanita cantik ini pun berupaya mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah tersebut pun langsung dikembalikan oleh Hoegeng. Namun, si wanita tak patah arang. Dia terus membujuk Jenderal Hoegeng.

Hoegeng pun terheran-heran karena koleganya di kepolisian dan kejaksaan memintanya untuk melepaskan wanita cantik itu. Hoegeng heran lantaran mengapa begitu banyak pejabat yang berusaha menolong pengusaha wanita tersebut.

Belakangan Hoegeng memperoleh kabar bahwa wanita itu tak segan-segan tidur dengan pejabat demi melancarkan aksi penyelundupannya. Hoegeng hanya bisa mengelus dada prihatin menyaksikan koleganya yang terbius uang dan rayuan wanita.

Cerita lain, tahun 1955, Kompol Hoegeng diutus pindah ke Medan. Tugas berat sudah menantinya. Pada masa itu penyelundupan dan perjudian sangat merajalela di kota itu. Para polisi, tentara dan jaksa telah di Medan telah disuap oleh bandar judi. Aparat tak berkutik ketika disogok uang, mobil, perabot mewah dan wanita.

Bukan tanpa alasan kepolisian mengutus Hoegeng ke Medan. Sejak muda dia dikenal jujur, tegas dan anti korupsi. Hoegeng juga haram menerima suap maupun pemberian apapun. Maka tahun 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut. Hoegeng pun pindah dari Surabaya ke Medan. Belum ada rumah dinas untuk Hoegeng dan keluarganya karena rumah dinas di Medan masih dihuni pejabat lama.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1959 seconds (0.1#10.140)